KAMPUNG DIKEPUNG HUJAN

83 8 1
                                    

Lap!

Duar!

Petir terus menyambar disertai langit yang bergemuruh seakan mau runtuh.

Krek.

Krok.

Krek.

Krok.

Kuswanoto segera menutup jendela saat bunyi derit terus dihasilkan oleh angin yang memainkan jendela.

Krek.

Krok.

Krek.

Krok.

Sekali dilihatnya langit begitu pekat.

Lap!

Duar!

"Pak, pintu belakang tolong ditutup!" teriak Warsinah dari dapur.

"Ngono kok yo gak godak!" (Begitu saja kok tidak bisa!). Kuswanoto melangkah ke samping dapur.

"Njenengan tidak lihat saya lagi apa, he?" Seraya meniriskan pisang goreng.

Kuswanoto kembali setelahnya dengan menggulung sarung.

"Udane kok eram men yo, Mak. Dweress gak umum." (Hujannya kok terlalu benar ya, Mak. Deras tidak umum).

"Sudah lama tak hujan, Pak. Sekali hujan, ya biasanya deres."

"Koyok awakku ya, Mak." (Seperti aku ya, Mak).

"La apa hubungannya dengan Njenengan."

"Nek suwe gak diudani. Sekali diudani yo, deres. He he he." (Kalau lama tidak dihujani. Sekali dihujani ya, deras. He he he).

Mendadak lampu mati.

Pet!

"Kulino! Anger wayahe udan pesti mati lampu. Nggregetno tenan ki PLN!" (Kebiasaan! Kalau hujan pasti mati lampu. Menjengkelkan sekali ini PLN!).

"Pak, ini senteri loh!"

"Opo neh to jane!" (Apa lagi!).

"Ini loh! Gosong nanti!"

"Sek! Tak njupuk HP sek!" (Sebentar! Saya ambil HP dulu!). Bermaksud untuk mengambil HP dan menyalakan fitur senter.

Kuswanoto melangkah dalam gelap ruangan dapur, menerka arah pintu untuk sampai ke ruangan di mana dia biasa mengecas HP.

"Ngene ki lak yo menakno wong seng kate kelon? Ndi iki malem jemuah ngisan," (Begini ini, 'kan ya mengenakkan yang mau kelon? Mana ini malam Jumat lagi), katanya.

"Sudah cepat! Merutuk saja!" seru Warsinah.

Beruntung nyala api kompor masih memberikan gambaran kalau Kuswanoto berjalan seperti orang buta yang kehilangan tongkatnya.

Selangkah Kuswanoto berjalan, tiba-tiba.

Dak!

"Aduh yong!" (Aduh!).

"Matane suwek! Jane sopo to seng mindah lawang neng kene ki!" (Matanya sobek! Siapa yang memindah pintu di sini!).

Kuswanoto mengusap-usap jidatnya yang mendadak sakit setelah membentur sisi gawang pintu.

"Yang memindah pintu ya, siapa, ha? La wong dari dulu ya di situ kok. Njenengan kok malah misuh-misuh menyalahkan pintu."

"Joh njaran ane!" (Kencing kuda!)

"Pintu kok disalahkan," gumam Warsinah.

****

Kuswanoto datang kembali dengan sinar dari HP setelah mengaktifkan senter.

𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗟𝗜-𝗔𝗟𝗜 𝗞𝗘𝗠𝗕𝗔𝗡𝗚 𝗞𝗘𝗡𝗢𝗡𝗚𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang