"Coba deh, coba. Ini enak loh."
Se-sendok lauk penuh dipindahkan begitu saja pada piring berisikan nasi milik Renjun. Iva, gadis tersebut sedari tadi terus memberikan berbagai macam lauk pada lelaki itu. Tentu saja Renjun menerimanya dengan sopan, melihat salah satu gadis yang selalu dibicarakan Jeno kini ada dihadapannya, membuat ia menelaah gadis itu.
Merasa diperhatikan oleh Renjun, Iva hanya berdeham dan menatap lelaki itu, "Kenapa?" tanyanya, membuat Renjun hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. Sejauh yang ia lihat, Renjun adalah sosok lelaki yang sopan tapi terlalu pendiam sehingga membuat Iva pribadi merasa canggung berada di dekat lelaki ini.
Berbeda dengan dirinya, Renjun sedari tadi terfokus pada lengan Iva yang tertutup kaos lengan panjangnya itu, ada beberapa bercak darah timbul dibalik kain, membuat ia tau bahwa luka tersebut pastilah masih segar.
Dengan inisiatif ia merogoh tasnya dan mengeluarkan satu pack plester yang selalu ia bawa, "tangannya luka." katanya, membuat Iva sedikit terkejut dan melihat tangannya sendiri. "Sering begitu?" tanyanya.
Iva sedikit tertegun dengan pertanyaan Renjun, dengan kikuk perempuan itu hanya menganggukkan kepala. Renjun paham dan memutuskan untuk diam.
Iva berdeham, "makasih." dan membuat Renjun hanya mengangguk mengiyakan. Suasana begitu canggung, sebelum akhirnya Iva kembali membuka suara. "Besok gladi bersih acara himpunan, mau coba suprisein Jeno disana?"
Tawarannya itu membuat Renjun memperhatikannya, matang terlihat berbinar dan Iva akui bahwa lelaki ini mempunyai pesona kuat di mata nya.
"Gapapa memang orang luar dateng gladi?" tanya Renjun.
Iva terkekeh, "aku ketuplak kok, kamu dapet Privilege." ucapnya seraya menyingkap lengan bajunya berusaha menutupi luka dengan plester pemberian Renjun, namun lelaki itu seketika terkejut melihat bagaimana banyaknya coretan gambar daun klover di pergelangan tangan gadis itu. Perlahan pula Iva mulai menutupi lukanya dengan plester pemberian Renjun.
"Itu gambar ide Jeno ya?" Tanyanya kini dan Iva mengiyakan. Renjun terkekeh, "Jeno emang suka daun klover." sebuah ungkapan yang membuat Iva sedikit penasaran.
"Karena katanya daun klover itu menaruh harapan akan sebuah kebaikan, apapun itu.'
Iva terdiam, teringat Jeno memang selalu menyuruhnya menggambarkan semanggi berdaun empat itu.
"Tapi ngeliat kamu kayanya saya tau kenapa Jeno nyuruh gambar itu." Perkataan Renjun membuat Iva menoleh.
"Dia berharap kalo kamu selalu baik-baik saja dan segera membaik."
-o-
Rambut panjang wanita itu terjuntai beberapa helai dari daun telinganya, menatap kembali wajahnya yang berada di cermin, sungguh pesona gadis itu hampir sama dengan cahaya yang meneranginya tapi sayangnya ia menatap dirinya sendiri dengan nanar penuh kehampaan.
Masih terngiang di kepalanya bagaimana lelaki itu berucap, terpampang jelas pula bagaimana ia harus melangkah kedepannya. Namun hatinya masih merasa tidak siap.
Kran air mengucur begitu saja, gadis itu masih memandang wajahnya dicermin sebelum suara ponsel mengintrupsinya. Satu panggilan masuk dari kontak yang ia kenal. Dengan berat ia berusaha menstabilkan suaranya.
"Bisa ketemu sebentar?"
Sakha menghela napas, "nggak bisa, ada Jeno disini." katanya seraya bersandar pada dinding kamar mandi. "lagian tadi kan udah ketemu?"
Orang disebrang sana seketika hening, "Tadi ada Haechan, jadi belum selesai aku bicarain semua."
Sakha kembali menghela napas, "yaudah lewat telpon aja." ujarnya. Mereka berduapun berbincang dengan nada suara yang tak terlalu keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away
Fanfictie"Jika kita tidak tertulis dalam satu cerita. Mungkin dikertas lain kita tertulis dalam satu kisah." "Atau mungkin, sebenernya lo harus tulis sendiri cerita lo diatas kertas?" Sequel dari NOONA! Universe. -AU -Hurt -Nonbaku -Semi lokal -Bahasa Cover...