[10]

734 84 0
                                    

Hampir 2 minggu lebih tak ada interaksi antara [Y/N] dan Sanzu secara langsung.

Dan itu sempat membuat rekan si pecandu narkoba penasaran, apa keduanya baru saja bertengkar?

Kenyataannya tidak sama sekali, [Y/N] sedang super sibuk memulihkan  keadaan gedung penelitiannya, mencari budak dari penjualan manusia,memesan bahan untuk pembuatan obat obatan yang akan diperjualbelikannya dan melatih para pemula agar bisa meraciknya.

Sedang Sanzu, pria itu sibuk melakukan misi sana-sini dari sang Bos, membuat komunikasi keduanya terbatas.

Mereka baru bisa bertemu hari ini, menjelang fajar Sanzu menjemput [Y/N] dari gedung penelitiannya.

"Lelah?"tanya Sanzu mengelus pipi [Y/N], perlakuan Sanzu kini melembut.

[Y/N] mengangguk.

"Um, sangat. Apalagi ada sekelompok bajingan yang membantai habis semua anak buahku"sindir [Y/N] menggenggam tangan Sanzu yang lebih besar darinya, entahlah, ia suka saja menggenggam tangan Sanzu.

"Heh, kalau bukan karena para bajingan itu, kau sudah mati konyol"ejek Sanzu balik, sebelah tangannya yang bebas digunakan Sanzu untuk memakaikan asal mantel pada [Y/N].

"Jangan ngebut, ya. Aku mau istirah—hoahhm..bentar," [Y/N] perlahan menutup matanya, ia sangat mengantuk.

Sanzu menyeringai"Larangan adalah perintah."

"Haru~!!"rengek [Y/N].

"Ck, iya iya! Aku tak akan ngebut!"

.
.

Baru beberapa jam [Y/N] tidur, ia merasakan ada sesuatu yang bergerak diatas tubuhnya.

Apalagi ini, astaga. batin [Y/N] mendapati Sanzu tengah mendusel di dadanya.

"Kau suka dada? Kenapa tak mencari jalang saja sana? Aku sangat lelah sekarang"gerutu [Y/N] menjambak surai pink Sanzu, gemas.

Bukannya berhenti, Sanzu malah makin menenggelamkan wajahnya di belahan dada [Y/N].

"Ck astaga, apa kau tak puas kemarin membuatku nyaris tak bisa berjalan?"decak [Y/N] kembali memejamkan matanya.

"...lapar"celetuk Sanzu, mata [Y/N] langsung terbuka lebar mendengarnya, ia beralih duduk.

"Haru..kita delivery saja, ya?"

.
.

[Y/N] dan Sanzu tengah menikmati sarapan mereka, dengan 'pengkhianat' sebagai topik utama pembicaraan.

"Lalu,apa yang kau lakukan, menembakinya?"tanya [Y/N] mengangkat sebelah alis.

Sanzu tertawa, diteguknya sebutir kapsul yang berisi sabu itu, kemudian tangannya menggebrak meja tiba tiba.

"Para pecundang pengkhianat itu memang pantas mendapat hammer dari Bonten!"hardik Sanzu yang dibalas [Y/N] dengan kekehan.

Melihat Sanzu senang seperti itu membuat hatinya jadi ikut bahagia.

Dasar psikopat gila.batin [Y/N].

"Sepertinya pecundang itu tak tahu akan berhadapan dengan psikopat sepertimu,"kekeh [Y/N],tepat setelah ia selesai mengunyah kimchi tiba tiba ia ingin muntah.

Sumpitnya jatuh ke lantai begitu saja.

"Eugh!"refleks [Y/N] menutup mulutnya, Sanzu langsung melebarkan mata dan berdiri dari duduknya.

"[Y/N], kau kenapa, huh?!" Sanzu terlihat khawatir, ini pertama kalinya ia mengkhawatirkan seseorang.

[Y/N] melambaikan tangan mengisyaratkan kalau dia tidak apa apa.

My Girl[Sanzu Haruchiyo×Readers] Tokyo Revengers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang