3. Kami bermain Voli bersama.

63 7 3
                                    


Sesampainya di taman dan sudah kuduga bahwa lelaki itu duduk disana ditemani senja. Dia sempat berkata bahwa dia suka melihat matahari terbit dan tenggelam, maka dari itu aku pergi ke taman saat matahari hampir tenggelam.

"Kau disini lagi rupanya," sapaku

Ia menoleh lalu melepaskan satu earphone nya, "Selamat sore, Shimizu-san,"

Earphone yang dilepasnya kuambil dari tangannya, "Kau sedang mendengarkan lagu apa?"

Ah, lagu favoritku dan papa, My Love milik Westlife.

"Ini lagu kesukaanku akhir-akhir ini." ucap Korai.

"Lagu ini juga lagu kesukaanku dan papaku,"

Korai tertawa kecil, "Begitu, ya? Lagu ini memang bagus."

Lalu kami terdiam sampai lagu itu selesai.

"Hoshiumi-san, apakah kau bisa bermain voli?" tanyaku kemudian.

Ia menoleh, "Aku sangat jago bermain voli. Aku bahkan bermain di divisi 1!" serunya.

"Benarkah? Kalau begitu ayo kita bermain bersama," tawar ku sembari menunjukkan bola voli yang sedari tadi kubawa namun kuletakkan di samping bawah.

"Kau bisa bermain voli juga?" tanyanya antusias.

Aku mengangguk, "Dulu saat masih sekolah, aku bermain sebagai middle blocker,"

"Bagus! Ayo kita bermain! Ngomong-ngomong, aku adalah Outside Hitter di timku, cobalah untuk memblok Spike ku yang hebat ini!" serunya.

Entah kenapa tiba-tiba saja ia jadi sangat antusias dan sedikit sombong, tetapi hal itu menjadi daya tarik tersendiri untuknya.

Kami bermain di taman yang cukup luas itu dan benar saja spike nya cukup keras atau tanganku saja yang sudah lama tidak memblok Spike lawan jadi rasanya seperti kembali menjadi pemula.

"Sekali lagi, Hoshiumi-san!" seruku padanya

"Itu juga dialogku!" balasnya

Lalu ia mulai melempar bola dan saat ia memukul bola itu dengan keras, aku berhasil memblok nya hingga bola itu terjatuh ke wilayah Korai dengan suara debaman yang keras.

Ah, tenang saja, infusku baru saja dilepas sore tadi dan entah kenapa sebuah kebetulan juga infus Korai juga dilepas.

"Nice blok!" seru Korai

Lalu di Spike nya yang berikutnya, aku berhasil memblok nya berkali-kali hingga membuatnya kesal. Lucu sekali.

Setelah itu kami memutuskan untuk melakukan receive satu sama lain karena ada suster yang kebetulan lewat dan mengantisipasi kami untuk tidak bermain terlalu berat.

"Kau tahu, Shimizu-san? Setelah dokter mengatakan bahwa penyakitku membuatku tak bisa bermain voli lebih lama lagi, aku sangat kesal. Voli sudah menjadi bagian dari separuh hidupku, bagaimana bisa aku meninggalkannya begitu saja?" ucapnya.

"Aku juga, dulu aku sangat menyukai voli. Aku bahkan sempat bermain di pertandingan nasional sebelum akhirnya penyakit hemofilia ku bertambah parah sampai harus terus dirawat di rumah sakit dan akhirnya aku menyerah. Aku menyerah atas segala kehidupanku termasuk hobiku."

"Kenapa menyerah?"

"Karena aku merasa hidupku tak lama lagi jika penyakit ini semakin bertambah parah."

Lalu saat aku mengoper bolanya pada Korai, lelaki itu malah mengambil dan memegang erat bola itu dengan satu tangannya.

"Dengarkan ini, Noe. Sekuat dan setinggi apapun ombak yang kau hadapi, jangan pernah memutuskan untuk menenggelamkan dirimu sendiri," tuturnya. "Jangan menyerah, Noe. Ayo kita sama-sama berjuang untuk sembuh. Aku juga akan berusaha mencari pendonor. Apakah kau tidak mau bermain voli di lapangan lagi?"

Aku tersenyum lembut dan mengangguk, "Iya, aku akan berusaha sembuh."

Korai andai kau tahu bahwa penyakit hemofilia itu tidak bisa disembuhkan, apakah kau akan tetap berkata demikian?

SINGKAT. | Hoshiumi Korai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang