ERROR | 5

9 3 0
                                    

Suasana kafe sedang ramai pengunjung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kafe sedang ramai pengunjung. Seorang pelayan perempuan sibuk mengantar pesanan. Dalam keadaan apa pun, dia harus terlihat ramah saat menghadapi pelanggan.

Sejak sore hingga malam, pengunjung datang bergantian. Rata-rata, pengunjung yang datang adalah anak teknik informatika atau para programmer. Terkadang, para programmer yang sudah ahli, sengaja datang hanya untuk membantu menyelesaikan program eror pengunjung lainnya.

Seorang pria dengan tubuh yang cukup tinggi dan berisi sedang memandang monitor digital. Sepertinya, dia sedang berpikir untuk menyelesaikan sebuah program eror milik pengunjung lain. Dengan cekatan, dia mengetik langsung di monitor sebuah program yang dirasa benar.

Setiap orang yang berhasil membantu menangani eror tersebut akan mendapat poin. Bisa ditukar saat membeli makanan atau minuman di Kafe Error. Kebetulan, poin yang didapat pria itu lumayan tinggi karena kerumitan program eror tadi.

"Steak sirloin satu, hot tea satu. Pake poin eror, ya," ujar pria dengan kaus putih dibalut kemeja hitam terbuka.

Pria itu memberikan kupon berisi jumlah poin yang didapatnya. Sepuluh poin, artinya mendapat potongan harga Rp10.000. Karena promo tersebut hanya berlaku di hari yang sama saat pengerjaan eror, jadi harus segera dibelikan.

Qia mengonfirmasi ulang pesanan pria tersebut. Setelah semuanya benar, gadis itu kembali ke dapur untuk menyampaikan pesanan. Dia kembali melayani pelanggan lain selagi menunggu makanan dibuatkan.

Beberapa menit kemudian, pesanan siap dihidangkan. Qia kembali mengantar ke meja pria tadi. Aura positif dari Qia membuat para pelanggan ikut ramah. Termasuk pria yang sejak tadi terlihat serius menatap layar laptopnya.

"Kamu yang waktu itu nemenin saya makan, bukan?" tanya pria itu.

Qia mengingat sesuatu. Bagaimana tidak lupa, setiap hari, pelanggan yang datang begitu banyak. Setelah ingat, gadis itu hanya menganggukkan kepala.

"Kali ini kerja sampai jam berapa?" tanya pria itu lagi.

Sebenarnya, mereka berdua belum sempat kenalan. Entah bagaimana, saat itu, pria itu malah menceritakan seseorang yang tidak jadi datang menemuinya. Hingga lupa tidak menanyakan nama gadis yang menemaninya.

"Kurang tau, Kak. Sampe pengunjung udah pulang semua. Paling jam sebelasan," jawab Qia seakan sudah kenal lama dengan pria tersebut.

"Oh, by the way, nama kamu siapa?"

"Aqila, Kak."

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai respons. Setelah itu, Qia pamit untuk melanjutkan pekerjaannya. Pukul tujuh malam memang jam-jam ramai pengunjung.

Tanpa disadari, ada beberapa orang yang memperhatikan Qia dari kejauhan. Di pojok dekat pintu keluar, tiga orang perempuan, sedang memperbincangkan Qia. Tak hanya itu, mereka memotret Qia saat berbincang dengan pria tadi.

***

Keesokan harinya, Qia bangun agak siang karena tidak ada jadwal kuliah. Pukul sepuluh pagi, gadis dengan piyama merah muda itu masih mengumpulkan nyawanya. Dia melihat gawai yang disimpan di meja belajar. Rentetan pesan dari sang kekasih membuat matanya segar.

Al 🤍
[ Kamu emang niat kerja atau nyari ceng-cengan sih? ]
[ (Foto) ]
[ Seneng gitu ya digodain pelanggan ]

Mata Qia terbelalak saat melihat potret dirinya dengan pria semalam. Entah dari mana kekasihnya mendapat gambar tersebut. Namun, Qia yakin jika orang yang mengirim gambar tersebut tidak ingin melihat hubungannya dengan Alkana harmonis.

Aqila
[ Kamu kenapa sih? ]
[ Itu aku cuma melayani aja sesuai aturan ]
[ Baru juga baikan, udah nyari masalah lagi aja ]

Qia sudah lelah dengan Alkana yang mulai berubah. Lelaki itu sudah tidak terlalu percaya dengan ucapan Qia. Padahal, semua yang lalaki itu tahu tidak sesuai dengan kenyataan.

Kini, pesan Qia hanya dibaca oleh Alkana. Biasanya, gadis itu membujuk dan meminta maaf. Untuk kali ini, dia mendiamkan kekasihnya. Mungkin dia lelah jika terus dianggap lemah.

Al 🤍
[ Aku cape sama kamu ]

Lagi-lagi, hati Qia kembali sakit. Luka kemarin saja belum pulih, lelaki itu malah menambah perih. Sifat dan sikap Alkana kepada Qia benar-benar berubah drastis.

Qia tak membalas pesan kekasihnya. Dia kembali memejamkan mata. Berharap jika itu tidak nyata.

Beberapa jam berlalu, gadis dengan totebag dan pakaian serba hitam itu sudah bersiap untuk pergi. Sebelum ke tempat kerja, Qia menyempatkan waktu mengembalikan buku ke perpustakaan kampus. Hanya sebentar, kemudian keluar lagi dari area kampus.

Entah ini kebetulan atau memang sudah jalannya. Saat di area parkir motor, tepat di depan mata, seorang lelaki tengah tersenyum saat dipeluk perempuan di jok belakang motornya. Lagi-lagi, hati Qia makin teriris.

Dengan keberanian seadanya, Qia melangkah gusar mendekati dua insan yang tengah bermesraan itu. Napasnya menggebu-gebu. Dia sedang berusaha menahan emosinya.

"Alkana!" bentak Qia.

Senyum yang tadi terukir di wajah tampan Alkana, seketika hilang. Lelaki itu terkejut bukan main saat Qia berada di hadapannya. Baru saja dia akan melajukan motor, tetapi dihadang kekasihnya.

Perempuan di belakang Alkana penasaran. Dia memiringkan kepala ke sebelah kanan agar melihat orang di hadapan Alkana. Perempuan itu tak kalah kagetnya.

Qia seakan terlihat sebagai makhluk gaib yang tiba-tiba muncul di hadapan. Gadis bertubuh sedang itu tak pernah menyangka jika yang memeluk Alkana adalah sahabatnya sendiri. Rasa kecewanya kian bertambah. Hatinya sudah benar-benar pecah.

Terima kasih sudah membaca! Semoga bisa menikmati dan betah dengan cerita Error ini, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah membaca! Semoga bisa menikmati dan betah dengan cerita Error ini, ya!

⚠️

Cerita Error hanya dipublikasikan di akun Wattpad dheisyaadhya.

***

Selasa, 12 Juli 2022


Dheisya Adhya

ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang