siapa dia

485 45 0
                                    


Kelas selesai, dan semua anak tetap di kelas kecuali sang ketua kelas.

Sasuke menggendong tas hitamnya dan berjalan keluar.

Sejak meninggalnya kedua orang tuanya, Sasuke tak pernah merayakan hari seni. Tentu karena suatu hal yang tak bisa dibicarakannya kepada semua orang. Karena di hari seni itulah, ia kehilangan cahayanya.

"Sialan, kenapa suasana hatiku yang bagus tadi pagi jadi seburuk ini?"

"Hmm..aku juga tak mengerti Sasuke, gimana kalau kau beritahu aku juga?"

"...!"

Sasuke dikejutkan oleh suara orang di sampingnya.

"Naruto, kenapa kau keluar?"

Naruto mengubah ekspresi wajahnya menjadi seperti anjing kehujanan.

"Itu karena kau tidak ikut. Aku ingin ikut perayaan hanya ingin bermain denganmu, jadi jika kau tak ikut, untuk apa pergi?"

"Tidak masalah, pergi saja, aku hanya tidak suka seni.."

  Naruto menyadari cahaya di mata Sasuke meredup, ia merangkul pundak sahabatnya itu lalu berbisik di telinganya.

"Kalau begitu.. di hari seni internasional kau punya banyak waktu bebas kan?"

Sasuke mengerjap, lalu menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana kalau kita main berdua saja?"

"Main?"

"Yup!"

  "Main apa?"

"Hmm.. entahlah, aku belum pernah bermain dengan temanku sejak lama.., gimana kalau bertaruh saham? Atau pergi ke pelelangan? Mungkin bermain balapan mobil cukup seru...tidak juga, itu sangat membosankan"

Sambil berjalan, Sasuke melihat kawannya itu sambil terkikik. Apakah Naruto bermain dengan banyak uang? Dia memang pengusaha sampai ke tulang sumsumnya.

"Khihihi, bagaimana kalau ke taman bermain saja?"

"Oh! Benar, aku lupa ada hal seperti itu juga. Itu seperti pasar malam di pagi hari kan?"

"Yahh, mungkin bisa dibilang begitu."

"Baiklah! Kalau begitu kita tak usah ikut perayaan hari seni, bagaimana kalau pergi ke taman bermain berdua?"

Sasuke merasa suasana hatinya membaik, ia lalu tersenyum kecil.

"Baiklah, ."

Naruto yang menyadari bahwa suasana hati Sasuke telah membaik, juga tersenyum cerah. Dengan main-main ia mencubit pipi sahabatnya itu.

"Khehehe, Sasuke yang tersenyum jauh lebih cantik"

Sasuke yang tak siap dengan tindakan tersebut, sedikit tersentak. Lalu menundukkan kepalanya malu.

"Huh, apa maksudmu aku jelek jika tidak tersenyum?"

"Hm? Bagaimana mungkin? Bahkan saat marahpun sama sekali tak mengurangi kecantikanmu"

"Sudahlah diam, mau pulang bareng?"

"Tentu! Mampir sebentar ke penjual takoyaki, ."

"Tapi kau harus mentraktirku juga (?)"

"Yup! Sebanyak yang Sasuke mau~"

Mereka akhirnya berjalan ke parkiran sepeda Naruto, dan pulang bersama.

Tanpa disadari, seorang pria mengawasi sambil menelfon seseorang.

"..."

"Dia tidak menganggap ancaman bos dengan serius"

"...."

" Baik bos, Lakukan sesuai perintah"
.

Hari perayaan seni internasional akhirnya tiba. Para murid yang berpartisipasi akan datang untuk banyak tujuan, ada yang memang tertarik pada seni, atau hanya suka acara ramai di sekolah. Tapi dua orang murid laki-laki kini tengah berada di rumah masing-masing dengan lemari pakaian yang berantakan.

"..., Tuan, bolehkah aku memarahimu?"

"Shiba, bajuku sangat buruk"

Mendengar keluhan itu, Shiba tak tahan untuk mengeluh juga dalam hati.

'tuan, pakaian mana diantara semua pakaian ini yang buruk? Satu diantaranya memiliki harga biaya hidup untuk setahun!'

"Kualitas ini sangat baik tuan"

"Hmm, pakaian apa yang harus digunakan untuk ke taman bermain? Apakah jas merah dengan dasi biru? Atau jas hitam dengan kemeja putih?"

'tuan, anda akan berkencan tuan, BERKENCAN! apa anda sungguh akan menggunakan setelan kerja? Anda akan rapat di taman bermain, huh?!'

"Hmm, sebaiknya anda menggunakan pakaian yang lebih kasual, seperti  jaket hitam dan kaos putih."

My Life (NARUSASU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang