Satu minggu sejak Jiya mengerjakan tugas jurnal bersama Harsa dan keduanya belum bertemu lagi. Dua minggu kedepan BEM dan HIMA termasuk Harsa akan disibukkan oleh PORAK.
Jiya sendiri akan mengikuti perlombaan voli dan tarik tambang bersama teman-teman kelasnya. Selain voli untuk perempuan, ada juga basket untuk laki-laki dan tarik tambang untuk campuran.
Dari yang Jiya tahu, Harsa sibuk latihan basket. Tapi hari ini tiba-tiba cowok itu mengirim pesan.
Harsaa : jiya, lo lusa tanding kan?
Jiyadjo: iya kak
Selesai membalas Jiya kembali ke lapangan, tim voli kelasnya tanding di hari pertama acara dimulai, mereka keteteran karena belum latihan sama sekali dan baru latihan perdana hari ini.
Semester 3A si paling kelas ah begitulah.
"Gue optimis kelas kita bakal hah heh hoh," Vira duduk sambil meluruskan kakinya yang lemas.
"Cungur lu minta dihajar." Alexa si paling perempuan kuat nan semangat merasa kesal mendengar celetukan Vira.
"Minimal gak di diskualifikasi," ujar Raina.
"Bener!" Seru Fania.
"Kalo Vira ikut gue gak yakin kita menang deh," Alexa tertawa jahat sambil menatap remeh Vira.
"Idih idih ngaca deh, lo sendiri gak bisa smash!" Vira balik mencibir.
"Ih gue mah masih bisa passing sama servis," Alexa memeletkan lidahnya.
Vira hanya melotot tak berani membalas, karena benar adanya jika kemampuan bermainnya masih terpendam sangat dalam. Kadang-kadang servisnya hanya melambung tinggi tapi tak melewati net.
"Vira cuma bilang hah heh hoh, belum tentu kalah." Jiya menatap Alexa datar.
****
Hari perlombaan pun tiba, Jiya dan Vira berangkat bareng dari rumah nenek karena Vira menginap. Sudah 2 malam bocah pirang tersebut ngungsi, alesannya sudah pasti karena rumahnya sepi.
Keduanya sudah stylish dengan outfit serba hitam putih, tahu-tahu dikampus diganti pakai jersey tim berwarna merah cerah yang menyilaukan mata.
"Warna merah artinya berani!" Vira berusaha menguatkan dirinya sendiri.
"Banyak Ong," celetuk Fania sambil menepuk pundak Vira.
Vira nyengir.
"Ada Jiya?" Kakak panitia dengan nametag Tasyla -> Seksi Acara, tiba-tiba masuk keruang tunggu.
"Lagi ke kamar mandi, ada apa Kak?" tanya Vira sopan.
"Nanti suruh keruang panitia ya Vir, dipanggil si Harsa."
"Oh, oke Kak."
Sepeninggal Kak Tasyla, mereka heboh mendekati Vira.
"Beneran ya Jiya lagi deket sama Kak Harsa?" tanya Raina.
"Dari kapan si? pas kita kemping?" kini Deora yang nanya.
"Ih hati-hati sama Kak Harsa, katanya playboy." Yuna bergidik.
"Kata siapa???" tanya Fania kepo.
Yuna mengangkat bahu. "Gue denger-denger aja dari temen gue yang semester lima."
"Tapi gue heran, kenapa kok bisa cowok ganteng kayak kak Harsa masih jomblo."
"Ya karena playboy, ceweknya banyak, jadi dia gak bisa pilih."
"Lo pada kepoan banget ah, berisikkkk." Vira menampar satu persatu wanita-wanita kepo tersebut.
Saat Jiya datang, ia langsung Vira suruh keruang panitia. Didepan pintu ruang panitia Jiya berdiri kebingungan, ia lupa menanyakan alasan dirinya dipanggil karena diburu-buru Vira.
Seorang lelaki jangkung keluar lalu menatap Jiya. "HARSA! NI CEBOL YANG LO PANGGIL KAN?" teriaknya lalu melengos.
Jiya kaget sekaligus sebal. Cebol? cih! badan lo aja bang ketinggian.
Harsa keluar sambil berekspresi takjub. "Merah merona," godanya melihat Jiya memakai jersey merah cerah tersebut.
"Kakak yang manggil?" tanya Jiya.
Harsa mengangguk.
"Ada apa?"
"Loh, kenapa bete?"
Jiya mengangkat bahu. "Kenapa?" tanya Jiya lagi.
"Nanti lawan lo semester enam c kan? mereka jago-jago."
"Terus?"
"Udah sih mau ngasih tau itu doang."
Jiya melotot. Tidak tahukah Harsa perjuangan Jiya dari ruang tunggunya keruang panitia? Jiya harus melewati ruang tunggu kating dengan kaos merah merona ini lalu melewati belakang panggung sambil krasak-krusuk banyak kabel, terus lewatin kumpulan kating-kating cowok seleb kampus. Se-effort itu Jiya, tapi malah dibecandain Harsa dengan info yang sudah ia tahu.
Kalo bukan cewek cool, Jiya mau ngamuk aja.
Harsa tertawa. "Nih, gue mau ngasih ini."
Jiya menatap pouch bag berwarna hitam yang dipegang Harsa sambil diam.
"Gue mimpi lo jatoh terus lutut lo luka, jadi gue beli legging." Kemarin lusa Harsa memang memimpikan hal tersebut, tapi ia juga sengaja membelikan celana agar kaki Jiya tidak terekspos. Bahaya kalo diliat banyak cowok.
Jiya masih diam.
"Buru ambil, tangan gue pegel."
Jiya mengambil pouch tersebut.
"Kenapa sih?" grogi juga Harsa diliatin Jiya.
"Gak."
"Udah sana pake, bentar lagi maen."
"Mau kiss?"
"HAH?! disini??!" Harsa melongo kaget tapi sambil mengangguk.
"Nih," Jiya memberikan 2 buah permen berwarna merah dan ungu.
Harsa menatap permen tersebut kecewa, dia kira kiss yang lain bukan kiss yang ini.
"Makasih celananya, tapi semoga gue gak jatoh." Jiya mundur perlahan lalu setelah agak jauh ia berlari kencang tak peduli lagi pada kabel krasak-krusuk yang menjadi rintangannya.
****
#jisoo #haein #haesoo #blackpink #flower #judycouple #paperplanecouple #snowdrop
.
.
baca juga cerita lainnya dari tuliporenzz yaitu INDAH.berkisah tentang Indah, Dosen bahasa yang harus menikah menggantikan saudari kembarnya.
Mahawira atau Wira, dokter Spesialis Mata yang menyejukkan mata.
Kisah manis, asam, pedas, pahit Indah dan Wira menjadi pasutri. Keduanya harus bertahan satu tahun atas pernikahan diatas kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
RomanceSetiap laki-laki di keluarga Harsa mempunyai beberapa mimpi yang selalu terkabul. Suatu ketika Harsa mulai memimpikan kehidupan pernikahan bersama adik tingkatnya, Jiya. Akankah mimpi itu menjadi kenyataan atau hanya menjadi bunga tidur biasa?