Chapter 13

363 62 20
                                    

Datanglah agar setidaknya aku tahu perasaan ini tidak berjalan sepihak.

"Tidak berjalan sepihak." Jieun mengulang kalimat itu berulang kali. Ia memeluk lututnya dan menyandarkan punggungnya ke dinding, merenung dalam gelap. Kalimat Jungkook sore tadi terus terngiang-ngiang dalam kepalanya dan ia kesulitan untuk tidur karena memikirkannya.

Jungkook memiliki perasaan padanya. Jungkook menyukainya. Jungkook menginginkannya. Benar-benar menginginkannya, bukan hanya tubuhnya.

Jieun mengingat-ingat kembali seluruh kebersamaannya dengan Jungkook. Bagaimana cara pemuda itu memperlakukannya, dan bagaimana cara pemuda itu menatapnya. Rasanya sulit dipercaya, tapi intensitas suara Jungkook begitu serius.

Dia akan kembali ke Busan, pikirnya muram. Tiga hari lagi sebelum satu November. Jungkook memintanya untuk datang ke stasiun, tapi rasanya ia tidak sanggup melihat pemuda itu pergi meninggalkannya.

Kehadiran Jungkook dalam hidupnya bukan sekadar percikan sesaat. Ketika ia berada di masa-masa sulit, Jungkook selalu datang padanya. Ketika ia terpuruk, Jungkook selalu ada di sampingnya. Jungkook telah melihat segala kekurangan dan masalahnya, tapi dia tetap saja menerimanya.

Jika Jieun memberitahukan perasaannya yang sesungguhnya, apakah hubungan mereka akan berhasil?

Jungkook akan kembali ke Busan.

Jieun menenggelamkan wajahnya di lututnya, merasa bingung dan frustrasi. Apakah Jungkook menginginkan hubungan jarak jauh? Seberapa sering mereka bertemu? Mungkin Jieun bisa menjalaninya, tapi ia tidak tahu ke mana hubungan ini akan membawa mereka berdua.

Jungkook adalah pewaris bisnis keluarganya di Busan, jadi sudah pasti dia akan sibuk. Segala hal yang berkaitan dengan bisnis ilegal adalah sesuatu yang berbahaya dan beresiko. Jieun akan terus dihantui oleh rasa khawatir setiap harinya.

Bagaimana hubungan ini akan berjalan ke depannya?

Jieun menghela napas, lantas berdiri dari duduknya. Ia tidak akan tahu jawabannya sebelum bertemu Jungkook. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, tak terasa beberapa jam telah terlewati.

Jieun berbaring di atas kasur dan memejamkan mata, mencoba untuk  tidur. Tapi ketika ia akhirnya terlelap, ia tiba-tiba memimpikan Jihyun.

Gadis itu berjalan ke arahnya dengan seragam rumah sakitnya yang kusut, tampak lunglai. Wajahnya pucat dan rambutnya berantakan. Jihyun duduk di tepi tempat tidurnya, menatapnya dengan sedih.

"Kakak," gumamnya, suara terdengar begitu lelah. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Jieun. "Aku menyayangimu."

Jieun ingin membalas, tapi suaranya tidak berhasil keluar. Ia terus mencoba untuk bicara, lagi dan lagi, tapi suaranya tetap tidak bisa keluar. Jihyun mulai berdiri dan berbalik pergi menuju jendela. Dia berhenti di sana, kemudian melambai padanya.

"Selamat tinggal."

Mata Jieun membelalak terbuka. Ia bangkit dari tempat tidur dengan terburu-buru dan rasa pusing seketika menghantam kepalanya. Ia menatap jam yang menunjukkan pukul lima pagi.

Mimpi tadi ... ia memimpikan Jihyun.

Jieun turun dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Mencuci wajahnya beberapa kali, lalu mencoba mengingat-ingat keseluruhan mimpinya tentang Jihyun. Ia jarang sekali memimpikan Jihyun, kecuali jika itu berkaitan dengan kejadian masa lalu mereka.

Apakah sesuatu terjadi pada Jihyun? Jieun mendadak merasa khawatir. Ia kembali ke kamarnya dan mengambil ponsel, menimbang-nimbang untuk menghubungi Perawat Cha atau tidak.

Black LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang