Chapter 01

572 72 22
                                    

"Champagne?"

Jieun menggeleng. "Tidak, terima kasih."

"Minuman yang lain, bagaimana?" Sooyou menunjuk beberapa jenis minuman yang tersaji di atas meja.

Jieun kembali menggeleng. "Soda saja sudah cukup, tidak usah."

Sooyou menatap jengkel. Kedua tangannya bertengger di pinggang. "Hei, kau sudah berada di sini sejak sejam yang lalu. Masa hanya soda?"

"Sebenarnya perutku agak bermasalah, jadi soda saja sudah cukup."

"Begitukah? Kau tidak ingin aku ambilkan obat?"

"Aku baik-baik saja, sungguh. Kau tidak akan menemaniku di sini sampai pestanya selesai, bukan? Pergilah, Yoseob menunggumu."

Sooyou meneliti wajah Jieun untuk sejenak, kemudian menghela napas pendek. Bibirnya sedikit tertekuk. Sepertinya, ia benar-benar berharap Jieun mengambil minuman tersebut. Tapi tidak, Jieun sama sekali tidak berminat.

Dari dulu, Sooyou selalu mengatakan ia kuno karena tidak suka minum alkohol di umurnya yang legal—21 tahun. Jieun sendiri tidak mengerti kenapa orang-orang begitu menyukainya.

"Baiklah. Nikmati pestanya kalau begitu, jangan diam di sini seperti patung."

Jieun mengangguk dan bernapas lega saat Sooyou berbalik pergi bersama gelas champagne-nya. Ia mengambil sekaleng soda dan pergi ke sudut ruangan yang sepi. Tidak ingin berbaur dengan siapa pun. Tidak ingin diperhatikan oleh siapa pun.

Tapi, tatapan itu masih terasa terarah padanya.

Abaikan.

Jieun duduk di sofa dan berusaha untuk tidak memedulikan presensi pemuda itu. Sekarang ia menyesal telah menyetujui ajakan Sooyou untuk datang ke sini. Bagaimana bisa ia lupa kalau Jeon Jungkook adalah penggila pesta?

Jieun sudah berusaha keras menghindarinya sejak tadi. Tapi sekarang, ketika sebagian besar tamu berkumpul di ruang tengah untuk menari mengikuti musik yang diputar, Jungkook semakin terang-terangan menatapnya.

Pemuda itu duduk di seberang ruangan bersama anak-anak kampus yang populer. Dia memakai kemeja hitam dan ripped jeans. Rambutnya disisir asal ke samping seperti biasa. Tangan kanannya memegang sebotol alkohol, sementara tangan kirinya melingkari bahu seorang gadis berambut pirang. Kang Yerim.

Jieun meminum sodanya dan mengalihkan pandangan ke meja yang dipenuhi botol minuman, atau kandelar yang menggantung, atau karpet yang sudah kotor terinjak-injak. Apa saja agar tidak menatap Jungkook. Tapi tatapan Jungkook seolah mempunyai magnet. Kepala Jieun tanpa sadar selalu tertoleh ke sana setiap 10 detik.

Senyum separuhnya muncul tiap kali mata mereka bertemu.

Ketika Jieun menoleh untuk ketiga kalinya, ia mendapati ekspresi Jungkook sudah berubah. Senyum di wajahnya telah menghilang. Matanya yang gelap menatap intens; meneliti tubuh Jieun dari atas sampai ke bawah.

Ia tahu benar apa arti tatapan itu.

Jieun bangkit dari kursi dan berjalan ke arah meja minuman dengan cepat. Ia menggigit bibir bawahnya dan merutuk dalam hati. Seharusnya ia langsung pulang saat melihat Jungkook datang bersama teman-temannya.

Jantungnya berdebar kencang mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Aroma cologne yang familier menghampiri penciumannya. Citrus dan lautan. Ia tidak perlu menoleh untuk melihat siapa pemiliknya.

Sebuah sapuan lembut terasa di pinggangnya, hanya beberapa detik. Orang yang melihat mungkin berpikir Jungkook tidak sengaja melakukannya, tapi Jieun tahu pemuda itu sengaja. Jungkook berhenti cukup dekat di sampingnya hingga lengan mereka bersentuhan.

Black LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang