vii. you know him?

464 60 9
                                    

Knock, knock.

Ketukan pintu terdengar oleh telinganya. Membuat Sarada membuka matanya. Tirai ruangannya masih tertutup, namun sinar mentari pagi masih juga mencari celah untuk masuk.

"Siapa?" ucapnya dengan suara parau.

"... Jeanne, Yang Mulia."

"Masuklah,"

Sarada menatap pintu kamarnya yang terbuka, menampilkan pelayan pribadinya. Tas wanita itu terjatuh saat ia berjalan cepat mendekati ranjang. Kemudian sebuah pelukan Sarada terima begitu Jeanne menggapainya.

"Saya begitu khawatir mendengar kejadian yang menimpa anda. Bagaimana keadaan anda sekarang? Apa anda membutuhkan sesuatu?" ucap Jeanne bertubi-tubi.

Sarada tersenyum kecil mendengar penuturan Jeanne. Ia senang dikhawatirkan. Ia senang ada yang mengkhawatirkan tentangnya. Lengan Sarada terangkat untuk memeluk Jeanne.

"Aku baik-baik saja. Daripada itu, kapan kau mengambil penerbangan? Cepat sekali."

"Saya mengambil penerbangan pertama dini hari tadi begitu kabar Yang Mulia tiba saat tengah malam. Tuan Suigetsu yang menyampaikan kepada saya. Beliau juga menitipkan salam untuk anda. Lekas sembuh dan maaf tidak dapat menyusul kemari, katanya."

Sarada mengangguk singkat mendengar penjelasan itu. Tangannya bergerak meraih gelas di atas nakas. Ia meneguk habis cairan didalamnya. Tak ingin repot-repot memikirkan bagaimana reaksi Kaisar saat mendengar kabar buruk darinya? Yah, lagipula apa yang bisa ia harapkan? Tidak mungkin ayahnya akan luluh dengan peristiwa kecil seperti ini.

"Jeanne, bisa kau buka tirai dan siapkan air mandi untukku?" pinta Sarada yang kini terduduk diatas tempat tidur miliknya.

"Baik, Yang Mulia."

Srak.

Seakan menemukan jalan yang lebar, cahaya matahari berlomba-lomba memasuki ruangan Sarada. Membuat sang pemilik nya menyipitkan mata untuk menyesuaikan pengelihatannya. Ia mengerjap berkali-kali sebelum dapat membuka mata sepenuhnya.

Butuh waktu kurang dari 10 menit bagi Jeanne untuk menyiapkan air mandi Sarada. Kemudian ia membantu Sarada untuk melepas pakaiannya seperti yang sering ia lakukan. Dan menyiapkan pakaian ganti selagi Sarada membersihkan tubuhnya.

Kegiatan rutin pagi itu dilanjutkan dengan Jeanne yang merias Sarada. Gaun putih sederhana ia kenakan pagi itu, karena dirinya hanya akan berada didalam kamar hari ini. Kondisi tubuhnya belum cukup pulih untuk mengikuti kegiatan lagi. Dan lagi-lagi, ketukan pintu terdengar.

"Ada apa?" tanya Sarada.

"Ada kiriman dari Yang Mulia Kaisar untuk anda, Yang Mulia."

Sarada mengernyit heran. Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Sarada, Jeanne berkata, "Kabar anda sudah didengar oleh Yang Mulia Kaisar. Namun, beliau sudah memiliki jadwal rapat besar di Kerajaan Selatan sehingga tidak dapat kemari."

Sarada sontak mendengus. Jika tak memiliki jadwal pun, ayahnya mana mau repot-repot kemari untuk melihat dirinya. Bingkisan-bingkisan yang kini memenuhi satu sudut kamarnya hanya sebuah formalitas. Agar tak ada yang tahu jika hubungan keduanya begitu renggang.

"Yang Mulia Kaisar juga mengirim kartu ucapan untuk Yang Mulia Putri." ucap salah satu pelayan sambil menyerahkan sebuah kartu merah maroon dengan tinta emas diatasnya.

Once Again ㅡ borusara. [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang