v. a deal

482 70 6
                                    

Sarada melangkah keluar dari kamar tidurnya. Kediaman Archduke nampak lengang. Yah, siapa pula yang masih berada diluar tengah malam seperti ini? Ia menoleh sebentar untuk melihat pintu kamar Chocho disampingnya yang telah tertutup. Sarada menarik nafasnya sebelum hendak kembali melangkah.

Namun, ia dikejutkan oleh kehadiran sang pemilik kediaman. Pintu kamar tidur didepan kamarnya terbuka. Menampilkan sosok Kawaki dengan rambut sedikit berantakan dan mata sayu. Ia sedikit terlonjak dengan kehadiran pemuda itu yang tiba - tiba.

".... Yang Mulia," sapanya.

Sarada hanya mengangguk kaku. Berusaha memcerna bagaimana pemuda ini bisa ada di area ini? Bukankah area ini hanya tempat menginap tamu saja...? Matanya memicing, memandang rentetan huruf didepan pintu ruangan yang baru saja tertutup itu.

'Kakei Sumire.'

Oh? Mereka telah sedekat ini?

Ia memalingkan wajahnya. Tak nyaman dengan kesunyian yang kaku diantara mereka berdua. Kawaki kemudian berdehem dan kembali berbicara.

"Yang Mulia hendak pergi kemana malam - malam seperti ini?" tanyanya sebagai basa - basi.

"Aa, saya tidak bisa tidur. Mungkin berjalan-jalan sedikit akan membantu saya mengantuk nantinya."

"Perlu saya temani Anda?" tawar Kawaki.

Padahal Sarada dapat dengan jelas membaca raut pemuda itu. Ia sudah cukup lelah dengan aktivitas hari ini dan ingin segera pergi tidur. Namun, sebagai Tuan Rumah, akan tidak sopan jika membiarkan tamunya berjalan-jalan sendiri. Terlebih seorang tamu kehormatan seperti Uchiha Sarada.

Sarada tersenyum simpul, "Jika Anda tidak keberatan."

"Sebuah kehormatan bagi saya untuk menemani Yang Mulia Putri."

Keduanya melangkah beriringan. Detak jantung Sarada masih terasa normal. Namun, ia masih harus menahan diri untuk tidak terus menoleh pada Kawaki. Perasaan lamanya tidak tumbuh saat ini. Dan tidak akan pernah tumbuh pada kehidupan ini.

Sarada tidak memiliki waktu untuk memikirkan tentang laki-laki. Hidupnya cukup berantakan. Dan hanya akan semakin berantakan jika ia terus menambah masalah. Memperbaiki hubungan dengan Sasuke menjadi tujuan utamanya saat ini. Jika ia dapat menghindari Kawaki, maka hanya ada satu masalah untuk ia selesaikan.

Mereka tiba di balkon aula. Semilir angin malam ini menyejukkan namun juga terasa menusuk kulit disaat yang bersamaan. Gaun tidur milik Sarada tak setebal itu untuk dapat melindungi dirinya dari suhu dingin. Padahal hanya beberapa minggu musim panas akan tiba, tapi masih saja terasa dingin.

"Chesterfield memang selalu dingin dimalam hari,"

Ucapan Kawaki itu disertai sebuah gerakan menyampirkan jubahnya pada bahu Sarada.

Hanya suara dedaunan yang tertiup angin yang mengisi keheningan mereka, sebelum Sarada menimpali, ".... Rasanya sejuk, rasa kantuk saya jadi menghilang."

"Padahal Yang Mulia kemari agar merasa kantuk," jawab Kawaki yang terkekeh kecil.

Sarada hanya tersenyum kecil dan melempar sebuah pertanyaan yang membuat Kawaki terdiam, "Anda sendiri? Bukankah ini sudah lewat dari jam tidur?"

Entah apa yang pemuda itu pikirkan sebelum menjawabnya, "Ah, benar, saya terbangun."

"Oh?"

Dan seperti tahu kemana pembicaraan ini mengarah, Kawaki meletakkan jari telunjuk pada bibirnya dan menoleh pada Sarada. ".... Ruangan saya muncul tadi, mohon agar Yang Mulia tidak mengatakannya pada siapa-siapa, ya?" pintanya.

Once Again ㅡ borusara. [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang