• 5

3.3K 329 32
                                    

Sinar matahari menerobos mata gadis bersurai hitam itu yang masih terpejam. Tubuhnya terasa remuk dan berat, kepalanya terasa pening dan keringat membasahi seluruh tubuhnya sehingga terasa lengket.

Tunggu, apa?

Ia tak menggunakan sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya, begitu juga makhluk yang sedang menatapnya sayu.

"Selamat pagi." sapanya pada [name].

"P--pagi." jawab [name] canggung sebelum benar-benar menyadari apa yang terjadi.

"A--apa ini?!" tanya gadis itu panik setelah kesadarannya mulai kembali berangsur-angsur, namun tubuhnya tidak bisa bergerak karena Manjiro memeluknya erat.

"Bukankah kau bilang bahwa kau ingin mempunyai anak yang bisa kau ajak bermain di halaman belakang?" tanya Manjiro.

Astaga.

Ia mengatakannya?

Ia mencoba mengingat kejadian semalam, ia hanya mengingat saat Manjiro mulai membawanya ke ruangan ini lalu menidurkannya di ranjang.

Padahal maksud dari ucapannya adalah mengadopsi anak, bukan malah membuatnya.

"Aku memberikannya untukmu, jika belum jadi ... ayo kita melakukannya lagi sekarang!" ucapan Manjiro yang bersemangat cukup menyebalkan bagi [name], apakah ia ingin menjadi duda?

Karena ia bisa mati jika terus seperti ini.

"Kau gila?! tubuhku sakit semua ...." kesal [name] sambil melepaskan pelukan Manjiro paksa.

"Maaf ...."

"Tidak Manjiro," ucap [name] sambil menatap manik mata suaminya lekat.

Begitu pula dengan Manjiro, ia membalas tatapan dari gadis yang sudah benar-benar menjadi miliknya.

"Harusnya aku berterima kasih ...."

"Untuk apa?"

"Karena telah mau melakukannya meskipun kau tak mencintaiku sama sekali." ucap [name] sambil tersenyum.

"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Manjiro. "Aku akan berusaha melindungimu, meski nyawaku yang menjadi taruhannya."

"Manjiro ...." lirih [name].

"Kau tau sesuatu?" pertanyaan Manjiro membuat [name] menoleh, "Kurasa, aku mulai menyukaimu."

-

"Ini rasanya sakit sekali, maaf apa kau kerepotan?"

"Tidak sama sekali."

[name] kini berada di pangkuan suaminya yang mengangkat tubuhnya ala bridal style, mereka kini memutuskan untuk pulang dahulu ke mansion. Kaki gadis itu kini sulit untuk dipakai berjalan, dan ini adalah ulah dari Manjiro.

Setelah sampai di mansion, Manjiro menaiki tangga hingga lantai tiga, dimana kamarnya dan kamar istrinya berada. Namun bukannya memasukkan [name] kedalam kamar pribadinya, ia malah membawanya ke kamarnya sendiri.

"Kenapa disini?" tanya [name] penasaran.

"Supaya kau sekalu ada dalam pengawasanku." jawabnya. "Tidurlah sementara disini, jika kau tak mau bersamaku ... biar aku yang tidur di kamarmu." ucap Manjiro.

[name] sontak menggeleng, "Tidak perlu, ini kamarmu ... kau juga harus tidur disini."

"Iya, beristirahatlah." perintah Manjiro pada [name] dan dibalas anggukan.

"Aku berjanji akan pulang cepat malam ini." ucap Manjiro sambil mengelus surai hitam milik [name] dengan lembut. Namun, hal itu berhasil membuat hatinya acak-acakan.

𝐌𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐌𝐞 : 𝓢𝓪𝓷𝓸 𝓜𝓪𝓷𝓳𝓲𝓻𝓸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang