prolog

4.7K 338 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Brak.

Rahel lompat dari dinding belakang sekolah nya waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, ini sudah yang kesekian kali nya ia terlambat. Ia melihat ke kanan dan kiri guna melewati sang guru bk ketika terasa aman ia pun melanjutkan jalan nya dengan santai. Tak lupa ia memakan sebuah permen lolipop dari saku jaket nya.

Rahel melihat ke arah kelas nya yang ternyata tidak ada guru yang mengajar, rahel menendang pintu itu dengan kuat hingga membuat para teman sekelas rahel terkejut.

"Anjing lo hel, bisa kagak sih kalau masuk itu pelan - pelan buka pintu nya, antungan gue tau gak "omel teman sebangku nya rahel.

Rahel hanya menguap kecil mendengar ocehan dari teman nya. "Bacot lo "tukas rahel.

"Telat mulu lo hel, gue aja yang cowok kagak pernah telat. "Ucap sang ketua kelas.

"Rahel bisa gak sih lo jaga nama baik kelas kita, setidaknya lo hargai kek wali kelas kita kasihan bu dewi yang selalu dapat teguran dari kepsek gara - gara lo. "Omel sang sekretaris kelas.

"Bisa tapi tunggu gue mati "rahel berujar dengan bercanda.

"Lihat kenakalan yang udah lo perbuat dalam sebulan ini semuanya lo terlambat, Lo juga terus - menerus bolos di jam pelajaran. "Dita menunjukkan persentase poin rahel kepada sang empu.

"Seharusnya lo udah di drop out dari sekolah ini tapi -".

"Tapi uang bokap gue yang bikin gue gak di drop out dari sini iya kan "rahel menyela pembicaraan dita.

"Lo salah hel, tapi bu dewi yang terus - menerus memohon sama kepsek agar lo gak di drop out. Lo udah mau lulus kalau lo di drop out dari sekolah ini , gak bakal ada sekolah yang mau nerima lo lagi. "Rahel terdiam mendengar ucapan dita. Selama ini ia selalu berpikir tidak akan ada yang perduli padanya. Tapi ternyata ia salah bahkan guru yang bukan orang tua nya saja mau repot - repot perduli padanya.

Rahel tersenyum getir di dalam hati, bahkan orang tua nya saja tidak perduli padanya selain kerja, kerja dan kerja. Orang tua nya selalu menuntun kesempurnaan, mereka tidak mau tahu apa yang disuka dan tidak di suka rahel selama ini.

"Oke gue akan berubah "ucapan rahel mampu membuat seluruh teman sekelas rahel terkejut.

Dita tersenyum mendengar ucapan rahel sebenarnya rahel itu pintar hanya saja kenakalan nya yang menutupi kepintaran nya.

"Gak usah senyum - senyum lo. Gigi lo jelek kagak ada bagus - bagus nya "ledek rahel yang sebenarnya bercanda jujur ia sangat malu saat dita tersenyum pada nya.

Rahel menatap bosan teman sebangku nya yang terus membaca buku itu. "Heh anjeng lo kagak bosen apa belajar mulu ?"tanya rahel.

"Nama gue ajeng hel bukan anjeng "protes ajeng dengan kesal. Rahel suka sekali mengganti nama mereka seenak jidat nya.

"Ya maaf lidah gue keseleo kalau nyebut nama lo "ajeng hanya mendengus nafasnya dengan kasar.

"Eh lo belum jawab pertanyaan gue tadi anjeng ". Ajeng sangat kesal sekarang Rahel suka sekali mempermainkan nama nya.

"Ck , gue baca novel bukan baca buku pelajaran "ajeng berdecak dengan kesal, rahel hanya ber oh ria sambil mengangguk kan kepala nya.

"Pinjam dong "rahel merebut novel yang di pegang ajeng. Ajeng melotot kan mata nya marah namun ia berusaha sabar dengan perilaku rahel. Ajeng dengan pasrah memberikan novelnya.

Rahel mulai membaca novel tersebut, berbagai macam ekspresi di tampilkan di wajah rahel hanya dalam waktu 10 menit rahel membaca novel itu. Rahel hanya membaca lima bab awal dan juga lima bab akhir tiba - tiba saja rahel membanting novel ajeng dengan sangat kuat.

Brak .

Wajah rahel terlihat sangat kesal setelah membaca novel itu. "Eh anjir gue beli tuh novel pakai duit , lo dengan seenak jidat malah banting novel gue. Kalau rusak gimana, ini tuh novel best seller tau gue harus ikut pre order baru bisa dapat novel ini "ajeng mengelus novel milik nya dengan sayang.

"Cih novel kek begitu kok jadi best seller, lo bilang ya sama penulis nya kalau novel dia itu cerita nya gak bagus gak cocok jadi best seller "rahel terus memaki sang penulis.

Dita yang melihat rahel kesal pun menggelengkan kepala nya. "Lo kenapa lagi si hel ? "Tanya dita dengan ekstra kesabaran yang tinggi.

"Nih gue kesal sama novel butut itu masa iya protagonis nya lemah begini udah gitu harus mati pula. "Rahel terus memaki sang penulis novel itu.

Dita membaca judul novel itu sekilas my enemy judul cerita yang di baca rahel. Dita membaca deskripsi cerita tersebut dan ternyata benar. Bagaimana cerita klise seperti ini bisa menjadi best seller bahkan cerita nya sangat tidak nyambung dengan judul.

"Lo bener cerita nya kagak ada nyambung nya. "Kali ini dita setuju dengan rahel.

"Nih ya logika nya begini disini ada protagonis wanita dan juga antagonis wanita tetapi kenapa mereka berdua harus mati sementara mereka tidak salah. Sedangkan yang bersalah disini tuh si anak pungut itu. "Rahel menjelaskan cerita nya dengan menggebu - gebu. Walaupun ia hanya melompat bab cerita itu tetap saja mampu membuat nya kesal.

"Asal lo tahu aja ya dit , si antagonis cewek nya juga gak bisa di bilang antagonis sih karena gak ada peran jahat juga di dalam cerita itu. Dia cuma sekali ngebully si anak pungut karena bergandeng mesra dengan pacar nya. Dan sebenarnya yang jahat itu tuh si anak pungut itu sang protagonis kedua. Gila gak sih menurut lo "tanya rahel dengan menggebu.

"Sumpah gue gak ngerti hel sama jalan cerita nya otak gue kagak nyampe "dita melirik tidak suka ke arah novel itu.

"Pusing kepala gue baca novel laknat itu". Rahel menggelengkan kepala nya pelan.

"Eh kok kepala gue makin pusing ya berasa getar semua yang ada disini. "Gumam rahel.

Dita juga merasakan hal yang sama seperti rahel. "Gempa woi gempa "teriak sang ketua kelas. Mereka berlari keluar dengan wajah panik termasuk rahel. Rahel dan dita tidak bisa keluar karena para murid saling berdesak - desakan di depan pintu.

Rahel melotot kan mata nya kala melihat sebuah dinding yang roboh menimpa dita. "Dita awas "teriak rahel. Rahel mendorong tubuh dita sehingga tubuh nya yang tertimpa reruntuhan bangunan itu.

"Rahel "teriak dita yang sudah berdarah air mata. Dita mendekat ke arah rahel ia berusaha menyingkirkan bangunan yang menimpa rahel.

"Lo pergi aja, setidaknya sebelum gue mati gue udah melakukan satu kebaikan "ucap rahel lirih. Tubuh rahel sudah penuh dengan darah.

"Gue gak bisa ninggalin lo disini hel "gumam dita sedih.

"Pergi dita pergi tolong sampaikan permintaan maaf gue untuk bu dewi dan yang lainnya. "Rahel mendesis kesakitan.

"Gue akan sampai kan permintaan maaf lo itu tapi juga harus sama lo ". Dita berusaha sekali lagi untuk menyingkirkan serpihan bangunan itu. Tapi tetap saja hasil nya nihil justru bangunan itu semakin roboh dan menimpa rahel.

Dengan terpaksa dita meninggalkan rahel yang tertimpa reruntuhan di dalam sana.

Seluruh tubuh nya sudah mulai mati rasa, bau anyir darah mulai tercium dari hidung nya, perlahan - lahan rahel menutup mata dan kehilangan kesadaran nya.



Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Berikan komentar pertama kalian untuk part ini oke.

The Best CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang