ix. date chance

483 49 8
                                    

Barang-barangnya telah selesai terkemas. Sarada terduduk dipinggir tempat tidurnya, memandang beberapa tumpuk tas dipojok ruangan. Ia menghela nafas sebelum kemudian bangkit. Tangannya terulur menggapai pintu didepannya. Begitu terbuka, ia dikejutkan oleh Boruto yang baru saja akan mengetuk pintunya.

"Boruto."

"Oh.. Aku baru saja hendak memanggilmu, Sarada."

Boruto menggaruk tengkuknya, membuat Sarada menghela nafas. Sarada menutup pintu dibelakangnya kemudian berjalan beriringan dengan Boruto.

"Sebenarnya tak perlu menghampiriku segala," ucap Sarada begitu keduanya mulai menuruni tangga.

Boruto terkekeh, "Berjaga-jaga jika kau lupa memiliki janji denganku."

Jawaban yang membuat Sarada memutar bola matanya. Hanya reaksi kecil itu yang ia berikan, namun berhasil membuat Boruto kembali tertawa kecil. Hingga mereka tiba dimana sebuah kereta kuda telah menunggu.

Boruto mengulurkan tangannya, yang disambut Sarada sebelum ia menaiki kereta kuda. Hanya sepersekian detik sebelum Boruto masuk dan duduk dihadapannya.

"Akan pergi kemana...?" tanya Sarada setelah lebih dari 15 menit keduanya hanya terdiam. Boruto tersenyum kecil sebelum menjawab, "Ikut saja."

🔆

Mereka tiba disebuah bangunan lama yang masih terawat dengan baik. Begitu mereka turun dan melangkah masuk, pandangan semua orang langsung tertuju pada mereka.

Academy of Literature and Arts.

Bangunan itu sudah berdiri lebih dari 50 tahun lamanya. Salah satu sekolah terbaik yang ada di Kekaisaran Barat. Dan merupakan satu-satunya Akademi yang tak memandang kelas sosial.

"Dulu, aku sempat bersekolah disini." ujar Boruto membuka percakapan mereka.

Sarada menoleh singkat padanya, "Benarkah?"

"Hanya beberapa tahun saja."

"Mengapa begitu?"

"Aku menjadikan seni sebagai hobiku, tidak berniat untuk mendalaminya."

Tak ada pembicaraan lebih jauh mengenai hal itu. Mereka hanya berjalan dalam keheningan. Hingga Boruto menghentikan langkahnya ditengah koridor yang cukup lengang.

"Sarada."

Membuat sang pemilik nama turut berhenti.

"Ya?"

Begitu mereka saling beradu tatap selama beberapa detik.

"Jika seluruh dunia melupakanku, pastikan kau tidak melakukan hal itu juga, ya?"

🔆

"Hati-hati dijalan."

Chouchou memeluk Sarada begitu erat saat dirinya hendak naik ke kapal terbang. Sarada hanya tersenyum, mengusap pelan punggung sahabatnya itu.

"Jangan menangis, kita memiliki banyak waktu untuk bertemu." ucapnya berusaha menenangkan Chouchou.

"Jangan lupa kirim surat untukku begitu kau tiba."

"Iya,"

"Balas semua suratku."

"Iya, apalagi?"

"Penuhi janji minum teh bersamaku tiap akhir pekan."

Once Again ㅡ borusara. [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang