10. Pilu Meraung

1.3K 262 45
                                        

Sebelumnya part ini dan kedepannya akan banyak hal yang bersifat triggering, bagi kalian yang merasa kurang nyaman setelah membaca ini bisa untuk menutup kembali layar wattpad dan mengambil jeda sejenak dengan segelas air. Bila masih berlanjut, bisa ketuk dm ku untuk melampiaskan keluh kesahnya.

Ingat, kalian tidak sendiri.







Jeno menyuapkan satu sendok penuh, nasi kedalam mulutnya, seraya tatapannya yang tak lepas menatap layar Laptop yang menampilkan tiga orang temannya di Indonesia. Mereka melakukan percakapan tatap muka secara daring melalui aplikasi video. 

Tak banyak yang dibahas, hanya sebatas menanyakan kabar dan bagaimana mereka melewati perkuliahan. Ide Haechan tentunya, kata lelaki itu rasanya sudah lama tak berbincang selama ber empat.

"Jadi lo udah ganti cewek, Jaem?" tanya Jeno setelah mendengar penjelasan Jaemin tentang kekasihnya.

"udah dari kapan lagi, sekarang mah sama dedek gemes noh." ledek Haechan sontak membuat Renjun di sisi lain ikut tertawa. jeno tersenyum berbeda dengan Jaemin yang sudah mendengus.

"Apasih, beda dua tahun doang." belanya pada diri sendiri.

Haechan berceletuk, "dedek itu! dianya maba kan?" tanyanya mendapat anggukan Jaemin yang sontak membuatnya semakin tertawa puas.

Jeno bertepuk tangan dengan wajah tersenyumnya itu, "Gila euy, Jaemin seleranya dedek-dedek." ledeknya semakin membuat Haechan tertawa puas. Berbeda dengan Renjun yang hanya ikut tertawa dan tersenyum sedari tadi. Lelaki itu memilih banyak menyimak perbincangan temannya di jam tiga malam ini seraya mengerjakan sesuatu diatas laptopnya. 

Jeno sesekali menatap layar yang menampilkan sosok lelaki berkacamata itu. Menyipitkan mata, merasa sedikit ada yang berbeda dari sahabat sejak kecilnya. "Lo cat rambut, Ren?" Tanyanya pada Renjun.

Yang ditanya hanya terheran dan menyibakkan anak rambutnya kebelakang begitu saja.

"Keliatan?" Tanyanya berbalik, seraya memutar kekanan dan kekiri kepalanya.

Jeno mengangguk, karena kini ia melihat sedikit abu keunguan dari rambut temannya itu. "Cocok." Ucap lelaki itu menunjukkan eye smilenya.

"Gue coba-coba aja sih," kata Renjun membuat Haechan menyetujuinya.

"Kemarin tuh, Renjun dibantuin Jaemin noh cat rambut." Kata lelaki itu mengarah pada Jaemin yang memang sudah bersurai lebih terang dibanding yang lain.

"Kampus dia bebas, gue ngiri." Tutup Haechan.

Jeno tertawa mendengar perkacapan ini, tanpa sadar ponsel yang tergeletak disebelahnya sedari tadi terus bergetar.

Getaran itu menyebabkan pergeseran kecil yang mengarah pada Jeno, hingga ujung ponsel itu menyentuh siku Jeno yang terlipat. Sontak Jeno sedikit terkejut dan dengan cepat meraih ponselnya.

"ITB juga nggak bebas kok, ada beberapa dosen nggak ngebolehin...." ucap Renjun tak terlalu didengar Jeno.

Karena kini ia menatap layar ponsel dengan serius.

Sebuah panggilan masuk, dengan nama Iva tertera diatasnya cukup berhasil membuat Jeno terdiam ditempat. Lelaki itu seketika berpikir ada apa seorang Iva menghubunginya di jam tiga pagi ini.

"Kenapa, Jen?" Tanya Haechan yang sadar di layar laptopnya jika Jeno terfokus pada benda persegi panjang itu.

Jeno berdeham, lelaki itu menggeleng cepat dan menolak panggilan masuk dari Iva. Untuk saat ini, ia berpikir jika perempuan itu menghubunginya hanya untuk urusan kepanitiaan.

So Far Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang