|2| accident

453 55 41
                                    

Chelsea berlarian panik di sepanjang koridor rumah sakit. Gadis yang masih terbalut seragam putih abu-abu itu Menggenggam tangan sang saudara erat. Bulir keringat dingin terus jatuh pada dahi gadis itu.

Tidak, jangan tanya keadaan Chelsea bagaimana. Karena gadis itu hanya menunduk pasrah saat melihat Thea memasuki ruangan yang bertuliskan ICU.

Tangan gemetar nya berusaha menghubungi saudara yang lainnya. Nama pertama yang terlintas di dalam benak nya adalah menghubungi Shania. Meski, ia ragu apakah kakaknya akan mengangkat panggilannya. Setidaknya, ia harus mencoba.

Telepon genggam itu ia arahkan ke telinganya, mendengar sambungan yang juga belum diangkat oleh Shania. Panggilan pertama tidak di angkat, panggilan kedua masih tidak di angkat. Panggilan terkahir, jika ini tidak di angkat maka ia menghubungi saudaranya yang lain.

"Ass

"Kak!"

"Kak Shania! Please, please tolong ke rumah sakit Tirta jaya. Thea lagi collapse " seru Chelsea cepat.

"Astaga... oke gue sm Shania otw kesana. Jangan panik ya chel. Tenangin dulu"

" Ya kak Jeffry, tolong bawa kak Shania ke sini ya"

"Sambil nunggu kita. Lo hubungin saudara Lo yang lain dulu. Jangan panik, nanti malah ngebuat mereka buru-buru di jalan"

"Oke kak, makasih. Lo sama kak Shania hati-hati di jalan."

Kini Chelsea beralih memanggil Mora dan Naya. Tak perlu menunggu lama panggilan itu dijawab oleh Mora. Selebihnya ia mengechat di grup keluarga karena sudah tak sanggup memberitahu mereka satu-persatu. Panik yang membuat suara nya menjadi susah keluar dan gugup yang sangat kentara.

Sembari menunggu saudaranya, Chelsea berulang kali merapal kan doa untuk keselamatan thea di dalam sana. Sialnya, dokter yang menangani Thea belum juga keluar dari 25 menit yang lalu. Chelsea menoleh ketika tapakan kaki menggema di koridor rumah sakit.

Shania berdiri terengah di depan Chelsea begitupun lelaki yang datang bersama Shania. Tanpa aba-aba Chelsea memeluk erat tubuh kakak keempat nya. Menangis tersedu di pundak sang kakak yang masih terbalut seragam kerja nya.

"Adek... Ayo gapapa, kita doa bersama ya. Duduk dulu sini" Shania dengan perlahan membawa tubuh adiknya duduk pada kursi tunggu yang disediakan.

"Chelsea..!"

"Kak Mora....." Lirih Chelsea ketika melihat sang kakak ketiga datang dan langsung memeluk nya.

"Gimana? Dokter bilang apa?"

"Belum keluar dokternya dari tadi, kak"

"Astaga.....kenapa lama banget"  helaan nafas keluar dari mulut amora.

Tapi, tidak lama ia mengatakan itu. Pintu ruang ICU terbuka menampilkan dokter dengan satu perawat.

"Dokter! Dokter! Keadaan adik saya gimana dok?"

"Saya harap dari keluarga  yang bersangkutan tidak menyela saya ya. Ananda Thea telah sadar dari collapse yang sempat menyerang nya. Hanya saja.... Setengah Paru-paru adik anda sudah dipenuhi oleh cairan bakteri streptococcus  dan setelah saya analisis pasien mengidap penyakit pneumonia "

Penjelasan dokter membuat semua orang yang mendengar kan tidak mampu berkutik. Apalagi Chelsea yang kembali menangis.

"Saya rasa cukup untuk menjelaskan keadaan pasien. Setelah ini pasien akan di pindahkan dalam ruangan inap. Permisi, saya pamit undur diri" dokter dengan satu perawat di samping nya itu pergi meninggalkan Amora dengan kedua adiknya.

9 gadis tangguh " ayah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang