Taniandri Jiya Wihardjo atau kerap disapa Jiya adalah gadis cantik jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
"Lo bosen gak sih, libur tiga bulan?" tanya Savira Putri Cendranawi atau Vira. Teman Jiya dari pas ospek.
"Bosen," jawab Jiya sambil memutar garpu membuat mie goreng yang sedang ia makan menggunduk.
Vira tersenyum manis. "Kata bang Reza, anak-anak pecinta alam mau kemping. Ikut gak?"
"Gak. Gue gak ikut pelam."
"Kata bang Reza lagi, walaupun bukan anak pelam boleh ikut." Vira berharap Jiya si anak mager ini ikut biar dia ada teman.
"Kapan? Dimana?"
"Malam minggu yang bakal dateng, di Pinus Tenaga." Jawab Vira semangat. Biasanya kalo Jiya udah tanya-tanya begini artinya dia lagi mempertimbangkan, tapi ujung-ujungnya pasti iya jawabannya.
"Entar gue bilang mami dulu deh,"
"Udah gue bilangin, mami lo setuju!" ujar Vira cepat sambil memperlihatkan percakapan dirinya dan mami Jiya di ponsel.
"Lo--"
Vira nyengir kuda. "Ikut kan?"
"Iya." Jiya tak ada pilihan lain lagi selain menyetujuinya. Lagi pula, jika menentang pun ia tak akan menang. Sungguh, Vira sepertinya musuh bebuyutannya di kehidupan sebelumnya.
____
Hari sabtu pun tiba, siang hari anak-anak pecinta alam plus Jiya sudah berangkat menggunakan beberapa mobil mini bus kampus.
Sore hari, semuanya sudah bersiap. Beberapa kakak tingkat perempuan sedang memasak untuk makan malam, sedangkan anak laki-lakinya ada yang main gitar, tiduran aja, main lari-larian, dan baca buku.
Sedangkan anak-anak tingkat Jiya, sebagian ada yang ikut membantu masak contohnya Vira. Ada yang lagi pacaran, ada yang lagi foto-foto, ada juga yang cuma diem gatau mau ngapain kayak Jiya.
Karena bosan, Jiya berjalan-jalan di sekitar, gak terlalu jauh soalnya takut nyasar.
"Gue gasuka hutan. Disini gaada sinyal, banyak nyamuk, gelap." Gumam Jiya.
"JIYA!!"
Gadis itu terbangun, melihat wajah Vira yang panik, Jiya kebingungan. "Ada apa?"
"Lo, tadi pingsan!" adu Vira sambil mau meluk Jiya namun langsung di tepisnya.
"Pingsan?" tanya Jiya lagi masih dalam keadaan bingung.
"Iya!" jawab Vira sambil mengusap kedua matanya yang berair.
Jiya mengerutkan keningnya, "Gue lagi tidur, terus mimpi jalan-jalan eh terus gelap deh."
"Mana ada tidur bodoh! lo tadi ditemuin bang Harsa di bawah sono udah gak sadar!"
"Oh gitu," gumam Jiya. Lalu ia melihat beberapa kakak tingkat yang ikut menunggunya disana bersama Vira. "Kak, aku gapapa, maaf ngerepotin. Makasih ya,"
"Lain kali kalo mau jalan-jalan sama temen ya jangan sendiri."
Jiya mengangguk sambil tersenyum.
"Ini first time lo ke hutan ya?" tanya Vira saat mereka sudah berdua saja di tenda.
"Dulu gue pernah maen ke kebun singkong, sambil sekalian nyolong."
"Beda lah anjir!" sewot Vira kesal.
Tiba-tiba seseorang menginterupsi keduanya. "Misi, ada Jiya?"
"Halo Bang!" sapa Vira sambil tersenyum lebar.
"Iya?" tanya Jiya.
Lelaki itu tersenyum pada Vira lalu menatap Jiya. "Bisa bicara sebentar?"
"Oh iya boleh, Kak."
Kakak tingkat itu membawa Jiya kedepan tendanya yang berada di paling ujung, jauh dari kerumunan anak-anak.
"Ada apa Kak?" tanya Jiya.
Bukannya menjawab laki-laki itu malah menyodorkan coklat pada Jiya, mau tak mau ia menerimanya. "Makasih, Kak."
____
#jisoo #haein #haesoo #jaya
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
RomanceSetiap laki-laki di keluarga Harsa mempunyai beberapa mimpi yang selalu terkabul. Suatu ketika Harsa mulai memimpikan kehidupan pernikahan bersama adik tingkatnya, Jiya. Akankah mimpi itu menjadi kenyataan atau hanya menjadi bunga tidur biasa?