Chapter 02

394 68 13
                                    

Tidak terhitung lagi berapa kali Jieun datang ke apartemen Jungkook, tapi ia selalu saja terkesan dengan interiornya yang klasik dan mewah. Jungkook membeli semua unit di lantai paling atas dan meminta desain khusus dengan alasan kenyamanan. Padahal, dia hanya menempati satu kamar, itu pun jarang ditinggali. Jungkook lebih sering menginap di apartemennya.

Orang kaya memang suka menghambur-hamburkan uang, pikirnya masam.

Tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Ketika kontrak mereka berakhir, Jungkook tentu saja akan kembali menempati apartemennya. Walaupun, ia sempat mendengar gosip Hoseok tentang Jungkook yang menghabiskan waktunya sepanjang minggu di kelab.

Jieun memandang sosoknya yang tengah berjalan santai, kedua tangannya berada di saku celana. Ia hanya mengikuti dengan malas di belakang sambil menduga-duga apa yang akan mereka lakukan. Jungkook tidak mengatakan apa-apa sejak mereka keluar dari mobil, menaiki lift, melintasi koridor, sampai keduanya berhenti di depan unit kamarnya yang berada di bagian paling ujung.

Jungkook memasukkan beberapa kode dan membuka pintu, lantas mempersilakan Jieun untuk masuk terlebih dahulu. Ruangannya masih serapi yang Jieun ingat. Tapi ketika pandangannya berpindah ke bagian dapur, ia mengernyit melihat beberapa tumpukan piring di sana.

"Kau tidak mencuci piringmu lagi." Kalimat itu meluncur keluar begitu saja dari mulutnya.

Jungkook menatapnya tidak percaya sebelum menyemburkan tawa. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa dan mengisyaratkan Jieun untuk duduk di sisinya. "Aku akan mencucinya nanti, serius," katanya gemas saat Jieun tak kunjung bergerak di tempatnya. "Duduklah di sini."

Jieun bukannya memikirkan masalah piring, melainkan gosip Hoseok. Apa benar kau pergi ke kelab selama seminggu ini? Ia ingin menanyakan hal tersebut, tapi diurungkan saat melihat Jungkook mengeluarkan sebotol alkohol dari laci meja.

"Kau sudah minum banyak saat di pesta," ucapnya, memperhatikan botol vodka mahal yang Jungkook buka.

"Kau memperhatikanku?" Jungkook menyeringai tipis.

Jieun tidak mengatakan apa-apa dan duduk di samping Jungkook.

"Hanya minum sedikit," lanjut Jungkook. "Kau sudah berjanji untuk menemaniku."

"Hanya menemani."

"Aku tidak akan memintamu untuk melakukan itu."

Jieun menatap mata Jungkook. "Tapi kau ingin melakukan hal-hal lainnya."

Jungkook terkekeh. "Pintar." Ia menenggak vodka-nya langsung dari botol, sementara Jieun memperhatikan dalam diam.

Setelah menghabiskan nyaris setengah isinya, ia menarik tubuh Jieun mendekat. Tangannya menyapu lembut punggung dan tengkuk si gadis. Ia lalu mendekatkan wajahnya, sangat dekat hingga puncak hidung mereka bersentuhan. Napasnya yang beraroma alkohol menyapu wajah Jieun.

"Padahal aku berharap hubungan kita berjalan lebih lama," bisiknya, tertawa kecil.

Ia menjauhkan wajahnya sejenak hanya untuk meneguk minumannya. Pandangannya tak lepas dari wajah Jieun yang balas menatap datar. Sedetik kemudian, ia menarik tengkuk Jieun dan mempertemukan bibir mereka.

Jieun tidak suka minum alkohol, tapi tetap saja ia menelan apa yang Jungkook berikan lewat mulutnya. Cairan itu mengalir keluar menuju dagunya, lehernya, turun ke pundaknya. Mulut Jungkook mendorong dengan kuat, memberinya pagutan panas yang cukup kasar.

Jungkook tidak pernah menciumnya dengan lembut; dengan manis. Dan Jieun juga tidak ingin dicium dengan cara seperti itu. Ia lebih suka ciuman kasar yang mengingatkannya akan posisinya. Kalau hubungan mereka hanyalah sebuah kontrak di atas kertas. Tanpa perasaan apa pun.

Black LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang