―twelve.

139 51 1
                                    

"sumpah no gue gak ngerti fungsinya secreto tuh apa sekarang," renjun menggerutu sebegitu ia sampai di kantin selepas bel istirahat berbunyi. "emang masih rame gitu?"

"sombong benerrr," balas jeno sambil tertawa. "udah punya cewek ya lo?"

"engga lah," renjun menggeleng. "kebanyakan pesan yang masuk jirr, takut gue lama-lama."

"sampe sekarang masih ada yang ngisi?" tanya jeno, yang langsung dibalas dengan anggukan renjun. "edan, gue juga kalo ngisi secreto orang paling cuma sekali."

"hapus aja gak, sih?"

"apanya?"

"secreto gue―"

"tapi sayang kalo kata gue," sela jeno cepat. "tunggu bentaran lagi deh, siapa tau ada yang niat ngirim lagi."

jeno menyedot jus mangga miliknya, meninggalkan renjun yang kini tengah berpikir keras. kenapa renjun berpikir kalau jeno seperti yakin bahwa akan ada lagi orang yang mengirim pesan anonim ke secreto-nya?

"tapi bukan lo yang bakal ngirim lagi kan―"

"halah bukan, kepedean lo."

apasih, masalah secreto doang ribet, batin renjun.

jujur, semakin ke sini renjun semakin dibuat lelah dengan pesan-pesan yang ia terima. lelah menebak si pengirim, maksudnya. selain itu, renjun juga lelah dibuat pede dan geer sekaligus. kan, tidak lucu kalau akhirnya itu semua ternyata hanyalah prank dari teman-temannya.

"oke, gue hapus," renjun sampai pada keputusan akhirnya.

"trus ngapain nanya anjingg kalo ujung-ujungnya dihapus juga??" kini jeno yang menggerutu kasar.

"soalnya shasha juga udah hapus..."

jeno kemudian mendecih, sedikit menertawakan renjun, "masih suka lo sama si mak lampir?"

"cantik gituu kok dipanggil mak lampir?"

"hadeuh..." jeno memutar bola mata malas. "terserah lo, udah ngebet ya suka sama dianya?"

tanpa sadar, renjun mengangguk setelahnya.

tanpa sadar, renjun mengangguk setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[#7] secreto | huang renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang