SEMBILAN

96 7 45
                                    

"Jangan pura-pura malu gitu deh, kesel gue liatnya!" Vira kesal dengan dua manusia di depannya. "Kalian tuh ngasih tekanan ke gue yang jomblo dan sedang tidak bahagia ini buat jadi tukang foto pribadi kalian."

Harsa mengangkat sebelah alisnya, "Gak seneng? mau pulang sekarang aja nih? padahal katanya ada yang seneng banget soalnya bisa liburan."

Vira auto tersenyum bisnis. "Enggak! gue becanda aja itu, ayo sini difotoin sampe penyimpanan penuh juga gue jabanin!"

"Kalian mau sampe kapan sih babuin dia?" tanya Leo yang tau-tau udah ada disamping Vira sambil bawa papan selancar. "Gue juga mau kali ngebabuin dia," Leo nyengir sampe matanya menyipit.

Vira membuang napas lelah, tidak ada hidup yang mudah, bahkan untuk bisa menikmati liburan singkat ini ia masih harus bekerja keras dulu sebagai fotografer dadakan dua manusia dimabuk cinta dan satu manusia aneh yang berstatus sebagai mantan pacar adiknya.

"Jiya coba kepala lo miringin ke kiri, Bang lo miringin ke kanan!" suruh Vira.

"Gini?" tanya keduanya. Posisinya malah jadi kayak mau berantem dengan kepala mereka yang menempel satu sama lain.

Leo berdecak, "Kalian ogeb banget sih?! maksudnya Vira, saling sender gitu looohhh."

"Kak, coba kepala Kakak senderin ke kepala gue, gini kan?" tanya Jiya.

"NICEEEEE!" pekik Vira dan Leo senang.


"Bagus," gumam Leo saat melihat hasil jepretan Vira.

Vira tersenyum bangga, "Iya dong!"

"Kalo gitu sekarang fotoin gue ya! tapi gue maunya disono," Leo menunjuk kearah laut. Tanpa menunggu persetujuan dari Vira, pria tersebut melengos pergi sambil menenteng papan selancar yang ia bawa tadi.

Vira menatap sedih Jiya, hidupnya sungguh berat sekali. Jika saja satu foto dibayar seratus juta, Vira akan ikhlas lahir batin walau hidupnya sedang dilanda masalah.

Jiya balas menatap Vira iba, tapi dirinya juga tak bisa lepas dari Harsa. Sedari tadi dua pria ini berusaha memisahkan mereka. Baru mengobrol sebentar saja pasti salah satu dari keduanya ada yang mengganggu dan ujungnya Jiya akan bersama Harsa.

Memang ada kongkalikong diantara mereka, buktinya dua pria ini menyiapkan liburan dua hari satu malam ini dengan perfect, bahkan dengan villa viral yang susah dibooking saja bisa mereka dapatkan. Luar biasa.

"Udah elo turutin apa kata Leo aja," ucap Harsa.

Vira mengangguk lemah, ia melambai sedih pada Jiya. "Gue kayaknya orang jahat deh dikehidupan sebelumnya, makanya dikehidupan ini gue hidup merana."

Jiya balas melambai. "Semangat Vi,"

Vira mengangguk lalu pergi menyusul Leo ke pantai.

"Gamau ke pantai juga?" tanya Harsa, karena seharian ini Jiya cuma jalan di sekitaran villa aja.

Jiya menggeleng. "Gak ah, disini aja."

"Kenapa? kalo mau ayo kita susul mereka, atau mau naik banana boat?"

Jiya menggeleng lagi. "Gue disini aja, Kakak kalo mau nyusul mereka, kesana aja, gue liat dari sini."

Harsa menggeleng. "Kalo gitu, kita jalan-jalan ke taman aja yuk?"

"Yuk!"

Pemandangan di jalan sangat indah dan sejuk. "Jiya, coba diem disitu."


"Kenapa?" tanya Jiya bingung.

"Pemandangannya bagus, kita selfie dulu."

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang