Kalut.Saat semuanya mendengar berita bahwa sang ayah Barata terjatuh di medan perang.
Semua langsung meninggalkan pekerjaan mereka begitu saja, dan bergegas menuju rumah sakit khusus TNI .
Sang istri- Yuliana masih setia menunggu kabar dari dokter yang memeriksa suaminya, bersama dengan anak-anaknya.
Tentang Doa, yang membuat mereka yakin bahwa sang ayah akan baik-baik saja.
Begitu pintu itu terbuka, Joaana langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan yang membuat dokter tersebut tersenyum maklum akah kekhawatiran keluarga ini.
"Untuk peluru yang bersarang pada bahu kirinya juga satu peluru pada lengan sang kapten letkol Barata, kami berhasil mengambilnya. Sobekan untuk bahu kiri tidak terlalu parah namun akan menimbulkan sedikit efek kaku dan lemas saat digerakkan." Kata dokter itu.
"Dan..... Untuk tembakan pada lengan kanannya" jeda dokter sedikit meragu karena dirinya memikirkan bagaimana respon keluarga ini.
"Kenapa dengan lengan kanan ayah saya, dok?" Sela Mora cepat dan tegas.
"Untuk hal ini, lengan kanan letkol Barata sudah saya gips agar menahan tulang tak bergeser. Dari diagnosis saya sendiri, setelah 2 minggu akan saya lepas gipsnya." Ungkap dokter itu.
Sedikit dari mereka bernafas lega setelah mendengar ucapan sang dokter, tak menampik jika mereka tadi sempat berpikiran bahwa sang ayah akan diamputasi atau lebih dari itu.
"Kalau begitu saya permisi dahulu." Pamit dokter itu sembari menatap mereka satu persatu, dan berhenti pada si bungsu Barata.
Thea mengulas senyum manis dan sopan saat bertemu tatap dengan sang dokter. Hingga dokter tersebut membalas senyumnya dengan sebuah ulasan senyum tipis lalu beranjak dari tempat ini.
"Permisi" ucap suster yang baru saja keluar dari kamar inap ayah Barata.
"Untuk keluarga pasien letkol Barata sudah boleh menjenguk. Silahkan." Ujarnya sembari mempersilahkan keluarga itu masuk.
"Eumm... Maaf sus, bergantian atau langsung semua masuk?" Tanya Jiza sopan.
"Boleh semuanya."
Tanpa berlama lagi mereka semua langsung masuk satu persatu dan suster tersebut menutup pintu inap. Menjaga privasi.
Sedangkan di dalam ruang rawat inap tampak rusuh karena teriakan senang dan rasa syukur melihat sang ayah sudah membuka matanya.
"Ayahh...." Ucap mereka sembari memeluk beliau dengan sangat hati-hati.
Pria itu tersenyum tipis, "terima kasih sudah menunggu ayah."
Mereka melepaskan pelukannya, Mira memanyunkan bibirnya" seharusnya aku yang terima kasih ke ayah karena sudah kuat dan mau sadar."
Ayah Barata terkekeh, "jelas ayah kuat. Kan ayah jagoan." Balasnya.
"Ih udahlah." Kesal Mira.
Mereka terkekeh renyah. Ayah Barata kini mempunyai hobi baru menjahili sang kembar 2 selain si bungsu ketiga yang selalu kena jahilnya. Deanita.
"Mas, gimana keadaannya ? Merasa sakit atau nyeri?" Tanya sang istri. Yuliana.
Ayah Barata menoleh ke samping yang ada sang istri duduk pada kursi di samping bangsalnya.
"Baik, sayang. Nyeri pasti ada, hanya tidak terlalu aku rasakan karena kamu sudah disini." Jawaban sang ayah membuat mereka sontak mengernyit geli.
"Aw! Kejuu banget." Sahut Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
9 gadis tangguh " ayah"
ChickLit'Membela negara memang tugasku' 'tapi, jika melindungi anak-anak perempuan ku itu adalah kewajiban utama seorang ayah.