x. spring-ill

274 45 1
                                    

3 hari berlalu sejak Sarada tiba di istana. Sejak itu pula dirinya sama sekali belum melihat Sasuke. Ia sedikit mengkhawatirkan kondisi Ayahnya, pasalnya baru kali ini ia tak melihat Sasuke saat keduanya berada ditempat yang sama. Biasanya, meskipun dari jauh, Sarada tetap akan melihat Sasuke di sekitar istana.

"Apa kondisi Ayah benar-benar seburuk itu?" monolognya.

Ia terus berjalan mondar-mandir didalam ruangannya. Sarada benar-benar tidak bisa tenang. Kepalanya terus memikirkan tentang keadaan Sasuke. Hingga akhirnya ia menyerah. Ia benar-benar harus melihat Ayahnya walau sebentar.

Kakinya melangkah menuju bangunan disisi lain. Kondisi istana saat ini benar-benar sepi. Sebagian besar pelayan di istana telah dipulangkan. Sarada baru menyadarinya, libur yang diberikan bukan karena pergantian musim saja, tapi karena Ayahnya yang rutin jatuh sakit pada waktu-waktu seperti sekarang.

Ia sendiri sebenarnya belum pernah mendengar tentang penyakit seperti ini. Cukup aneh rasanya. Bahkan, dikehidupan sebelumnya, ia sama sekali tidak tahu bahwa Ayahnya sakit. Sarada baru menyadari, jika jarak diantara ia dan Sasuke ternyata sejauh itu.

Tangannya terambang diudara, Sarada merasa ragu, haruskah ia mendatangi Ayahnya sekarang? Apa Ayahnya sedang beristirahat? Bagaimana kondisinya? Semakin banyak pertanyaan-pertanyaan didalam kepala Sarada. Ia menggelengkan kepala sebelum mengetuk pintu itu dengan yakin.

"Ayah, ini aku."

Tidak ada jawaban apapun. Sarada kembali mengetuk pintu itu, kemudian menunggu beberapa saat. Namun, hingga 2 menit berlalu, tidak ada respon yang ia dengar. Kemudian ia dorong pintu ruangan Sasuke secara perlahan.

Gelap mengintip begitu celah pintu terbuka. Sarada melangkah masuk dan menutupnya kembali. Gelap dan cukup berantakan. Beberapa kertas tercecer diatas meja ditengah ruangan itu. Botol whiskey tergeletak begitu saja, menyebabkan cairannya tumpah membasahi karpet ruangan itu. Atmosfer ruangan ini juga terasa dingin.

"Siapa yang mengizinkanmu untuk masuk?" teguran Sasuke membuat Sarada berhenti melihat sekelilingnya. Suara Ayahnya yang tegas dan dingin sekarang terdengar sedikit serak.

Netranya dapat menangkap Sasuke yang terduduk diatas meja kerja miliknya. Dengan pena dan dokumen disekelilingnya. Penampilannya juga cukup berantakan. Dalam sekali lihat, Sarada bisa menilai bahwa Ayahnya benar-benar tidak sehat sekarang.

Mata yang sayu tapi masih tetap menatapnya tajam. Kantong mata yang menunjukkan ia kesulitan untuk tidur. Serta keringat yang membasahi pelipis hingga lehernya. Rambutnya yang biasa tertata rapih sekarang menjadi berantakan dan lepek.

"Aku mengkhawatirkan Ayah."

Sasuke hanya menatapnya sekilas. Lalu ia kembali sibuk pada kerjaannya. Menghiraukan Sarada yang kini tengah merapihkan beberapa kertas yang berceceran.

"Bukankah lebih baik jika Ayah beristirahat sekarang? Ayah tidak dalam kondisi baik untuk terus bekerja."

"Keluar dari sini sekarang."

"Aku tidak bisa meninggalkan Ayah dalam kondisi seperti iniㅡ"

"KELUAR!"

Sarada terlonjak kaget, suara Sasuke terdengar begitu keras. Ia dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat sekarang. Netra Sasuke menatap nyalang pada dirinya. Membuat dirinya goyah. Air matanya kembali menggenang di pelupuk matanya. Sarada berbalik meninggalkan Sasuke sendiri tanpa sepatah katapun.

🔆

"Ibu..."

Rintihan dan isak tangisnya menjadi satu-satunya suara. Sarada terduduk memeluk lututnya dengan selimut tebal yang membalut seluruh badannya. Sudah hampir 5 jam Sarada mengurung diri didalam kamarnya. Tak membiarkan seorangpun masuk.

Once Again ㅡ borusara. [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang