2. Dia mempunyai hobi yang sama denganku.

79 7 2
                                    


"Suster, boleh aku bertanya?"

Suster yang baru saja selesai membantuku membersihkan diri menoleh dengan wajah penasaran.

"Tanya apa?"

"Kau kenal seorang pasien bernama Hoshiumi Korai?" tanyaku.

Suster tampak berpikir, "Sepertinya aku tahu. Lelaki dengan rambut putih itu, kan?"

Mataku terbuka lebar, "Benar! Apa kau juga mengurusnya?"

"Tidak, aku hanya pernah beberapa kali membantu dokter memeriksa keadaannya,"

"Memangnya dia sakit apa?"

"Hipertensi Paru."

"Wah? Bukankah dengan donor organ saja dia bisa langsung sembuh?"

"Tidak bisa semudah itu, Noe. Kami pihak rumah sakit juga harus mencari seorang pendonor yang mau mendonorkan kedua paru-parunya."

"Sulit juga mencari pendonor." gumamku.

"Kau harus bersyukur masih diberi hidup sehat," celetuk suster kemudian.

"Kalau aku sehat, aku pasti sudah jalan-jalan ke luar negeri, suster. Tidak bisakah penyakitku ini dicarikan pendonor juga?"

"Apa yang mau di donorkan? Penyakit hemofilia tidak memerlukan donor apapun, kau hanya harus menjaga tubuhmu sendiri dari benturan sekecil apapun."

"Hufftt"

"Omong-omong, Hoshiumi itu seorang pemain voli, loh," ucap suster yang membuat aku terkejut.

Voli? Itu adalah impianku sejak kecil. Aku pernah memainkannya bersama kakek dan papa dulu. Sangat menyenangkan. Sampai akhirnya karena penyakit menjengkelkan ini membuatku harus berada di rumah sakit untuk waktu yang lama.

"Wow, benarkah?"

"Iya, kudengar dia bermain di divisi 1 dengan nama tim Schweiden Adlers."

Yah, semenjak aku di diagnosis mengalami hemofilia, semangat hidupku benar-benar menurun. Aku juga mulai berhenti mengikuti berita-berita tentang voli, jadi pantas saja jika aku tak tahu.

"Wahh, divisi 1 ya?"

"Ah, sudah waktunya aku mengurus pasien lainnya. Noe, jika kau mau pergi ke taman maka pergilah tetapi harus tetap hati-hati, jangan sampai terbentur!" peringat suster.

"Baik, suster"

Setelah suster keluar, aku menatap ujung ruangan tempat tas dan keperluan lainnya berada.

Aku turun dari ranjang dan menghampiri ujung ruangan tersebut lalu mencari sesuatu yang sudah lama tak kusentuh.

"Ketemu! Ya ampun, kau berdebu sekali!"

Monolog ku pada sebuah bola voli yang sedikit berdebu.

Aku mengusapnya dengan tisu basah setelah itu kupeluk erat.

SINGKAT. | Hoshiumi Korai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang