8. Tobio.

51 5 0
                                    


"Suster, Kira-kira kapan Hoshiumi-san bangun dari komanya? Sudah 2 hari dia tertidur," tanyaku sembari mengetuk pelan kaca pembatas antara diriku dan Korai.

"Dokter saja tidak tahu, apalagi aku,"

Aku menghela nafas pelan sampai tak sadar ada seseorang yang datang mengunjungi.

Sekilas kulihat raut wajahnya tampak tak asing bagiku. Aku merasa aku pernah melihatnya tetapi dimana?

Saat mataku dan matanya bertemu, aku langsung mengalihkan perhatianku darinya.

Lelaki itu beralih pada suster di sampingku, "Maaf suster, boleh saya bertanya? Ruangan dengan pasien atas nama Shimizu Noe ada di mana, ya?"

Orang bodoh mana yang bertanya perihal kamar pasien pada suster alih-alih bertanya pada resepsionis? Tetapi, astaga! Dia mencari kamarku!

"Kau mencariku?" tanyaku

Lelaki surai blueberry itu menoleh padaku.

"Namaku Shimizu Noe. Ada perlu apa?"

"Ah, kau rupanya. Boleh aku minta waktumu sebentar?"

🏐🏐🏐


Lelaki surai blueberry itu mengajakku bicara empat mata, aku pun membawanya menuju taman rumah sakit.

"Namaku Kageyama Tobio. Aku teman satu tim Hoshiumi-san,"

Sebuah keberuntungan menimpaku. Aku bertemu dengan pemain voli internasional terbaik se Jepang. Orang berwajah datar ini adalah orang yang sama yang berhasil membuat Prancis kewalahan dengan servis mautnya itu.

"Y-ya, aku Shimizu Noe."

Aku tak boleh terlihat terbata-bata di hadapan orang ini.

"Aku diminta Hoshiumi-san untuk menyampaikan beberapa hal padamu,"

"Baiklah, silahkan,"

"Hoshiumi-san, dia merasa bahwa hidupnya tak lama lagi. Ia mulai menyerah mencari pendonor tetapi sebenarnya dia masih ingin bermain voli lagi, apalagi bersamamu. Aku merasa dia ingin aku menyampaikan salam perpisahan untukmu."

Aku diam membisu mendengar penuturan Tobio. Bahkan Korai sendiri juga memilih menyerah, ya?

"Sebelum bertemu denganmu, dia bilang padaku bahwa dia sudah siap untuk mati kapanpun, tetapi setelah dia bertemu denganmu, dia merasa dia masih punya banyak hal untuk dipertahankan termasuk nyawanya. Ia bertahan demi voli, demi teman-temannya, demi kakaknya, demi orang tuanya, dan demi dirimu."

"Aku?"

"Ya, tanpa kau sadari, Hoshiumi-san sudah terjerat oleh dirimu. Kalian mungkin bertemu belum lama ini, tetapi kau sudah membuat Hoshiumi-san tertarik. Semangatnya untuk bertahan hidup semakin membara. Terima kasih, Shimizu-san,"

Tobio memberi hormat padaku dengan cara menundukkan badannya.

"Ah! Tidak, aku tidak melakukan apapun!"

Ia menegakkan tubuhnya kembali, "Ngomong-ngomong, margamu mirip seseorang yang ku kenal,"

"Shimizu Kiyoko, manajer voli SMA Karasuno, benar bukan? Dia adalah saudaraku,"

"Ah, begitu rupanya,"

SINGKAT. | Hoshiumi Korai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang