16

2.4K 53 1
                                    

Setelah melalui sebuah perdebatan panjang, Allen dan Lydia berakhir di sebuah supermarket yang cukup jauh dari apartemen Lydia. Karena hanya supermarket itulah satu-satunya yang buka pada hari yang masih sangat pagi ini, pukul 7:45.

Allen berusaha sesegera mungkin berbelanja bahan keperluannya dan pulang, namun Lydia memaksa untuk 'bermain'. Wanita itu tidak mengizinkan Allen pergi jika Allen tidak menyetujui syarat Lydia. Jadi daripada mati kelaparan, lebih baik Allen menuruti permintaan dom nya itu.

Begitu mereka keluar dari rumah tadi, banyak sekali pasang mata yang tertuju pada mereka, atau mungkin lebih tepatnya Allen. Sekali lagi, dia mengenakan pakaian yang sangat minim, untuk seorang perempuan sekali pun.

Dia mengenakan sebuah rok jeans biru yang sangat pendek, bahkan benda itu tidak menutupi paha mulusnya. Atasan yang dikenakannya hanya sebuah crop top putih dengan jaket hitam tipis. Belum lagi Lydia membuatnya mengenakan beberapa perhiasan seperti anting, kalung, dan gelang.

"Al, sini sebentar," Lydia menarik pergelangan tangan Allen, membawanya ke pojok supermarket yang tidak biasa dikunjungi orang. Dia mengobrak-abrik tasnya yang berantakan seperti biasa.

Tak berselang lama, Lydia mengeluarkan sebuah butt plug berbentuk ekor anjing, sama persis dengan yang pernah digunakan Allen sebelumnya. Allen bergidik ngeri melihat benda di tangan Lydia itu. Mengingat kembali kejadian itu membuatnya sedikit takut.

Seringaian mengembang di wajah cantik Lydia. Dia menahan Allen agar tidak kabur, selagi tangan satunya kembali sibuk mengacak-acak tasnya, mencari pelumas. Begitu menemukan benda yang diinginkannya, Lydia mendorong Allen ke dinding dan mengurungnya di sana. Selagi Lydia sendiri sibuk menyiapkan butt plug itu.

"N-nona..." Allen mencicit pelan, tubuhnya gemetaran. Pandangannya tertuju pada benda mengerikan di tangan Lydia.

"Tenang Al, tidak apa-apa," tangan Lydia mengelus pipi Allen lembut, senyuman manis di wajahnya entah bagaimana berhasil membuat Allen lebih rileks. Tangan Lydia berpindah ke tengkuk Allen, mengusapnya pelan dengan ujung jari, memberikan sensasi menggelitik pada Allen.

Perlahan, Lydia menarik tengkuk Allen mendekat ke wajahnya, dan mengecup bibir manis sub nya itu singkat. Tangannya perlahan merayap turun ke dalam celana Allen, meremas pantat kenyal sub nya itu dan mengelus-elus lubang anusnya.

"Mmhh! Anh..! Aahhh...!!" Desahan dan lenguhan kecil samar-samar mulai terdengar. Allen yang sudah lemas bertumpu pada Lydia, meremas bahunya kuat.

Lydia semakin gencar melakukan aksinya, dia melepas rok mini Allen, dan tampaklah dengan jelas penis mungil Allen yang sudah berdiri tegak. Sontak, Allen berusaha menutupi bagian selangkangannya dengan tangan. Semburat merah menghiasi wajah pucatnya, juga daun telinganya.

Bibir Allen terkatup rapat, membuat setiap lenguhan-lenguhan kecil dan desahannya yang keluar dari bibir seksi itu makin menggoda. Lydia langsung menyerang mulut Allen tanpa ampun. Dia melumat bibir merah dan seksi itu, mendorong lidahnya masuk ke dalam dengan paksa. Lidah Lydia berkeliling dalam mulut Allen, mengabsen giginya satu persatu, juga beradu dengan lidah sang empu.

Allen terengah, berusaha melepaskan diri dari Lydia. Napasnya mulai berubah tak beraturan, namun dom nya itu masih tak kunjung melepaskannya. Allen memberontak dan mulai memukul-mukul bahu Lydia pelan.

Lenguhan-lenguhan dan erangan tertahan mulai kembali terdengar. Di tengah ciuman intens mereka, Lydia kembali menyusupkan tangannya ke anus Allen, memasukkan satu jarinya ke dalam sana.

"Nghh! A-anh..!" Pinggang Allen tersentak, kakinya gemetaran. Jari Lydia menerobos masuk semakin dalam, bergerak-gerak liar, bermain-main di dalam lubang sempit itu. Sesekali, jarinya menekan titik sensitif Allen, prostatnya, dan membuat laki-laki manis itu mengerang nikmat di sela ciuman intens mereka.

Lovers (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang