Halaman 6

105 13 7
                                    

Jaehyun mengayunkan kakinya dengan cepat memasuki bangunan bertuliskan Gangnam Police Station itu. Ia terlambat lebih dari setengah jam karena harus menunggu antrian untuk memeriksa sebelah lengannya yang terluka.

Pagi tadi saat ia berpamitan pada Taeyong, pemuda manis itu terus memaksanya untuk pergi ke dokter terlebih dulu. Jaehyun untuk pertama kalinya berharap Mark, yang ia yakini sebagai kekasih Taeyong, ikut campur dalam pembicaraannya agar Taeyong berhenti memaksa. Tapi yang ditunggu tidak juga datang. Taeyong bilang bahwa Mark masih tidur karena semalam dia masuk angin akibat hujan-hujanan.

Setelah beberapa menit, akhirnya Jaehyun pun mengalah dan berjanji untuk pergi memeriksakan diri sebelum berangkat bekerja. Jarak dari Gwanak ke apartemennya di Gangnam saja menghabiskan waktu sekitar 12 menit naik taksi. Belum lagi ia harus mengganti bajunya dengan seragam kerja. Alhasil kini dirinya basah oleh keringat karena tidak sempat mandi.

Rekan kerja sekaligus sahabatnya, Kim Mingyu, menggelengkan kepala melihat pemuda berkulit putih itu dengan rambut yang masih berantakan. Jaehyun tidak punya waktu lebih untuk sekedar bercermin diapartemennya tadi.

"Setidaknya rapikan rambutmu, Jung."

Dengan nafas yang masih terengah, Jaehyun pun menolehkan kepalanya ke cermin kecil dimeja kerja Mingyu. Ia lantas menyisir rambut dengan jari-jari tangannya.

"Lama-lama kau bisa dipecat juga tau."

"Orang tua itu tidak akan berani memecat kita asal kau tau."

Mingyu terkekeh kecil mendengar jawaban sahabatnya. Sebab itu memang benar. Ayah Jaehyun, Inspektur Jung Yunho, cukup terkenal dikalangan kepolisian. Selain karena wajahnya yang tampan membahana, prestasinya juga luar biasa. Orang seperti Ketua Shin yang haus jabatan pasti akan mudah tunduk padanya.

"Kencanmu semalam pasti sangat menyenangkan, ya kan? "

Senior Choi datang menghampiri mereka dengan tampang garang andalannya. Bersiap hendak memarahi Jaehyun karena datang terlambat akibat kencan semalam berdasarkan informasi dari Senior Kang. Tapi ia malah mengernyit karena melihat ada lilitan perban dilengan opsir muda itu.

"Kenapa dengan lenganmu?"

"Dia pasti bermain kasar semalam."

Senior Kang tergelak sendiri atas perkataannya. Baginya sangat lucu mengingat wajah Jaehyun yang salah tingkah waktu itu. Walaupun semalam penerangannya kurang, mata tajam Senior Kang mampu melihat wajah Jaehyun yang memerah.

Tidak mau Senior Choi salah paham, Jaehyun pun segera menjelaskan tentang apa sebenarnya yang terjadi. Tanpa memberitahu mereka bahwa tujuan awalnya tidak pulang bersama Senior Kang adalah karena Jaehyun mencurigai seseorang, yaitu Taeyong.

Lagipula kenapa harus diceritakan pada mereka. Itu sudah terbukti jelas. Penyusup rumah mendiang tuan Yoon juga memasuki rumah Taeyong, saat pemuda manis itu jelas-jelas sedang bersamanya. Tentu saja bisa dipastikan bahwa penyusup yang sekaligus dicurigai pelaku pembunuhan berantai itu bukanlah Taeyong. Dan Jaehyun sangat teramat bersyukur akan hal itu.

"Apa kau melihat wajah orang yang melukaimu?"

Jaehyun menggeleng. Semalam hujan dan tempat ia diserang lebih redup dari tempat lainnya. Tidak ada yang bisa ia lihat selain perawakan dan pergerakan orang itu.

"Bagaimana dengan ciri-ciri lainnya?"

Sambung Senior Choi.

"Dia seorang pria bertubuh besar. Tingginya berkisar antara 180-184.
Suaranya terdengar seperti dia berusia diakhir 30-an. Dan dia membawa pisau yang akhirnya melukai lenganku."

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang