Hujan akhirnya turun dengan derasnya.
"Udud, Mbah." (Rokok, Mbah). Kuswanoto menyodorkan rokok warna merah serta gambar gudang adalah keretek andalannya.
Mbah Kijan menolaknya dengan mengeluarkan plastik hitam berisi tembakau serta kertas gulung.
"Niki lo. Nggo to, ampun sungkan ngoten." (Ini loh. Sudahlah, jangan sungkan begitu). Kuswanoto lalu meraih sebatang keretek serta memberikannya kepada Mbah Kijan.
"Wes ora usah, To." (Tidak usah, To).
"Halah! Nopo to Njenegan niki." (Halah! Kenapa Anda ini!).
Jes!
Kuswanoto juga menyalakan korek untuk Mbah Kijan.
Jes!
"Lo? Lak seger to, Mbah." (Loh? Enak, 'kan, Mbah).
"He he he. Iyo, To." (He he he. Iya, To).
"Blonjo opo ae?" (Belanja apa saja?).
"Amung ngrencangi garwo, Mbah." (Hanya menemani istri, Mbah).
"Eh, To. Emas saiki tekan piro, yo?" (Eh, To. Emas sekarang berapa, ya?).
"Emas? Njenengan, bade tumbas giwang? Kagem sinten, Mbah?" (Emas? Anda, mau beli anting? Buat siapa, Mbah?).
"Ora tuku. Gur takon." (Tidak beli. Hanya bertanya).
"Oalah? Lek ngoten nggeh, kirangan, Mbah. Kaleh atus to nopo pun pinten sakniki." (Oalah? Kalau begitu ya, entah, Mbah. Dua ratus apa berapa sekarang).
"La kok larang men, To." (La kok mahal sekali, To).
"Bade tumbas nopo nyade?" (Mau beli apa menjual?).
"Arep ngedol." (Mau jual).
"Gelang nopo giwang?" (Gelang apa anting?), tanya Kuswanoto.
"Ali-ali," (Cincin), jawab Mbah Kijan.
"Emas asli nopo ali-ali hadiah, Mbah." (Emas ali apa cincin hadiah mainan, Mbah).
"Hadiah piye to. Yo, asli, To." (Hadiah bagaimana toh. Ya, asli, To).
"La kulo kinten ali-ali hadiah lotre." (La saya kira cincin hadiah lotre).
"Ngawur ae lo kowe ki, To." (Mengawur saja loh kamu ini, To).
"Iko Warsinah yo neng ndi ngisan. Taker sampek udan ngene." (Itu Warsinah ke mana lagi. Sampai hujan begini). Menggumam.
"Opo neh seng digoleki. Jare kate ngancani awakku golek sandal kok, sampek udan ngene. Ngalamat gak iso balek nek ngene." (Apa lagi yang dicari. Katanya mau menemaniku mencari sandal kok, sampai hujan begini. Alamat tidak bisa pulang kalau begini).
"Kerep blonjo neng pasar, To?" (Sering belanja ke pasar, To?). Ucapan Mbah Kijan membuyarkan lamunan Kuswanoto.
"Eh, mboten, Mbah. Sak ulan sepindah nggeh mboten pesti." (Eh, tidak, Mbah. Satu bulan sekali juga belum tentu).
"Biosone nggeh blonjo teng wandene tonggo. La benten kaleh tiyang-tiyang niko kok kulo niki. Sanadjan larang, kulo taseh mblanjani wandene tonggo." (Biasanya juga belanja di warung tetangga. La beda dengan orang-orang itu kok aku ini. Walau mahal, aku masih berbelanja di warungnya tetangga).
"Pun katah lo sakniki wande-wande moderen, Mbah. Wonten Alba Mart, Indo April, lan lintunipun." (Sudah banyak loh sekarang warung-warung modern, Mbah. Ada Alba Mart, Indo April, dan lainnya).
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗟𝗜-𝗔𝗟𝗜 𝗞𝗘𝗠𝗕𝗔𝗡𝗚 𝗞𝗘𝗡𝗢𝗡𝗚𝗢
HorrorSebagai pemiliki pangkalan gas 3 kg, Sugito mengajak Saimun untuk ke pasar setelah mendapatkan satu benda yang nyaris bisa ditakar jumlahnya. Mengawali hari bahagia tersebut, setelahnya mereka menuju rumah makan untuk merayakan temuan besar yang tid...
