Nice to meet you

54 1 0
                                    

"Jadi Abang pun ngga tau?". Nuri menggigit bibirnya.

"Pantes Bu Sania bilang jangan kaget". Desahnya.

"Jadi Nuri harus apa". Katanya, dengan nada lemah. Ia takut ayahnya marah, padahal rumah ini pilihan ayahnya, dan ya tetap saja dia merasa bahwa dirinya yang salah, karena dia sendirilah yang menyetujui nya.

Altan berpikir sesaat. "Nggapapa kali ya, kamu ngga keberatan kan kalau kita tinggal serumah?".

"Ya masalahnya bukan nggapapa atau nggak nya!. Lo cowok gue cewek! Gila aja, kita bukan orang barat yang bebas kumpul kebo".

Altan terkejut dan setelahnya tertunduk, benar juga yang dikatakan oleh Nuri. "Nuri,,, Abang udah semester tujuh, hanya sisa satu semester lagi di rumah ini, jadi, nggapapa ya? Buat cari kontrakan baru udah susah sekarang ini, Nuri. Abang mohon pengertiannya".

Nuri tetap melihat ke bawah, enggan melihat lawan bicaranya. Ia menggaruk-garuk tangannya yang nyatanya tidak gatal sama sekali.

"Nuri tenang aja, Abang ngga akan ngapa-ngapain Nuri. Dan nanti Abang juga akan jarang di rumah, Abang bakal cari cara buat,,,".

"Buat apa!". Tukas Nuri.

Altan menghela nafas, ia mencoba sabar menanggapi Nuri. Kalau dipikir-pikir, ini juga bukan salah Altan, bukan?. "Nuri,,, nanti Abang cari jalan keluarnya ya. Entah itu nginap di rumah temen, atau bahkan Abang harus pindah meskipun susah nantinya,,, lagian kan Abang udah bilang, di semester ini, Abang bakal sibuk banget ngurusin skripsi, menghadap dosen, bimbingan, dan hal-hal lainnya".

Diam-diam air mata Nuri luruh. Ia sadar ini bukan seutuhnya salah mereka berdua. "Tante Sania pasti tau kan, kenapa dia biarin sih!". Katanya masih dalam keadaan melihat ke bawah.

"Beliau pasti punya alasan tersendiri, Nuri".

" Stres ya tu betina? Sampai teganya biarin anak temennya tinggal satu atap sama orang yang ngga dikenal!".

"Nuri!" Tegas Altan. Kemudian ia mencoba menenangkan dirinya lagi, "mungkin ini karena Sri".

"Sri,, ssiappa?".

"Kamu ngga tau?".

Nuri menggeleng.

"Dia anak Bu Sania, dia dibawah Abang setahun. Sri kecelakaan, enam bulan yang lalu. Dirawat di RS, di ruang ICU, mungkin karena terdesak biaya, Bu Sania ngelakuin ini".

"Tanpa berpikir resikonya buat gue?! Iya?!" Nuri beranjak, ia masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ia menangis di dalam kamarnya.

Perasaan Altan tak karuan. Ia menggertak. Ia lalu mengelus dadanya, "astaga, beri aku kesabaran Tuhan".

🕊️🕊️🕊️

Nuri sudah siap dengan peralatan kuliahnya. Lebih tepatnya untuk ospek. Ia siap di jadikan boneka untuk seniornya, yang penting dia bisa kuliah dengan tenang setelah nya. Nuri bukan tipe orang yang suka mencari masalah, ia selalu tunduk dan patuh.

Nuri menghidupkan motor nya, "yah yah yah, habis minyak. Sabar ya, kita cari pom bensin". Ia memaksakan motor Scoopy nya, ia tetap berencana pakai motor ke kampus. Sampai di rumah keempat setelah kontrakan nya, motornya berhenti total. "Yahhh, jangan disini dong".

Terdengar suara motor matic lainnya dari arah belakang. "Kenapa? Mogok?"

Nuri berdecak kesal, ia turun dari motor dan mendorong motornya.

"Nuri, bareng Abang aja". Nuri tidak menghiraukan. "Nuri, ayo sama Abang aja, nanti telat, hukuman nya berat lho. Motornya taro aja dirumah". Akhirnya dengan berat hati Nuri menurut, "nah gitu dong, sini kunci motornya, biar Abang dorong sampe rumah, kamu tunggu disini". Nuri mengangguk.

Astral Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang