Tidak terasa waktu berlalu. Qia sudah harus kembali ke Bandung untuk bekerja. Tahun terkahirnya kuliah ini membuat keluarga tidak terlalu berat melepaskan. Malah, mereka sudah biasa tanpa Qia di rumah. Wajar saja, gadis itu sudah merantau tiga tahun.
"Ma, Pak, Qia angkat heula," pamit Qia mengatakan akan berangkat dulu.
"Enya, Teh. Sing salamet, sehat, sukses, lancar kuliahna." Setiap doa dari ibunya selalu terpanjatkan kala anak gadisnya merantau.
Qia mencium tangan ibunya, kemudian ayahnya. Setelah itu, Qia memakai helm karena akan berangkat bersama Krisna yang saat itu akan pergi ke sekolah.
Dengan segala barang bawaan ditambah stok makanan pokok yang sudah dikemas menggunakan kardus mi instan, motor yang dikendarai Krisna menjadi penuh. Mereka berangkat menuju terminal bus. Sampai di sana, Krisna langsung berpamitan untuk pergi lagi.
Sebelum naik bus, Qia sempat membuka ponsel untuk melihat jam. Namun, satu notifikasi berhasil menggerakkan jarinya untuk membuka kunci layar. Qia refleks menoleh sekitar terminal yang tidak terlalu besar.
Kak Ezra Cust
[ Qila, nanti berangkatnya bareng ya. Ditunggu di depan terminal ]Pesan tersebut berhasil membuat Qia melihat ke sebrang terminal. Tidak ada siapa-siapa. Dia sendiri pun tidak tahu Ezra naik apa.
Apakah naik bus bareng? Nyatanya, pria itu belum terlihat keberadaannya. Apa mungkin menggunakan motor? Tidak ada juga motor terparkir di sebrang terminal. Dengan segala pertanyaan di benaknya, Qia lebih memilih untuk membalas pesan Ezra.
Aqila
[ Aa udah di terminal? ]Kak Ezra Cust
[ Iya, ini di sebrang terminal ]
[ Bentar, Aa ke Qila aja ]"Di mana, sih? Perasaan enggak ada," gumam Qia masih celingak-celinguk.
Tak lama, sosok pria yang dicarinya keluar dari mobil hitam yang baru saja menghampiri. Entah sejak kapan adanya mobil itu tiba-tiba menghadap seakan datang dari arah belakang Qia yang sedang berdiri. Rasa-rasanya tadi tidak ada mobil di belakang Qia.
"Yuk, bareng aja. Lumayan, ngirit ongkos. Aa bantuin, ya," ujar Ezra saat di depan Qia.
Gadis itu masih mematung. Ezra langsung membawakan kardus yang ada di dekat kaki Qia. Pria itu sudah tahu, anak rantau jika pulang, pasti dibekali makanan.
Melihat Qia yang masih berdiri di tempat memperhatikannya menyimpan kardus di bagasi, Ezra pun membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu.
"Yuk, masuk."
Qia sedikit terkejut dibukakan pintu. Hatinya sedikit senang. Bahkan, dirinya menjadi salah tingkah. Terakhir kali diperlakukan seperti itu saat awal dekat dengan Alkana.
Paling juga manis di awal doang kayak yang udah-udah, pikir Qia.
Gadis dengan jaket jeans dan kerudung hitam itu duduk dengan nyaman di samping Ezra. Sebelumnya dia tidak berekspektasi akan naik mobil bersama pria itu. Tadinya malah dia berpikir akan bareng naik motor. Makanya Qia sedikit lambat menerima ajakan Ezra. Bukannya berharap naik mobil pribadi. Namun, daripada pegal naik motor, lebih baik naik bus saja sekalian.
"A Ezra hari ini ada kuliah?" tanya Qia saat di perjalanan.
"Ada, tapi malem. Paling kalo pagi ini langsung kerja." Ezra menjawab sambil menyetir, tetapi sesekali menoleh ke arah Qia yang melihatnya.
"Kerja bagian apa, A?"
"Programmer, Qi. Qila mau magang jadi programmer?" tanya Ezra sambil tersenyum meledek karena tahu jika kemampuan koding Qia masih tingkat menengah.
"Enggak, ah. Mending jadi content writer sekalian, deh. Cape aku ngoding terus," jawab Qia sedikit cemberut.
"Jurusan IT, kok, bosen ngoding. Harusnya udah jadi santapan makanan pokok koding tuh." Ezra masih senang mengusili Qia. Baginya, gadis itu terlihat menggemaskan saat cemberut dan sebal seperti itu.
"Itu mah kalo yang suka ngoding kayak A Ezra. Kalo aku mah lebih suka nulis."
"Bagus tuh nulis juga. Nanti kalo ada lowongan magang jadi content writer atau copywriter mau, nggak?" tanya Ezra yang malah memberi saran.
"Mau banget, dong. Apa aja aku mah yang penting nggak ngoding."
Pernyataan Qia tersebut memberi ide topik baru bagi Ezra. Memang tak ada habisnya jika pria itu sudah suka. Selalu ada topik baru untuk dibahas. Untungnya, Qia dengan sabar meladeni meski terkadang hal acak.
"Berarti kalo jadi UI/UX mau?" tanya Ezra sedikit tertawa.
"Sama aja. Nggak, ah. Pengennya, sih, lebih ke penulisan, ya." Qia begitu antusias saat membahas kepenulisan.
Ezra hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar pernyataan gadis di sampingnya itu.
"Qila kalo suka nulis, kenapa masuk IT? Kenapa enggak Sastra?"
"Dulu mah belum kepikiran pengen nulis atuh. Itu juga baru sekarang-sekarang karena pusing ngoding, larinya ke nulis."
"Bagus, punya hobi lain. Jadi kalo daftar kerja punya beberapa pilihan."
Perjalanan keduanya terasa lebih cepat. Ezra yang biasanya membawa mobil terasa lama pun kali ini tahu-tahu sudah di Cibiru. Keduanya terus bertanya-tanya perihal apa pun.
Qia sempat bertanya perihal mengapa kali ini pria itu membawa mobil. Ternyata karena sempat dipakai berlibur oleh keluarganya minggu kemarin. Jadi, Ezra harus rela naik bus ke Bandung saat itu.
Terima kasih sudah membaca! Semoga bisa menikmati dan betah dengan cerita Error ini, ya!
⚠️
Cerita Error hanya dipublikasikan di akun Wattpad dheisyaadhya.
***
Rabu, 24 Agustus 2022
Dheisya Adhya
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR
RomanceAqila Intan Zevana atau Qia, mahasiswi Universitas ternama di Bandung dengan segala keramahan dan kebaikannya. Gadis itu sudah dikenal banyak orang karena berpacaran dengan ketua organisasi. Dia pun memiliki teman satu geng yang terkenal positif vib...