Part 8 || Mertua

6.3K 583 29
                                    

Kedatangan Bi Sri disambut baik oleh Aqila. Perempuan muda itu begitu senang mendapatkan teman baru di rumah sebesar ini. Setidaknya ada yang bisa diajak bicara sebagai sesama perempuan. Mengingat Barra akan sibuk pada minggu-minggu ke depan.

"Mari Bi, masuk." Ujar Aqila mempersilahkan, dibalas ucapan terimakasih oleh orang tersebut.

Detail pekerjaan sudah diketahui oleh Bi Sri melalui utusan Barra. Sehingga saat sampai, wanita paruh baya itu sudah sangat siap untuk bekerja. Dengan usia 50 tahun, hati Aqila rasanya tenang. Jujur awalnya ia takut Barra akan merekrut asisten rumah tangga berusia muda. Namanya juga antisipasi, kaum hawa kan memang penuh overthingking.

"Tempat istirahat Bibi ada di belakang, dekat dengan pintu keluar." Jelas Barra yang melihat Bi Sri celingukan.

"Oh nggih Tuan." Balasnya ramah.

"Aku mau bantu--

"Biar Pak Yono saja Qila," Potong Barra dengan cepat.

Aqila memanyunkan bibir karena sebal ucapannya dipotong.

Raut antusias Aqila membuat Barra lega. Ia tengah berusaha membuat suasana rumah menjadi nyaman untuk istrinya. Bagaimanapun pisah rumah dengan orang tua yang telah merawat 23 tahun bukanlah hal yang mudah. Untungnya Aqila bukanlah orang yang sulit beradaptasi.

***

Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi. Jari mungil Aqila masih mengetuk teratur pinggiran meja, tindakan yang dianggapnya mampu membantu untuk menemukan sebuah ide. Aqila bertekad untuk membawa buah tangan saat mengunjungi rumah mertuanya nanti. Namun, setelah dipikir-pikir ia belum menemukan bawaan apa yang berkesan dan layak untuk ia tenteng.

Bukannya membantu memberi ide, Barra malah asik menonton siaran berita di chanel salah satu TV swasta. Menyiarkan tindak kekerasan yang akhir-akhir ini rawan terjadi.

"By.." Rengek Aqila, kepalanya sudah ingin meledak.

"Kenapa." Balas Barra tanpa menoleh.

Aqila berdecak "Kasih ide istrinya ini loh," Ujarnya. Masalahnya perempuan ini tidak pandai memasak. Jadi ia bingung sendiri ingin menghidangkan apa pada mertuanya. Dirinya sungguh tidak memiliki keahlian apa-apa. Kalaupun membawa makanan yang ada rasanya kalah enak dengan tukang masak di rumah orang tua Barra. Kan malu.

"Sudah saya bilang tidak perlu repot memikirkan itu Aqila." Ucap Barra dengan ogah-ogahan. Barra sebagai anak bahkan tidak tahu apa kesukaan orang tuanya, yang ia ia hafal sang ibu hobi belanja serta ayahnya hobi bekerja. Sudah hanya itu.

"Dah lah, ga asik. Mau tanya Bibi aja."

Aqila berlalu pergi meninggalkan Barra yang hanya mengangkat bahunya tak acuh. Suka-suka Aqila saja mau bagaimana. Selama tidak melukainya akan Barra biarkan.

Tubuh yang dibalut dengan dress rumahan itu bergerak lincah mendekati Bi Sri. Dimana asisten rumah tangga tersebut sedang membereskan pakaiannya.

"Permisi Bi, Aqila masuk boleh?" Tanya Aqila sebelum memasuki kamar Bi Sri.

Bi Sri terlonjak kaget, buru-buru ia bangkit dan menghadap Nyonya-nya. Entah apa gerangan yang membawa sang Nyonya langsung berkunjung ke kamarnya.

MAS DUDA TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang