11. jati diri yg sebenarnya.

39 8 0
                                    

Update ✨
Kalo ada typo tandain aja.
SELAMAT MEMBACA.
Enjoy guys.
















Siang hari di kantor jaeden,jaeden sedang berkutat dengan tumpukan dokumen dia mendesah lelah apalagi dia tadi malam tidur sangat sebentar.

Asep yg melihatnya langsung menghampiri temanya itu.
"Jae? Makan dulu lah."katanya membuat intensi jaeden menatapnya.

"Gak sep."jawab jaeden.

Asep menyadari perubahan jaeden,apa ini sikap aslinya? Dingin? Kayak Asep, tapi Jaeden lebih serem kalo marah.

"Lo kurang tidur sekarang gak makan? Apa yg Lo harepin kalo kayak gitu? Ayolah jae untuk sekarang jangan keluarin sifat asli Lo."pernyataan Asep membuat tangan jaeden berhenti dan menatap Asep tajam.

"Tau apa Lo tentang gue?! Gak usah sok tau!"sentak jaeden meninggalkan ruangannya.

"Gue udah kenal Lo lama jae."lirih Asep. "Tapi gue baru tau sifat asli Lo? Apalagi yg Lo tutupin dari gue?"Asep mengacak rambutnya dan pergi dari sana.

"Iya Zee bentar lagi kesana,Lo makan ya? Jangan gini Zee nanti maag Lo kambuh."jaeden sedang menerima telpon dari Janu,Janu bilang zeea gak mau makan kalo gak sama Jaeden.

"Iya gue makan, Lo ntar kesini ya?"

"Iya dih manja banget."Jaeden terkekeh.

"Yaudah gue kasi bang Janu nih hpnya."
"Thanks ya jae Maaf gue ganggu."telpon di ambil alih oleh Janu.

"Iya bang santai aja, habis meeting gue ke sana."

Asep lagi,dia menggeleng melihat Jaeden ternyata temanya adalah bunglon.

"Gue tau Lo ngeliatin gue dari tadi!"Asep yg sudah tercyduk keluar dari persembunyiannya dengan cengiran.

"Sorry Soal tadi."kata Jaeden tiba tiba.

Asep tersenyum.
"Gue tau Lo lagi capek jae,but gue lebih suka sikap asli Lo,pertahankan, berhenti Pura pura ceria."Jaeden menatap Asep.

"Itu sama aja Lo nyakitin diri Lo jae, berhenti menghibur orang yg terluka padahal Lo sendiri masih luka."

Jaeden tersenyum.
"Makasih sep, selalu ada di samping gue walaupun Lo ngeselin."Jaeden terkekeh.

"Ternyata Lo lebih dingin dari gue."Asep terkekeh."tapi Lo hebat bisa lawan sikap dingin Lo itu Jae gak kayak gue."

"Udahlah sep Lo lebih bagus kayak gini,kalo Lo gak cuek Lo tuh resek."Asep yg notabenenya cuek dan dingin tertawa mendengar ucapan Jaeden.

"Gue gak resek kalo gak ada Juan."

"Lah segak suka itu Lo sama Juan."

"Gak gitu,gak suka aja gue sama bocil."

"Elah sama aja anjir lagian Juan bentar lagi jadi mahasiswa kan."

"Yajuga tapi ngeselin."

Mereka berdua kembali tertawa walaupun gak lucu.

"Pergi dulu gue ke RS."pamit jaeden.

"Meetingnya?" Tanya Aslan.

"Skip aja." jawab Jaeden santai

"Eh Jae, masalah Dion?"ucapan Aslan lagi dengan sangat hati-hati.

"Nanti gue urus."jawab Jaeden tersenyum.

"Gue aja."

"Kenapa?"tanya Jaeden, padahal dia udah tau alasan Aslan larang dia nanganin Dion.

"Lo beresin masalah pakek kekerasan,gak asik! Gue aja"Aslan melangkah pergi.

Jaeden tersenyum penuh arti menatap punggung Aslan yg mulai menghilang.

Di rumah sakit jaeden terduduk diam di sebelah zeea yg masih fokus menatapnya juga, Zeea paham ini sifat asli Jaeden.

"Jae.."zeea bergumam.

Jaeden hanya tersenyum menanggapinya.

"Kenapa?"tanya Zeea.

"Maaf Zee."ucap Jaeden lirih menundukkan kepalanya.

"Bukan salah Lo."

"Gue gagal lindungi Lo."

Zeea menitikkan air matanya.
"Jae gue takut."gumamnya menutup kedua telinganya.

"Zee? Are you okay?" Tanya Jaeden dengan raut wajah khawatir.

"Hiks... jangan.."gumam zeea tiba tiba.

Zeea terlihat Ling lung dan panik,zeea menangis zeea juga gak gak ngerti kenapa tiba tiba terlintas di otaknya kejadian malam itu.

"Zee,heii Lo kenapa?"Jaeden memeluk zeea dengan sangat erat "jangan takut ada gue disini"bisiknya tepat di telinga Zeea.

"Gue takut."Zeea mendongak menatap mata Jaeden.

"Jangan takut ada gue di samping Lo."Jaeden masih berusaha menenangkan Zeea.

Zeea dengan erat memeluk Jaeden,gak tau kenapa dia merasa tenang ada di dekat Jaeden.

"Zee?"bunda zeea berlari kecil menghampiri putrinya itu. "kenapa sayang? Kenapa nangis?"

Jaeden menatap bunda zeea dan menggelengkan kepalanya mengisyarakatkan agar tidak menanyakan alasan kenapa zeea menangis.

Sang bunda langsung mengerti dan memeluk Putri kesayangannya itu.

"Bun, Jae titip Zeea dulu."Zeea menahan tangan Jaeden yg hendak pergi.

"Mau kemana?"Tanyanya.

Jaeden meraih puncak kepala zeea dan mengelusnya lembut.
"Gue mau bicara sama dokter bentar, bunda kan ada Disni."

Zeea mengerucutkan bibirnya gemas.
"Jangan lama."katanya.

Jaeden yg melihat tingkah Zeea terkekeh geli .
"Iya gak lama kok." Jaeden menatap bunda Zeea. "Bun, Jae mau ngomongin sesuatu sama Dokter."sang bunda hanya mengangguk dan tersenyum.

Saat Jaeden sudah menghilang dari hadapan Zeea dan sang Bunda, Bunda menggoda Zeea.

"Hemmm gak mau nih sama Bunda? Maunya sama jaeden aja?"Bunda Menaik turunkan alisnya mengejek.

"Ih gak gitu Bun."pipi Zeea tiba tiba merah, Zeea merebahkan dirinya dan menutup seluruh tubuhnya sampai wajah dengan selimut karena malu.

"Dih malu."

"Issh bunda."

Sang Bunda tertawa lepas.
"Iya enggak, bunda cuma bercanda."











Terimakasih guys udah nyempetin mampir ke cerita gue.

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Komen.
Vote.
Thanks guys.

DEAR Z || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang