Part 02 || Melamar

6.9K 615 19
                                    

Riana menatap Barra dengan senyuman lebar. Berbeda dengan Galin yang masih syok.

"Jadi selera Aqila itu om-om?" Tanya Galin pada dirinya sendiri. Ia mana berani berbicara langsung, bisa disampluk istrinya nanti.


Sungguh Aqila terlalu ngang-ngong untuk Barra yang begitu sat-set. Sampai detik ini pun dirinya masih terpekur ditempat.

"Bapak seriusan?" Tanya Aqila berbisik. Namun karena jarak mereka yang lumayan jauh otomatis masih bisa didengar semua orang diruangan itu.

"Saya serius Aqila. Dan jika orang tua kamu mengijinkannya, saya akan membawa keluarga saya besok."

Waduh.

Kebelet nikah Pak?

"Kalau Bunda setuju-setuju aja nak." Suara Riana langsung membuat mata Aqila membola.

Bundanya ini selalu begitu. Langsung iya tanpa pikir panjang. Dikira anaknya nggak laku banget apa.

"Bunda..." Ujar Aqila dengan wajah memelas.

"Ayah terserah Aqila saja, asalkan kamu serius saya ijinkan. Justru lebih baik daripada sama brondong yang sukanya pacar-pacaran." Komentar Galin dengan santai.

Barra mengangguk sekilas saat diberi lampu hijau oleh calon mertuanya. Sekarang tinggal menaklukan bocah dihadapannya saja, ya kan?

"Aku mau bicara sama Bapak pokoknya. Ayok, biar Bibi jadi penengah kita."

***

Bi Ainur duduk di pojok ruangan dengan pandangan tertunduk. Dirinya benar-benar akan menjadi nyamuk disini. Beberapa menit yang lalu Nonanya minta ditemani berbicara dengan seorang pria--yang diduga calon suaminya--di ruang keluarga.

"Anggap Bibi nggak denger apa-apa ya." Perintah Aqila yang langsung dibalas anggukan oleh wanita berusia 50 tahunan itu.

"Maksud Bapak apa?" Tanya Aqila dengan datar. Ia juga bisa serius yah, apalagi ini terkait masa depannya.

"Saya ingin meminang kamu, apa kurang jelas?" Balas Barra dengan yakin.

"Nggak mungkin, Bapak kan sebel sama aku." Bantah Aqila sambil geleng kepala.

"Saya nggak akan menikahi kamu kalau saya nggak suka. Sesimpel itu Qila."

Jangan-jangan Barra lupa kalau hampir semua perempuan entah itu muda atau dewasa membutuhkan sebuah ungkapan. Ungkapan perasaan lho. Seperti...

Aku cinta kamu.

Aku sayang kamu.

Atau

Aku mau kamu jadi ibu dari anak-anakku.

Ya gimana deh, pilih salah satunya. Jangan asal seruduk begini, yang ada calonnya terkejut dan menerka yang tidak-tidak.

"Bapak nggak lagi merencanakan sesuatu kan?" Tanya Aqila dengan tatapan menyelidik.

"Jangan kira ini sinetron Qila, saya benar-benar ingin menjadikan kamu istri dan ibu dari anak-anak saya nantinya."

Hati Aqila sedikit bergetar mendengar ucapan manis Barra. Kampret memang.

"Alasannya apa?"

"Astaga apakah seribet ini menikahi anak kecil?" Kesal Barra.

"Aku bukan anak kecil. Umur aku hampir 23 tahun!" Pekik Aqila dengan kesal. Salah siapa pria itu yang terlalu tua.

"Saya suka kamu, dan ingin menjadikan kamu istri saya Qila." Terang Barra.

MAS DUDA TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang