Satu tahun sebelum dirinya memutuskan untuk mati. Malam itu Becca terbangun dengan keringat yang bercucuran di wajahnya dan dirinya pun menghela napas. Entah sudah berapa hari dirinya selalu mengalami mimpi buruk saat malam hari, tidurnya tidak pernah nyenyak semenjak hari itu.
Hari tentang kabar buruk dimana ternyata kekasihnya akan menikah dengan orang lain. Kenyataannya yang sulit ia terima karena nyatanya sampai saat ini dirinya belum siap melihat mantan kekasihnya berdiri di atas altar bersama pria lain.
Becca bangkit dari ranjangnya, lalu terduduk di samping jendela kamarnya, kamar yang dulunya menjadi saksi bahwa cinta terlarang mereka pernah mengisi kekosongan ruang ini. Kamar yang dulunya menjadi tempat pertama ia untuk berani mengecup bibir kekasihnya. Dan kini, dirinya hanya bisa tersenyum, saat pantulan kaca jendela memperlihatkan dirinya yang sudah tidak bahagia, wajahnya pucat, tubuhnya lemas, rambutnya kusut tak beraturan, dan hatinya? Tentu saja berantakan, mungkin setelah ini tidak akan ada lagi kisah cinta-cinta berikutnya.
Hidupnya hanya akan ada kisah tentang Becca dan kekasihnya, Freen seorang.
Pagi tiba, di depan pintu kamarnya sudah ada Noi kakak perempuannya yang sedang menunggu. "Becca bangun! mami udah nyiapin sarapan tuh." Jujur, sebenarnya Becca tidak benar-benar tidur semalaman, ia terjaga, tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan segala hal yang menghantui isi kepalanya. "Becca buka dong, ayo bangun nanti mami marahin p'noi!"
Satu detik dua detik sampai akhirnya pintu kamar benar-benar terbuka, Becca mengikuti langkah kaki sang kakak menuju ruang makan, papi maminya sudah menunggu dan kini Becca terduduk dengan wajah tak semangatnya.
-
Disisi lain, Freen tersenyum saat melihat kamera digital kesayangan, masih apik tersimpan banyak memori manis kenangan dengan kekasihnya dulu, ah ralat! Maksudnya mantan kekasih. Jempolnya terus memijit tombol agar layarnya menampilkan gambar yang lain, ini sudah ia lakukan sejak tadi malam, ia tidak bisa tidur maka dari itu ia bangkit dan berdiam diri di ruang kerjanya.
Tersenyum Freen dibuat pikirannya sendiri, saat satu jepret foto menampilkan gambar mereka yang tengah beradu bibir saling mencium. Bibir keduanya saling menempel dan jangan lupakan ada senyum yang selalu menghiasi mereka saat bibir keduanya saling menempel.
"Sayang?" Wanita yang dipanggil dengan sebutan sayang itu buru-buru menaruh kameranya ke tempat semula dan berdeham sebelum menjawab "Ya?" Pintu kini diketuk, lalu kaki laki-laki itu masuk kedalam menghampiri istrinya.
"Selamat pagi, aku cari kamu ternyata kamu disini?" Freen mengusap wajahnya sebelum tersenyum canggung. Ia malah tidak nyaman dengan kehadiran suaminya.
"Masalah kantor, aku harus urus sebelum klien ku marah-marah lagi" Jawab Freen, kini suaminya sudah berdiri tepat di sisinya, kening Freen lalu dikecup. "Begadang lagi?" Freen bergumam, lalu suaminya duduk di sebelahnya. "Aku mau ngomong sesuatu, tolong siap-siap ya, aku tunggu dibawah." Kemudian suaminya bangkit dan pergi meninggalkan Freen sendirian.
Dengan wajah bingung Freen mau tak mau harus bersiap, ia langsung bangun setelah membereskan barang-barang pribadinya, ia sangat rindu dengan kekasihnya yang dulu, ia rindu suara dan peluk hangatnya seorang Becca, si gadis riang yang mampu mengambil hatinya.
-
Freen sedang merias dirinya lalu sepasang tangan memeluk pinggangnya, dari tangan besarnya dirinya tau ini suaminya, lagi-lagi ia merasa tidak nyaman dengan kehadiran suaminya. Aneh, seharusnya ia bahagia ketika suaminya memeluk dirinya, harusnya ia senang ketika bibir suaminya mengecup tiap sudut wajahnya, tapi ini berbeda yang ia rasa hanya benci dan amarah.
Marah karena ia merasa jijik dengan semua sentuh suaminya, dan kini ia benci dirinya sendiri, ia benci karena telah mengkhianati cintanya yang dulu.
Sejak pertama kali ia menjadi istri sah dari kolega teman ayahnya, Freen Sarocha Chankimha tidak pernah bahagia dengan pernikahannya. Ini bukan kehidupan yang ia inginkan, ia tidak benar-benar menikmati kehidupan menjadi seorang istri dari pengusaha besar.
Semenjak menikah, suaminya juga menyadari jika Freen selalu menjaga jarak dengan dirinya, suaminya memaklumi mungkin Freen adalah seseorang yang sulit untuk terbuka dengan orang lain. Bahkan ketika bercinta pun, mereka berdua tak sama-sama menikmati, hanya suaminya yang selalu merasa bergairah, sedangkan Freen disentuhnya pun sangat enggan apalagi bercinta.
Sampai di bulan ke sepuluh pernikahan mereka, Freen belum juga dikaruniai anak. Freen senang karena rencananya berhasil, rencana dimana Freen selalu menarik diri ketika suaminya ingin menanamkan bibit bayi, Freen selalu siap melepas diri agar bayi itu tidak tumbuh pada rahim.
Freen bukan tak ingin memiliki bayi, hanya saja ia ingin bayi yang berasal dari pasangan yang sama-sama mencintai, seperti bersama mantan kekasihnya mungkin. Freen selalu menginginkan itu. Jika berbicara soal bayi, dulu Becca lah yang sangat menanti, si gadis cantik itu selalu ingin menjadi seorang ibu dan merawat bayi bersama dengan Freen. Bahkan Freen juga ingin memiliki 9 anak sekaligus, ia selalu bersemangat ketika membahas masa depan bersama dengan mantan kekasihnya, Becca.
Lalu kembali pada sang suami, yang kini tengah menatap kecewa dirinya. Rencana Freen ternyata membuatnya jatuh kedalam lubang masalahnya sendiri.
Karena tidak kunjung hamil, suaminya pun kecewa dengan takdir yang ia miliki. Maka dari itu sekarang ia memberanikan diri untuk meminta izin agar bisa menikahi wanita lain. Tujuannya hanya satu ia cuma ingin memiliki keturunan.
Selama suaminya berbicara, diam-diam Freen menahan diri untuk tidak terlihat lemah, tangis tidak boleh terlihat saat suaminya tengah berbicara. Sama seperti suaminya yang lelah menunggu berita kehamilan sang istri.
Freen juga lelah ia juga tak ingin jika dirinya seperti ini, hatinya hancur seperti tersayat pisau saat mendengar suaminya meminta izin untuk menikah lagi. Suaminya menatap Freen kecewa "Aku tunggu jawaban kamu sampai Minggu depan ya, aku harap kamu ngerti kalau mama mau keturunan." Lalu setelah percakapan selesai suaminya langsung pergi entah kemana, dan ia kini sendirian lagi, benar-benar sendirian, rasanya memang seperti sepi adalah takdir abadinya.
Dulu yang menjadi penabur warna hidupnya adalah kekasihnya, perempuan 4 tahun lebih muda yang bisa dengan sukarela membuatnya bahagia, tak pernah membebaninya akan sesuatu, dan yang penting kekasihnya setia.
Jika boleh meminta satu permohonan, ia hanya menginginkan semuanya kembali seperti semula, ia ingin cinta lamanya kembali menghiasi hidupnya lagi, ia ingin Becca yang menjadi pasangan sahnya.
To be continued
Note : Halo semua! Salam kenal aku author Al, cerita ini dibuat khusus untuk teman menunggu Gap The Series ( Gap Yuri ) Freen and Becky ya. Jangan berharap banyak sama cerita ini, tapi semoga karyaku menghibur. (◡ ω ◡) xixixi
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day Imagine | AU
Fanfic"Bayangkan satu hari, jika cinta pertamamu mencintaimu setiap hari." Tentang Freen dan Becca yang sama-sama mencintai, berawal dari Becca si gadis cantik berwajah bule yang menyukai Freen kakak teman kelasnya membuat Becca terus mengagumi dan berhar...