18. Le Petit Prince

264 73 15
                                    

"Iva, ya?"

Suara halus begitu memecah lamunan gadis bersurai sebahu yang sedang diam duduk di bangku taman kampus yang sepi ini. Iva menoleh dan seketika membelalakkan matanya manakala ia menyadari siapa yang memanggil namanya itu.

Itu Sakha, berdiri di sampingnya dan menatap lembut padanya.

Iva yang terkejut, sontak mencoba berdiri dan menyapa Sakha, karena gadis ini tak lain adalah seseorang yang penting bagi acaranya.

Sakha tersenyum begitu manis, seraya berucap, "kebetulan banget ketemu disini." Gadis itu sontak duduk disebelah Iva. Berbanding dengan yang disapa, Iva terlihat kaku dan kikuk berhadapan dengan Sakha dengan jarak sedekat ini.

"Kak Sakha abis ketemu Jeno?" tanya Iva membuat Sakha menggelengkan kepala.

"Bukan." jawab gadis itu dengan nada ramah, "tadi aku abis ketemu rektor kampus. Biasa, tawaran jadi dosen." ujarnya dengan mengedipkan sebelah matanya dan terkekeh manis. Iva mengangguk dan ikut tersenyum sebelum Sakha kembali bersuara, "oh iya...."

Angin saat itu begitu sejuk, tak terasa panas ataupun dingin. Orang-orang di sekitaran taman inipun sangat menikmati cuaca hari ini.

"Maaf ya kemarin aku malah ganggu waktunya Jeno buat rapat." Surai Sakha terbawa arus angin, menutupi sebagian wajahnya namun tetap terlihat cantik, dan Iva mengakui itu.

Iva hanya menggelengkan kepala, walau matanya masih terfokus pada pesona Sakha. "Gapapa kok, Kak. Kan Jeno penanggung jawab Kakak juga." gadis itu mencoba menyakinkan Sakha meskipun Sakha terlihat masih ragu-ragu. "Tapi kalo aku boleh tanya, kemarin itu ada apa ya, Kak?" spontan pertanyaan yang tak pernah terpikirkan oleh Iva, ia lontar kan begitu saja.

"Eh.. Kalo privasi nggak usah di jawab gapapa!." ia terlihat kikuk seraya memukul-mukul kecil mulutnya.

Sakha tertawa melihat reaksi Iva, seraya menahan tangan gadis itu untuk tidak kembali memukul mulutnya, Sakha menjawab. "kemarin aku harus ngurus dokumen administrasi buat ke Indo, tapi aku banyak nggak paham sedangkan deadline nya mepet. Aku nggak tau siapa-siapa disini selain Jeno, jadi aku minta tolong dia." jelasnya dan secara sekilas menatap tangan yang sedang ia genggam.

Dahi Sakha berkerut melihatnya, tapi itu tidak di sadari oleh Iva. Gadis itu hanya ber oh-ria mengerti ucapan Sakha, "iya pasti banyak dokumen yang pusingin ya, Kak." ujar perempuan itu.

"Lumayan." jawab Sakha dengan senyum simpul. "Oh iya, ada satu lagi juga yang mau aku omongin."

Ucapan Sakha Jelas membuat Iva seketika terdiam, "haha kok tegang? santai aja." Gadis itu sedikit melengkungkan kedua matanya, "soal kehadiran Jeno di organisasi sih...." ujar Sakha sedikit menggantungkan kalimatnya. Sadar mengarah kemana maksud dari ucapan lawan bicaranya itu, Iva hanya mengulum bibirnya seolah siap menerima kata selanjutnya. "Jeno kan lagi persiapan sidang juga, belum lagi persiapan Koas, rasanya udah bukan kewajiban kan Jeno ikut sebuah organisasi?" 

Pertanyaan Sakha benar-benar membuat Iva terdiam, Sakha kembali mengembuskan napasnya. "memang, ini organisasi perwakilan negara, tapi aku rasa kehadiran dan kesibukan dia jadi terbagi dua." 

Iva menggenggam kedua tangannya sebelum Sakha kembali berucap, "sebagai ketua pelaksana kamu bisa kan nggak membebankan Jeno?" gadis itu menatap dengan pasti kearahnya, saat itu pula Iva merasakan bahwa apa yang diucapkan Sakha seakan mengandung dua arti. 

Sakha jelas menaruh maksud.

Gadis bersurai sebahu itu mencoba menelah ludahnya sendiri, entah mengapa, ada perasaan gugup menyelimut hatinya. Entah karena ia merasa segan oleh Sakha, atau merasa takut, atau bahkan mungkin merasa terintimidasi, tapi ia sadar seharusnya ia tidak diberlakukan seperti ini.

So Far Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang