Part 10 || Alasan Berpisah

5.3K 539 101
                                    

Dibaca pelan-pelan..
.
.

Dan disinilah Aqila berada, rumah orang tuanya. Semalam mereka tidak berniat untuk menginap, namun karena paksaan Bunda akhirnya mereka menurut. Lagipula Aqila rindu suasana rumah. Barra sebagai suami pengertian membebaskan pilihan Aqila untuk pulang ataupun menginap, ia tak masalah.

Dari kemarin sore Barra menjadi teman bercerita yang baik bagi sang ayah mertua. Mulai dari menonton acara TV bersama, bermain catur, bahkan membantu menanam cabai di pekarangan kecil belakang rumah. Pria itu tidak banyak protes.

Aqila tengah berada di dapur, berniat membantu ibunya memasak sekalian belajar tipis-tipis. Menunya yaitu soto ayam.

"Ini ayamnya kamu suwir-suwir dulu. Bunda mau aduk kuahnya." Aqila mengangguk, kemudian menyuwir ayam dengan telaten. Ternyata seribet ini membuat soto, biasanya Aqila hanya tau makan dan makan. Mentok-mentok ya cuci piring. Sangat jarang ia terjun langsung di dapur. Tidak heran jika kemampuan memasaknya sangat minim. Begitulah Aqila menghabiskan waktu di rumah orang tuanya.

***

Pukul 2 siang Aqila dan Barra sudah kembali ke rumah mereka dengan berbagai barang bawaan.

"Dirapikan Bibi saja ya?" Aqila sedikit menimang, ada rasa tak enak hati. Tapi itu memang pekerjaan Bibi, mau gimana lagi.

"Em, yaudah deh."

"Temani saya tidur siang." Perintah Barra tanpa bisa dibantah.

Sebenarnya semalam Aqila dan Barra tidur terpisah. Karena siapa lagi kalau bukan ulah Ayah Galin tersayang. Laki-laki jahil yang hobi usil. Dengan sengaja Galin mengajak Barra begadang, lalu tidur di depan TV.

Barra ingin kesal, namun ia tidak bisa. Jangan sampai dirinya di cap sebagai menantu tidak punya sopan santun karena menolak keinginan sepele mertuanya. Akhirnya Barra hanya pasrah malam itu tidur tanpa pelukan Aqila.

"Baru juga semalem ngga tidur bareng By." Ejek Aqila sebelum masuk kedalam pelukan hangat Barra.

"Ayah sangat tahu bagaimana cara menyiksa pengantin baru." Gumam Barra yang membuat tawa Aqila meledak.

Ayahnya memang selalu ada ide. Untung saja Barra masih ingat tata krama terhadap orang tua. Kalau tidak? Bisa cemberut terus ketika dirumah orang tua Aqila. Barra juga menegaskan bahwa orang tua Aqila adalah orang tuanya juga. Sudah sepantasnya Barra menghormati mereka.

***

Aqila menatap wajah tampan dengan brewok rapi dihadapannya. Saat terlelap seperti ini Barra nampak polos dan lucu. Tidak ada pandangan mata yang tajam, ataupun dahi yang mengerut ketika tidak setuju dengan sesuatu.

Tangan Aqila bergerak mengusap lembut, mulai dari rambut tebal Barra, dahi, alis, dan rahang tegas suaminya yang kasar karena ditumbuhi bulu. Perempuan itu masih tidak menyangka om-om tua ini yang membuat dirinya jatuh hati. Selain fisik yang menarik, cara Barra memperlakukannya juga unik penuh kasih sayang. Ya, meskipun tidak ada gombalan setiap harinya.

"Hm," Tiba-tiba Barra bergumam pelan, merasa terusik dengan gerakan tangan Aqila. Perlahan mata indahnya terbuka.

"Maaf aku menganggu tidurmu." Aqila merasa bersalah telah membangunkan suaminya.

MAS DUDA TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang