DUA

143 21 6
                                    

Kayaknya udah 15 menit lebih lelaki itu hanya diam, Jiya juga kebingungan sambil makan coklat, mana coklatnya udah mau habis.

"Kak, ada perlu apa sama saya?" tanya Jiya saat coklatnya udah habis.

"Lo baru pertama kali ke hutan?"

"Kayaknya iya sih Kak,"

"Pantesan,"

Jiya mengerutkan dahinya. "Pantesan?"

"Kalo ketempat kayak gini, mulutnya dijaga dong."

"Eh?!" Jiya ingat, jika tadi bukan mimpi berarti sebelum pingsan ia sempat menyuarakan keluh kesalnya. "Kok Kakak tau?"

"Tau, soalnya gue jalan di belakang elo."

"Ngikutin saya?"

"Iya. Lo jalan sendirian mau ke sungai, gue ketua pelam, udah tanggung jawab gue kalo kalian gak dalam bahaya."

"Oalah, maaf ya Kak saya ngerepotin. Kalo gitu saya pamit, makasih coklatnya!"

____

Seorang perempuan dengan gaun putih berdiri membelakangi Harsa. "Kak, aku cantik?" lalu perempuan tersebut berbalik, dengan senyuman yang mengembang ia berjalan pelan menuju Harsa.

"Cantik, cantik banget!" Harsa tersenyum. "Jiya, makasih."

Jiya mendongak, ia menggenggam tangan Harsa. "Aku juga makasih. Berkat Kakak aku tau apa itu cinta. Gimana rasanya mencintai dan dicintai."

Harsa mencium kening Jiya lama, ia pun sampai menitikkan air matanya. "I love you, Taniandri."

Harsa terbangun dengan pipi basah karena menangis dan detak jantung yang tak karuan. "Gila," gumamnya sambil mengusap pipi.

Harsa kaget karena ia mulai memimpikan kebahagiaan. Menurut Harsa menikah karena saling mencintai adalah suatu kebahagiaan.

Dulu, Ayah Harsa pun memimpikan menikah dengan ibunya saat keduanya bertemu untuk pertama kalinya. Dan mimpi yang akan terkabul ini hanya akan terjadi saat si pemimpi sudah menemukan belahan jiwanya, entah kebahagiaan atau kesedihan, namun itu akan menjadi kenyataan jika mimpi tersebut berkaitan dengan jodoh si pemimpi.

Yang artinya, Harsa sudah menemukan sebagian dari kehidupannya, yaitu Jiya. Tanpa berlama-lama ia langsung menuju ke tenda Jiya untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

Harsa melihat Jiya sedang duduk sambil melamun di depan tenda, ia sedikit lega karena Jiya baik-baik saja.

"Kenapa belum tidur?" tanya Harsa lalu duduk di samping Jiya.

"Belum ngantuk. Kakak sendiri kenapa disini bukannya tidur?"

"Belum ngantuk juga."

"Oh," jawab Jiya cuek.

"Gitu aja?"

"Iya, itu aja."

Harsa mengangguk. "Okelah."

Jiya menaikkan sebelah alisnya, dalam hati ia bertanya-tanya kenapa lelaki satu ini seperti ingin cari masalah dengannya. "Kak, kenapa sih?"

Saat keduanya sedang mengobrol yang hampir nyerempet mau ribut, ternyata tenda-tenda lain masih pada menyala. Malahan Gerald, Reza dan beberapa anak cowok lain keluar lagi buat nyalain api unggun, suasana yang tadi tenang kini menjadi ramai. Beberapa anak-anak yang melihat keduanya duduk sampingan saling bisik sambil bertanya "mereka lagi deket ya?"

"Kak, ngobrolnya mau di tenda Kakak? soalnya disini ada yang nguping." Jiya menunjuk ke belakang, di dalam ada Vira yang memang benar adanya sedang menguping pembicaraan.

Harsa mengangguk.

Sesampainya di depan tenda, Harsa memberikan beberapa permen rasa buah-buahan pada Jiya.

"Kakak suka yang manis-manis ya?"

Harsa mengangguk lalu menyodorkan ponselnya. "Nomor lo." Gimana pun juga, mulai sekarang ia pasti akan menghubungi Jiya karena mimpinya.

Untuk saat ini Harsa setuju-setuju saja jika nanti ia memang benar-benar menikah dengan Jiya. Harsa tak mempunyai pacar, tak ada juga seseorang yang sedang ia sukai. Dan jika dilihat-lihat sepertinya Jiya pun tak memiliki pacar.

"Mau minta nomor?" tanya Jiya memastikan.

Harsa mengangguk lagi.

"Cepek gocap dulu," ujar Jiya sambil nyengir.

"Seriusan?" tanya Harsa pura-pura.

"Kagak lah." Setelah mengetikkan nomornya lalu Jiya memberikan ponsel tersebut, "Jadi, kita mau ngobrolin apa?"

Harsa mengangkat bahu. "Gatau."

"Ih, terus ngapain dong saya kesini?"

Harsa mengangkat bahu lagi. "Mana gue tau."

Akhirnya dua manusia itu diam dengan pikirannya masing-masing. Harsa ragu antara harus menceritakan mimpi tadi atau tidak, sedangkan Jiya sedang kebingungan mencari topik pembicaraan. Mau kembali ke tendanya pun ia sudah duduk dalam posisi wenak.

"Nama saya Jiya, kalo Kakak?" tiba-tiba aja jadi ngajak kenalan.

Bukannya menjawab, Harsa malah menatap Jiya datar. "Udah tau."

"Ah udahlah, saya pergi aja." Tapi ucapannya tak sesuai kenyataan. Nyatanya tubuh Jiya tak bergerak sedikit pun.

"Gue becanda," Harsa memberi beberapa permen lagi dan dengan senang hati Jiya pun menerimanya. "Nama gue Harsa, semester lima."

Jiya mengangguk. "Gak perlu salaman kan?" Soalnya dari yang Jiya tau dan alami selama ini kalo kenalan biasanya sambil pada salaman.

Harsa menatap Jiya, "Lo maunya salaman apa enggak?"

"Gak sih,"

"Yaudah ayo salaman." Ajak Harsa sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Kan saya bilang enggak."

"Gue mau."

Jiya menatap Harsa datar. "Yaudah, ayo salaman."

Harsa tertawa melihat ekspresi wajah Jiya yang sepet kayak pisang mentah.

"Kita musuhan, mau gak?" tanya Jiya dengan sadar.

"Apa lo bilang?" tanya Harsa memastikan.

"Musuhan, mau jadi musuh saya gak?"

"Untungnya buat gue apa kalo jadi musuh lo?"

Jiya diam sambil berpikir. "Kakak gak akan ketemu perempuan ngeselin kayak saya."

Harsa mengangguk setuju, ia setuju dengan perkataan Jiya yang bilang kalo Jiya ngeselin. "Terus untung buat lo apa?"

"Pertama saya jadi punya musuh, kedua saya bisa jauh dari manusia nyebelin kayak Kakak."

"Jiya," panggil Harsa, ia masih tak habis pikir bakal ketemu cewek unik agak nyebelin begini.

"Iya Kak?"

"Gue mau tidur. Makasih waktunya." Harsa masuk begitu saja kedalam tenda, meninggalkan Jiya seorang diri. Penolakan gue buat gamau jadi musuh dia oke gak ya? tanya Harsa dalam hati.

"Gue diusir?" Jiya berdiri sambil menatap tenda berwarna abu itu geram. "Apa gue gulingin aja gitu tendanya?" lalu Jiya menggeleng, pikiran jahatnya ini suka datang diwaktu yang tepat. "Tapi makasih ya permennya."

Harsa mendengarkan ocehan gadis itu sambil terdiam. "Loh, kenapa malah marah? emang dasar cewek."

____

#jisoo #blackpink #junghaein #haesoo #judycouple

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang