Jungkook tidak tahu Jieun ada di mana.
Ia telah mencari gadis itu sampai ke apartemennya, tapi dia tidak ada di sana. Ia juga pergi ke kelab tempatnya bekerja, tapi tempat itu dikunci rapat. Mungkin sedang tutup—yang berarti Jieun tidak datang ke sana.
Jadi di mana?
Jungkook menghela napas frustrasi dan mengeluarkan sebuah botol hitam metalik berbentuk pipih dari dalam saku celananya. Ia menenggak nyaris setengah isinya dengan terburu-buru, kemudian merasakan tenggorokannya terbakar dan ia terbatuk-batuk.
Sial.
Jungkook khawatir. Sangat. Entah kenapa, firasatnya mengatakan kalau kondisi Jieun saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia harus melihat Jieun. Ia takkan bisa kembali ke apartemennya dengan tenang jika tidak memastikan sendiri bagaimana keadaan gadis itu.
Terakhir kali saat Jieun berada dalam kondisi yang buruk, ia mendapati gadis itu sedang menyayat lengannya sendiri, dengan air bak mandi yang sudah keruh karena bercampur dengan darahnya.
Ia tahu kalau Jieun adalah perempuan yang kuat, pekerja keras dan pantang menyerah dalam membiayai hidupnya dan adiknya. Tapi dia juga perempuan yang baru berusia 21 tahun dan memiliki perasaan. Tidak selamanya Jieun bisa bertahan dengan topeng datarnya, seolah hatinya terbuat dari batu.
Tentu saja Jungkook tidak berharap ada hal buruk yang menimpa Jieun, meskipun rasa khawatir ini begitu mengganggunya.
Tubuhnya disandarkan ke badan mobil saat sisi kepalanya mulai berkedut nyeri. Ia terlalu banyak minum hari ini. Jika ia minum setengah botol lagi, maka ia tidak akan bisa menyetir.
Apalagi jika ia sampai mabuk berat dan tidak bisa mencari Jieun lagi. Jungkook tidak terlalu suka berada dalam keadaan mabuk karena ia cenderung kehilangan kontrol diri. Terlebih setelah mengonsumsi obat yang diberikan Jimin.
Seperti kejadian waktu itu, pikirnya masam. Ia bertindak impulsif dengan mendatangi Jieun dan melemparkan kata-kata kasar dengan tololnya. Ketika ia pikir Jieun akan memukulnya atau memakinya, gadis itu justru hanya diam. Ia berharap mendapat balasan yang sama kejamnya agar ia punya alasan untuk menjauh, tapi kebungkaman Jieun justru lebih menyakitkan.
Jungkook menyesal telah melakukannya. Seharusnya ia minta maaf, tapi kalimat lain yang malah terlontar di mulutnya. Ini semua karena obat sialan itu. Jungkook tidak mau menyentuhnya lagi sekalipun ia harus mengulang kebiasaan lama. Minum sampai lupa ingatan tidak seberapa dibanding membuat Jieun sakit hati karena tindakannya.
Jungkook menggoyangkan botol alkohol di tangannya dengan malas. Isinya masih banyak, tapi ia harus membuangnya ke tempat sampah terdekat. Rasanya lucu karena ia bisa bebas minum di sini, di manapun ia mau, tapi tidak di Busan. Ia terkekeh sendiri membayangkan bagaimana Jimin akan menghajarnya habis-habisan jika ia kedapatan minum di luar, apalagi saat bekerja. Mereka tidak boleh lengah, atau berada dalam kondisi rentan. Mereka harus tetap fokus karena bahaya bisa datang kapan saja.
Selama menetap di sini, Jungkook tidak pernah membawa senjata apa pun. Tidak ada yang tahu mengenai latar belakangnya. Beda lagi jika di Busan, ia harus membawa pistol ke mana-mana, hanya untuk berjaga-jaga.
Bulan depan. Ia harus mengunjungi pamannya sebelum pria itu mendatanginya secara langsung. Jungkook sudah memikirkan kemungkinan kalau ia harus segera mengambil jabatan itu, tapi apakah ia sanggup meninggalkan Jieun? Rasanya berat memikirkan bagaimana ia akan menjalani hidup tanpa melihat gadis itu.
Seutas pemikiran gila mendadak muncul di benaknya.
Bagaimana kalau ia mengajak Jieun ke Busan?
Jieun tahu keluarganya memiliki bisnis ilegal dan dia sama sekali tidak takut dengan hal itu. Jieun pernah bercerita tentang pamannya yang ikut terjun dalam dunia gelap, walaupun sekarang sudah berhenti. Jungkook sangat penasaran dengan paman Jieun yang katanya juga tinggal di Busan. Apakah mungkin mereka tinggal di distrik yang sama? Di lingkup kelompok yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
FanfictionLee Jieun sempat berpikir kalau perjanjian yang ia lakukan dengan Jeon Jungkook hanya akan berlangsung singkat. Ia tidak pernah menyangka hubungan mereka akan menjadi lebih kompleks, terlebih ketika Jungkook membawanya kembali ke Busan. Lambat laun...