BAB 3: PENGALAMAN SENDIRI

435 0 0
                                    

Setelah lama berpikir di atas motor Kawasaki Ninjanya, dalam keraguan dan penasaran yang campur aduk Bimo melangkah melewati beberapa pria muda yang bergerombol di depan pintu masuk club.

Memang sebelumnya Bimo sudah dua kali mengunjungi G Club ini bersama Angga, tapi kali ini dia sengaja tidak memberi tau sahabat karibnya sekaligus teman satu kelompoknya di tugas tesis tentang kehidupan penyuka sejenis yang digarapnya. Bimo datang sendiri karena ingin lebih leluasa menuntaskan rasa penasarannya tentang dunia yang masih benar-benar baru baginya.

Dengan mengenakan kaos biru tua pas badan dan celana jeans Bimo merasa ditelanjangi dengan tatapan lekat pria-pria berdandan modis yang memperhatikannya saat Bimo berusaha untuk tetap tenang melewatinya. Sesaat Bimo merasa lebih nyaman setelah memasuki club yang berisik dengan dentuman musik dan lampu yang temaram penuh sorotan kelap-kelip beraneka warna,namun lampu itu tak terlalu gelap hingga pria-pria lain masih bisa dengan jelas memperhatikan muka Bimo yang manis dan tubuhnya yang gempal tinggi khas atlet voli. Bimo juga bisa merasakan tatapan mereka melekat ke tubuhnya, dan senyuman-senyuman mereka saat tanpa sengaja mata mereka bertatapan.

"Long Island... Rame yah.." teriak Bimo ke telinga seorang bartender yang sudah dikenalnya beberapa hari lalu saat dia dan Angga datang.

Saat itu ketika Bimo duduk di sofa sendirian sambil menunggu Angga yang lagi pamit ke toilet, seorang pria berambut khas bintang Korea poni tipis di depan jabrik diatas cocok dengan wajah orientalnya mendekati Bimo sambil tangan kanannya mengisyaratkan "pinjam korek api". Setelah menyulut rokok di bibirnya, pria itu mengulurkan kembali korek Bimo, bukan hanya korek yang diterima Bimo dengan tangan kanannya tapi juga senyuman dan remasan di telapak tangannya.

"Thanks... Sendirian? Boleh gak aku gabung.." setengah berteriak, sambil langsung duduk di sbelah Bimo pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Bimo. Terlalu dekatnya hingga bibirnya menyentuh telinga kanan Bimo dan Bimo biasa merasakan nafas hangat meniup daun telinganya mengirimkan getaran aneh ke tubuh Bimo yang tak sempat menghindar.

"Duduk aja.. sama temen, lagi ke toilet.." jawab Bimo agak berteriak jg. Awalnya dia risih tapi Bimo tak mau kelihatan aneh di antara sekelilingnya.

"aku Joe.. Kalian lagi nyari apa?"

"Bimo.. Lagii nongkrong aja.. Kamu sendiri?" balas Bimo sambil menjabat tangan Joe yang duduk di sebelah kanannya.

"Nyari yang seger aja.. Yang kayak kamu.." Joe menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara bercampur dengan asap-asap lain.

"Kayak aku? Maksudnya?" Bimo hampir tersedak asapnya sendiri dan berusaha memperjelas, dentuman musik lumayan mengganggu pendengarannya.

"Haha.. Forget it.. Sering ke sini?"

"Gak juga, ini yang kedua," jawab Bimo sambil menyesap minuman dari gelasnya.

"Pantesan, mau aku temenin keliling? I'll guide you" sekali lagi bibir Joe menggesek telinga Bimo saat berbisik dan Bimo kembali merasakan getaran dalam tubuhnya.

"Sorry.. Aku lg ma temen.. Maybe next time" Hah! Next time? Napa aku mengucap next time, jangan-jangan aku mulai tertarik dengan dunia beginian, jantung Bimo berdegup dalam kebingungannya sendiri.

"Sabtu malam.. aku tunggu.." Joe berbisik dan menjulurkan lidahnya sedikit memjilat daun telinga Bimo kemudian beranjak meninggalkan Bimo.

"Ehh.. I.. Iya.." seperti tersambar petir yang mengirim listrik membangkitkan birahinya dan membangunkan dedek kecilnya, dia bingung napa rasa jengahnya jadi menipis diperlakukan sperti itu. 

https://karyakarsa.com/gocradle/posts?tag=Tesis

TESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang