Pagi-pagi begini, Qia sudah mendapat kabar yang membingungkan. Bagaimana tidak, Lyra tiba-tiba memberi tahu jika Farida diselingkuhi Alkana. Qia bingung harus senang atau sedih. Dia hanya merasa menang dan puas karena Farida mendapat karmanya. Dia pun merasa beruntung karena sudah diperlihatkan sisi buruk lelaki yang dulu dicintainya.
Mungkin, saat dengan Farida pun bukan selingkuh yang pertama. Bukankah selingkuh itu susah sembuhnya? Namun, Qia sudah tak ingin lagi berurusan dengan Alkana. Dia lebih memilih menghindar dari segala hal tentang lelaki itu.
Meskipun rasanya menjadi aneh ketika orang yang asalnya dekat, tiba-tiba asing tanpa pernah menyapa. Tak apa, semua sudah jalannya. Jika bukan begitu, Qia tidak akan sedekat ini dengan pria baru. Ya, meskipun hatinya masih ragu.
"Ra, kamu teh enggak usah laporan terus tentang si Alkana ke aku. Udah ilfeel banget denger namanya aja ge." Qia berucap sambil bergidik jijik.
Lyra hanya tersenyum melihat sahabatnya itu. "Tau rasa tuh si Farida juga, dapet karma. Lagian, pacar sahabat sendiri, kok, diembat."
"Waduh, sabar-sabar. Kok, jadi kamu yang emosi, sih." Qia menepuk-nepuk bahu Lyra pelan sambil tertawa.
"Udah, lah. Kita pulang aja. Kamu dijemput sama si Aa Manis lagi?" goda Lyra membuat Qia malu-malu maung.
"Enggak lah, dia juga kerja kali. Nggak selalu ada buat aku. Lagian, aku sama dia cuma temen deket aja, kok. Eng-gak le-bih," jawab Qia diakhiri penuh penekanan.
Lyra hanya tersenyum menggoda hingga membuat Qia salah tingkah. Sambil berjalan ke gerbang untuk pulang, keduanya hanya bercanda ria.
***
Semester tujuh ini, Qia lebih banyak mendapat jadwal kelas pagi. Namun, karena hal tersebut, Ezra menjadi punya alasan untuk mengantar Qia ke kampus. Padahal, Qia sudah sering menolak karena jarak dari kosan ke kampus pun terhitung dekat. Berjalan kurang lebih sepuluh menit pun sudah sampai.
Lagi-lagi, Ezra menggunakan alasan andalannya. Dari gerbang kampus menuju Fakultas Teknik itu tidak dekat. Lebih cepat jika menggunakan kendaraan. Jika sudah begitu, Qia pun sulit menolak. Namun, dia pun memanfaatkan kesempatan agar mengirit tenaga sebelum belajar.
Saat pukul tujuh pagi, pria dengan setelan kaus putih dibalut kemeja hitam yang tidak dikancingkan itu sudah siap di depan kosan Qia. Keduanya berangkat menggunakan mobil. Di perjalanan, dari kejauhan, Qia melihat seseorang yang tak asing baginya sedang sibuk dengan mobil yang kap depannya dibuka.
"Itu kayak temen aku, A. Eh, maksudnya mantan temen aku." Yang awalnya iba, Qia tiba-tiba berubah. Dia menyunggingkan sebelah bibirnya.
Ezra pun memelankan laju mobilnya. "Kenapa ngomongnya gitu? Kayaknya mobil dia mogok, deh, Qi."
"Iya kali, udah biasa mogok dari dulu juga." Kali ini, nada bicara Qia datar, seakan malas membahas.
"Mau dibantuin dulu?" tanya Ezra ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR
RomanceAqila Intan Zevana atau Qia, mahasiswi Universitas ternama di Bandung dengan segala keramahan dan kebaikannya. Gadis itu sudah dikenal banyak orang karena berpacaran dengan ketua organisasi. Dia pun memiliki teman satu geng yang terkenal positif vib...