Cantik?

587 56 0
                                    


  Naruto dan Sasuke tiba di alun-alun setelah menaiki sepeda sebentar. Alun-alun sangat ramai karena pasar malam kali ini, banyak wahana dan juga kuliner. Sasuke memandang pemandangan itu, ia melihat banyak makanan dan tanpa sadar menelan ludah. Naruto yang melihat hal tersebut pun terkekeh.

"Apa?! Kau menertawakanku?"

"Pfft, tidak. Kau sangat imut Sasuke. Apa kau mau mencoba makanan-makanan itu?"

"En, aku jarang ke pasar malam sejak orang tuaku meninggal, dan tidak pernah setelah kak Itachi pergi ke luar negeri. Jadi . . , Aku cukup penasaran"

". . . , Kalau begitu, ayo coba yang itu"

"Hm"

Mereka berdua menuju kedai siomay. Naruto memesan satu porsi, dan dua botol air mineral lalu memakannya bersama Sasuke.

"Kenapa hanya beli satu?"

Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal, juga bingung kenapa ia hanya membeli satu porsi. Hanya saja ia pernah melihat di film bahwa ketika dua tokoh membeli makanan, biasanya mereka membeli satu porsi lalu membaginya. Tanpa menyadari bahwa film yang ditontonnya saat itu adalah film romantis.

"Entahlah, waktu aku nonton film, ada dua pria ke festival dan cuma beli satu porsi setiap makanannya, lalu mereka berbagi. Mungkin itu tradisi festival?"

Saat mereka makan di kursi di tepi jalan, Naruto menjawab pertanyaan Sasuke dengan santai.

"Sungguh? Aku baru tahu. Film apa yang kau tonton?"

Naruto mengunyah siomay perlahan sambil berfikir.

"Entahlah? Aku menemukan cdnya di ruangan salah satu karyawanu, lalu aku menyetelnya tanpa berfikir. Karena bosan."

"Aneh sekali, apa di luar negeri ada kebiasaan berbagi makanan di festival? Lalu apa adegan selanjutnya setelah pergi festival?"

Sasuke memakan siomay dengan santai sambil mendengar cerita Naruto, ingin tahu kehidupannya di luar negeri selama beberapa tahun ini.

"Setelah itu? Hm.. biar kupikirkan.., setelah itu mereka memesan sebuah kamar di sebuah hotel, kalau kau juga ingin bertanya kenapa hanya memesan satu kamar, di film itu resepsionis berkata hanya ada sisa satu kamar saja, lalu setelah itu.. seingatku ada dialog 'aku sudah makan banyak, tapi sepertinya makan makanan itu belum cukup' yang diucapkan oleh salah satu pria.."

Saat makan Siomay, alis Sasuke mengerut, merasa bahwa film yang ditonton sahabatnya itu mulai terdengar . . . salah (?)

"Nah.., setelah adegan itu, aku sungguh tak mengerti, pria yang diajak bicara pria besar itu wajahnya langsung memerah, dan setelah itu dia berkata 'aku akan mandi dulu'. Karena aku tidak paham kenapa jika temannya lapar, justru dia mau mandi, jadi aku menelfon karyawan pemilik cd untuk menanyakannya tentang itu, tapi dia justru mengambil paksa cd itu lalu meminta maaf dan pergi begitu saja. . . Membingungkan"

Sasuke yang sedang minum air langsung tersedak.

'a..apa-apaan? Sepertinya aku tahu film apa itu..'

Naruto adalah orang yang pandai, tapi sungguh, pengetahuannya hanya berbasis pada ilmu yang berhubungan dengan pekerjaan. Dia sangat amat bodoh jika ditanya tentang hal-hal seksual.

"Ukhuk, ekhem.. Naruto, lebih baik kau jangan menonton film seperti itu"

"Hm? Kenapa? Bukankah hanya cerita persahabatan?"

Sasuke menahan amarahnya, lalu menghela nafas.

"Kedua pria di film yang kau tonton.. adalah sepasang kekasih"

Naruto seakan tersambar petir di siang bolong.

"Ta..tapi mereka berdua pria?"

"Pfft, apa kau baru tahu? Sungguh, yang benar saja. Kau jenius bisnis di usia muda, tapi dalam beberapa hal, kau benar-benar bodoh"

Sasuke tertawa lepas, menurutnya Naruto adalah orang yang sangat pintar, tapi terkadang temannya itu sangat bodoh dalam hal seperti ini. Sementara dirinya tertawa, ia tak menyadari Naruto menatapnya dengan intens.

"Hahaha...aduh..aku tertawa berlebihan. Ayo, kota main wahana itu!"

Sasuke menarik Naruto untuk mencoba berbagai wahana. Naruto pun hanya mengikuti dengan patuh. Mereka berkeliling pasar malam, mulai dari gerai makanan, pakaian, hingga kerajinan tangan.

"Waah~ lihat itu Naruto, terlihat sangat cantik!"

"Hm? Itu biasa saja"

"Tch, kau sungguh tak mengerti mode"

Sasuke mengambil jepit rambut kayu yang tampak klasik, dan mencobanya ke rambutnya sendiri. Melihat cermin di gerai, lalu mengangguk puas. Ia lalu menatap Naruto sambil bertanya.

"Bagaimana? Bagus bukan? . . .?"

Naruto akan menarik kata-katanya lagi. Sungguh jepitan itu tadi biasa saja, tapi saat Sasuke yang mengenakannya, itu tampak menjadi cerah dan membuat Sasuke lebih cantik (?)

Naruto mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke dan tersenyum.

"Sangat cantik"

"Ah? Ya, sudah kubilang jepit rambut ini.."

"Tidak, kau yang cantik"

Mata Sasuke membesar seperti domba kecil yang terkejut, lalu semburat merah keluar di atas pipinya.

Pemilik gerai yang menyadari situasi langsung mengambil alih.

"Ya ampun~ tuan, kekasih anda sungguh sangat cocok dengan jepit rambut ini"

"Eh?"

Naruto berkedip polos tak mengerti, Sasuke yang melihat itu langsung menghela nafas.

"Yang dimaksud 'kekasih' mu, oleh pemilik gerai adalah aku"

"Hah? Kau?"

"Pfft, sudahlah. Bu, saya beli yang ini, ini uangnya, terimakasih"

"Terimakasih dan silahkan datang lagi"

Naruto yang masih bingung, diseret Sasuke untuk membeli es krim. Selanjutnya mereka mulai mengobrol ringan lagi. Dan setelah waktu menjadi cukup larut, Naruto mengantar Sasuke pulang sebelum ia pulang.

My Life (NARUSASU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang