Warning : banyak kata-kata umpatan dan dirasanya kasar, jangan ditiru ya? Ya ngapain juga ditiru:'
-
"Wah, kekasihku ... apa kau butuh sesuatu?"
"Jangan memanggilku seperti itu bajingan! Menjijikan!"
Manusia bersurai hitam dan pirang itu terkekeh renyah mendengar umpatan dari gadis yang sejak dulu ia inginkan untuk jadi miliknya, namun hal itu tak pernah terealisasi.
Pria itu, Shuji Hanma. Teman masa kecil [name].
*Perhatian : Maaf geng, aku pake Hanma karena pengen aja si, kangen husbu sy yang itu gak muncul muncul, makasi:)
Intinya sy kangen awokwkwkwk
"Kau tau? Akan sekaget apa Sano Manjiro saat melihat istrinya berpenampilan tak pantas seperti ini?" tanya Hanma diiringi dengan senyuman licik sambil melihat penampilan [name] yang sudah tidak layak.
Sedangkan wanita itu hanya bisa berharap kalau pertolongan itu nyata dan segera menghampirinya, jika bukan untuknya ia hanya berharap untuk bayi yang ada di kandungannya.
Ia tidak ingin gagal menjadi seorang ibu.
"Hanma, lepaskan aku." ucap [name] datar.
"Tidak sebelum Bonten menyetujui kerjasama ini." balas Hanma. "Tambah lagi ... kau belum jadi milikku."
"Hentikan omong kosongmu, dan matilah saja. Semua itu mustahil!" ketus [name].
"Sepertinya ... kau harus menjilat kembali ludahmu sendiri." sahut Hanma sambil tertawa renyah, "Ya, intinya ...."
Brak!
Dug!
Lelaki bengis itu menendang kursi yang tepat menghantam ke arah [name], rasa sakit itu menjalar ke bagian kepala yang membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Seakan belum puas, Hanma menarik rambut wanita yang sudah tak berpenampilan layak itu dengan tarikan yang keras.
"Sialan!" pekik [name]. "Aku bersumpah akan membunuhmu."
"Ah ... bukan ini yang aku mau ...." ucap Hanma santai, "Bersujudlah dan jilat saja kakiku, maka akan ku hentikan rasa sakit ini."
"Selamat bermimpi, kotoran sepertimu bahkan tak pantas untuk menatapku." lirih [name] sambil memejamkan mata. Kepalanya terasa sakit sekali, untuk membuka mata saja sangat sulit rasanya.
Hanma, pria itu yang malah tersulut emosinya langsung menendang perut [name] dengan keras dan langsung meninggalkan ruangan.
"Hentikan keras kepalamu, sayang ... jangan sampai kau menarik ucapanmu sendiri." ucap Hanma sambil menutup pintu gudang kumuh itu.
Ditinggalkannya wanita yang kini merintih kesakitan akibat sikap Hanma itu dengan darah yang mengalir begitu pula dengan air matanya, membuat hatinya panik dan gelisah. Hanya satu hal yang kini berada di pikirannya.
"Manjiro ... kumohon, cepat."
-
Sudah banyak dari anggota Tenryu yang menjadi bahan kekejaman anggota inti Bonten yang kini sedang mengamuk karena dewi mereka yang menjadi bahan mainan yang salah.
Ya, sebuah kesalahan besar dari para otak udang itu karena menculik [name] dan menyulut api perang dengan Bonten.
"Membosankan, sebaiknya kau tidur saja!" kesal Sanzu sambil menebas beberapa kepala anggota Tenryu yang menghalangi jalannya. "Tidurlah selamanya, bajingan."
"Kau juga bajingan, Haruchiyo Sanzu." ucap Rindou sambil menembak mayat yang telah Sanzu tebas di bagian dada, untuk memastikan mereka benar-benar mati.
"Ya, aku tau ... dan tidak peduli." balas pria bersurai pink itu dengan santai.
Sementara itu ....
Manjiro dengan cepat menyisir ruangan satu persatu di bangunan itu, mencari istrinya yang ia harap tak celaka sedikitpun.
Jika sedikit saja [name] celaka, maka Tenryu benar-benar mengajaknya untuk melakukan penghancuran.
"Suami yang satu ini sedang kelimpungan mencari pelacurnya, tak salah aku menculik wanita itu." ujar seseorang dari lantai atas membuat Manjiro mendongak ke arah balkon yang menghadap kearahnya.
Manjiro terlihat kaget, ketika melihat lelaki yang sedang menatapnya dengan ekspresi kemenangannya.
"Kau ... pemimpin Tenryu?" tanya Manjiro basa-basi.
"Senang bertemu lagi denganmu, Sano Manjiro." jawab Hanma, "Ya, aku adalah calon suami dari istrimu ... bagaimana? Apakah aku harus membicarakan konsep pernikahanku minggu depan?"
Celotehan yang menurut Manjiro tak bermutu itu membuatnya kesal, rasanya ia ingin langsung saja membunuh Hanma sekarang juga.
Ya, sekarang.
"Ada apa, kenapa kau diam?" tanya Hanma, "Ah ya ... kau tak menandatangani perjanjiannya?"
"Aku tak ingin mengotori tanganku untuk menyetujui kesepakatan bisnis konyol darimu." cetus Manjiro.
"Ah ... kalian memang sama-sama keras kepala walau taruhannya adalah nyawa kalian sendiri."
Tiba-tiba Manjiro berdiri ditempat dengan kondisi dikepung orang-orang bersenjata, tidak ada jalan keluar maupun harapan selamat untuknya.
"Aku hanya memberikanmu pilihan, nyawamu selamat ... tapi tidak dengan istrimu, atau ..."
"... sebaliknya."
Entah mengapa, momen bersama [name] itu tiba-tiba melintas di pikirannya. Dimana saat ia tersenyum, berbincang di malam hari, bahkan saat ia meracau saat mabuk dimana ia berkata ingin hidup bebas.
Hal ini membuatnya semakin yakin.
Ia tak boleh mati konyol disini.
"Kau pikir aku adalah ayah mertuaku yang bisa kau bunuh di rumahnya sendiri dengan mudah? Ya tetaplah bermimpi kalau aku akan mati disini, karena hal itu adalah hal yang mustahil." ucap Manjiro enteng.
"Sialan! Tembak dia sekarang!"
Dor!
Dor!
Dor!
Srekkk!
"Ya, aku tetap unggul darimu." ucap Manjiro bangga sambil berjalan menuju tangga sambil menginjak jasad para anggota Tenryu yang mengepungnya.
Tepat sebelum para rendahan itu membidik ke arah Manjiro, nyawa mereka yang lebih dulu melayang karena ulah para anggota inti Bonten yang langsung membasmi mereka semua.
Tujuannya saat ini, adalah pria sialan yang berani bermain-main dengan wanitanya.
"Bos ...."
"Cari [name]."
Manjiro yang kini sudah berhadapan dengan Hanma kini saling melempar tatapan tajam.
"Nyawamu ada di tanganku kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐌𝐞 : 𝓢𝓪𝓷𝓸 𝓜𝓪𝓷𝓳𝓲𝓻𝓸
Fanfiction𝐌𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐌𝐞 : ᵇᵒⁿᵗᵉⁿ ᵉᵈⁱᵗⁱᵒⁿ "Let's married, Manjirou." Hanya mengisahkan tentang y/n yang harus menikah dengan ketua organisasi kriminal bernama Bonten, karena permintaan ayahnya. Tokyo Revengers © Ken Wakui