Gadis Panti Asuhan

23 7 3
                                    

~oOo~

Reavilla Martha Deviano gadis piatu yang menghabiskan waktunya selama 20 tahun di panti asuhan. Rea, begitulah ia dipanggil. Menjadi piatu sejak usianya menginjak 3 tahun, dan pada saat itu juga Rea dititipkan ke panti asuhan karena ayahnya tidak bisa mengurus dia dengan baik.

Meskipun ia ditinggal oleh ayahnya di panti asuhan, Rea sama sekali tidak membenci ayahnya. Malah ia sangat ingin bertemu sang ayah, namun Rea sendiri tidak tau keberadaan ayahnya.

Rea hanya bisa menangis setiap melihat foto kenangan 20 tahun yang lalu ketika keluarganya masih utuh. "Bu, ibu gimana kondisinya sekarang, ibu udah ada di surga kan ya? Di surga ada apa aja bu." Kata-kata yang sering diucapkan Rea ketika melihat foto tersebut.

"Andai saja waktu itu bapak nggak mabuk dan nggak kebut-kebutan dijalan mungkin saat ini Rea tinggal di rumah sama ibu dan bapak. Rea kangen ibu." Rea mencium foto kenangan itu tanpa sadar air matanya keluar deras membasahi pipinya.

Tak berselang lama, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Rea. Seketika Rea langsung mengusap air matanya dan menyahut seruan orang tersebut.

"Re... Rea..." ucap orang tersebut sambil mengetuk pintu kamar Rea.

"Iya bentar." Rea menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, agar tidak ketahuan sama orang kalo dia habis nangis.

Meskipun Rea sudah menyembunyikan kesedihannya namun Sherly sahabatnya tetap mengetahui kesedihan yang dialaminya.

"Lu habis nangis ya?"

"Enggak kok" Rea mengusap pipinya.

"Nggak usah bohong deh, gue tuh udah lama kenal sama lo. Gua udah hafal."

"Masih aja ketahuan."

"Lu ngga pandai menyembunyikan sesuatu dari gua, udah ah jangan sedih lagi."

"Iyadeh iya. Btw lu nyariin gue ada apa?" Tanya Rea pada Sherly.

"Ibu nyuruh kita belanja kebutuhan anak-anak panti selama sebulan." Sherly menjelaskan maksudnya bertemu Rea. Rea mengangguk setuju. Setelah itu keduanya pergi ke pasar dengan menggunakan angkot.

***

Setelah selesai belanja semua kebutuhan, Rea dan Sherly menunggu angkot untuk pulang ke panti. Ketika menunggu angkot mata Rea tertuju kepada anak kucing yang berwarna hitam dengan corak putih di bagian kakinya. Melihat anak kucing itu, ia langsung teringat dengan peristiwa tragis yang menimpanya 20 tahun yang lalu.

Dimana saat itu ayahnya yang sedang mabuk mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, lalu entah dari mana anak kucing itu tiba-tiba muncul begitu saja di depan mereka. Sontak ayah Rea membanting setir ke arah kanan lalu terjatuh, dan ada truk Fuso berjalan dari arah yang berlawanan. Suatu kejadian tragis yang sulit untuk dilupakan namun pahit untuk dikenang.

Angkot yang hendak mereka tumpangi telah tiba, Sherly membangunkan Rea dari lamunannya. "Re lu nggak mau pulang?". Seketika Rea tersadar dan langsung membawa barang-barangnya ke dalam angkot.

Sesampainya di panti ia langsung membawa barang-barang tersebut menuju dapur. Didapur sudah ada Delya dan beberapa anak panti lainnya yang sedang menyiapkan makanan. Rea dan Sherly menaruh barang-barang tersebut lalu membantu anak-anak lainya memasak. Sudah jadi kewajibannya untuk menyiapkan makanan untuk anak-anak panti.

Setelah semuanya selesai, Rea, Sherly, dan Delya pergi menuju ke toko bunga milik mereka. Mereka bertiga memiliki usaha berjualan bunga yang sudah dijalankan selama 6 bulan. Modal dari usaha ini adalah tabungan dari ketiganya. Dikumpulkan jadi satu lalu digunakan sebagai modal awal. Dan juga ada tambahan dari orang baik yang menolong mereka. Usaha mereka juga terbilang sukses dimana satu bulan saja mereka bisa menjual 200 buket bunga dengan penghasilan rata-rata 4 juta perbulan. Sudah cukup bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya.

"Lihat tuh orang-orang berbondong-bondong ke toko kita, padahal kita belum buka saja sudah seperti ini." Ucap Delya sambil tersenyum melihat pemandangan di depan toko bunganya.

"Alhamdulillah usaha kita lancar, semoga nantinya bisa makin maju dan buka cabang dimana-mana." Saut Sherly

"Aamiin. Kita doakan saja." Sambung Rea. "Yasudah ayo kita buka tokonya, kasihan mereka udah nungguin."

"Siap bos."

Mereka berjalan menuju ke arah tokonya, ketika hendak membuka tokonya. Terdengar suara bapak-bapak dengan kemeja hitam menyeletuk, "buruan buka tokonya kami sudah lama nungguin disini."

"Iya pak sabar ya, maaf kami telat soalnya habis ke pasar dulu tadi." Jawab Rea.

"Buka re." Ucap Sherly

Toko tersebut dibuka lebih lambat dari biasanya, makanya banyak orang yang sudah mengantre di depan toko. Apalagi sekarang masa-masa kelulusan, nggak kaget kalo toko bunga mereka selalu rame. Kualitas yang ditawarkan pun jauh diatas harga yang diminta.

Mereka selalu bersyukur dan berterima kasih kepada orang yang dengan sukarela membantu mereka untuk membentuk usaha ini. Jadi mereka juga punya kesibukan yang menghasilkan.

REAZHAN - Biarkan Takdir Yang Bertanggung Jawab Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang