Ravn memarkirkan motornya di lapangan parkir cafe miliknya. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 1 siang. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya dan langsung meluncur ke cafenya untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
Bel kecil diatas pintu masuk cafe berbunyi, membuat seluruh mata kini memandang Ravn yang baru saja datang.
Ravn memasabodohkan hal tersebut. Ia berjalan lurus ke meja pemesanan dan memesan menu makan siangnya.
"Chicken currynya 1 sama es teh manisnya satu, ya," pesan Ravn.
Kasir yang tengah bertugas siang hari itu mengangguk.
"Ada tambahan lagi, Kak? Atau requestan khusus?" tanya kasir itu.
"Saus currynya dibanyakin," jawab Ravn.
"Baik, Kak. Kakak duduk meja berapa?" tanya kasir tersebut.
"Hmm... Belum tahu. Pojok situ aja, deh. Nomor 11," jawab Ravn.
"Baik, Kak. Ini saja, ya, pesanannya. Tidak ada tambahan lagi. Totalnya jadi 45 ribu rupiah, Kak," ujar sang kasir.
Ravn merogoh kantong celananya dan mengeluarkan dompet cokelatnya. Belum sempat ia menyerahkan uang kertas kepada sang kasir, kasir tersebut tiba-tiba menginterupsinya.
"Maaf, Kak. Kakak Kak Youngjo, betul?" tanya kasir tersebut.
Ravn, dengan wajah kebingungannya, mengangguk.
"Kakak enggak usah bayar. Kan pemilik cafe ini. Ini dibawa saja nomor pesanannya ke meja nomor 11, nanti kami antar," ujar sang kasir.
"Enggak apa, saya bayar aja," elak Ravn.
"Tapi, Kak-"
"Saya yang nentuin disini saya bayar atau enggak," potong Ravn. Matanya menatap datar kasir tersebut.
"Lagipula uang ini dipakai buat bayar biaya operasional cafe ini dan ngegaji Mbak. Mbak gak mau, kan, gak digaji?" lanjut Ravn.
"B-baik, Kak," balas kasir tersebut kemudian menerima selembar uang 50 ribu rupiah dari tangan kanan Ravn.
Ah, sepertinya Ravn sedang sensitif hari ini. Apa-apa yang terlihat biasa saja dapat membuatnya kesal.
Memang setelah ditinggal Yena, emosi Ravn suka tidak stabil. Kadang marah, 10 menit kemudian tertawa-tawa.
"Kak, ini kembaliannya," ucap sang kasir, memecahkan lamunan Ravn.
"Oh, ya, sorry," sahut Ravn kemudian menerima selembar uang 5 ribu rupiah dan struk pesanannya.
Ravn berjalan menuju meja bernomor 11 yang terletak di ujung cafe dan duduk disana, menunggu pesanannya tiba.
Selama menunggu, Ravn hanya memperhatikan kendaraan berlalu-lalang. Pikirannya ikut larut dalam alunan musik jazz yang terputar di cafe siang hari itu.
"Kak Rav?"
Mata Ravn sontak melirik ke kanan, ia melihat seorang perempuan yang fimiliar di matanya tengah berdiri di depannya. Mengenakan seragam sekolah dan membawa tas ransel di punggungnya.
"Hai, Kak, long time no see," ucap gadis itu.
Ravn mengernyit. Berusaha mengingat-ingat perempuan tersebut. Sudah beberapa bulan ia tak melihat wajah orang itu, ia menjadi takut salah menyebut nama.
"Yesoo?" gumam Ravn cukup keras.
Gadis itu mengangguk. "May I sit here?"
Ravn mempersilakan Yesoo duduk di depannya. Gadis itu meletakkan tas ranselnya di lantai tepat di samping kursinya. Terlihat wajah gadis itu kusam karena terkena debu dan panasnya siang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cube Gone Bad || ONEUS RAVN [17+]
FanfictionSEASON 2 of "Ice Cube Lover" by Bogochimda ___________________________________________________ Sepertinya kebahagiaan tidak pernah berpihak kepada Ravn. Setelah kepergian gadis kesayangannya untuk selamanya, Ravn lagi-lagi ditimpa masalah yang justr...