Halaman 8

81 8 1
                                    

Jantung Mingyu terus saja berdebar tidak normal . Raut wajahnya terlihat begitu berseri. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, ia sama sekali belum berhenti menebar senyum manis pada siapapun, dan pada apapun.

Sesampainya dikamar, pemuda bermarga Kim itu langsung menjatuhkan tubuh tingginya diatas kasur. Menatap langit-langit kamar putih yang berhiaskan sebuah lampu dengan warna senada yang cukup menyilaukan mata.

"Ah, Taeyong-hyung semakin cantik saja."

Ya.

Hanya Taeyong yang ada dibenak sepanjang kakinya melangkah tadi. Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menghilangkan Taeyong dari ingatannya. Berjumpa lagi dengan Taeyong setelah bertahun-tahun tidak ada kabar bagaikan sebuah mimpi. Perutnya terasa mual saking terlalu senang.

Sebuah tawaran yang sempat ia tolak beberapa hari lalu tetiba terlintas diingatannya. Ia pun mengambil ponsel dan mendial nomor ayahnya, Tuan Kim.

Tutt

Tutt

Nada sambung panggilan terus berbunyi beberapa menit sebelum akhirnya orang yang ia hubungi mengangkat panggilannya.

"Halo,nak."

"Apa Appa masih disini?"

"Ya. Sedang tunggu Dokter Ahn. Sebentar lagi Appa pulang ke Busan. Ada apa?"

"Tentang tawaran yang Appa berikan, aku berubah pikiran."

"Kau bersungguh-sungguh?"

Mingyu menganggukkan kepalanya, walaupun ia tau Tuan Kim tidak bisa melihat itu.

"Baguslah. Kalau begitu kau tinggal beritahu Ketua Shin dan berpamitan padanya."

Imbuh Tuan Kim.

"Baik, Appa. Jangan khawatirkan itu. Lagipula aku juga akan ambil sebagian barang yang sudah ku simpan disana besok."

"Appa senang kau menerima tawaran Inspektur Jung, Mingyu."

"Aku juga."

Terdengar suara berat Tuan Kim dari seberang panggilan terkekeh khas pria seusianya.

"Kau terdengar begitu bahagia. Apa sesuatu yang menyenangkan terjadi?"

Mingyu kembali menganggukkan kepalanya yang lagi-lagi tidak mungkin Tuan Kim dapat melihatnya.

"Tebaklah."

"Kau menang undian?"

Mingyu memutar mata mendengar jawaban Tuan Kim yang seenak jidat.

"Bukan. Aku tidak pernah ikut hal semacam itu. Coba lagi."

"Kau bertemu wanita cantik?"

"Bukan juga."

"Hmm... Appa menyerah."

"Aku sudah bertemu dengannya."

"Siapa?"

"Taeyong-hyung. Aku bertemu dengan Taeyong-hyung siang tadi, Appa."

"Benarkah? Aku ikut senang. Apa dia masih mengenalmu?"

"Tentu. Mana mungkin dia melupakan pria tampan sepertiku."

"Terserah kau sajalah."

Mingyu terkikik mendengar nada malas ayahnya.

"Mingyu, ada yang harus Appa lakukan. Appa tutup teleponnnya ya? Nanti Appa telepon kalo sudah sampai Busan."

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang