9. Aku ingin.

48 4 0
                                    


Seharian ini aku sangat bosan. Korai belum juga sadar dari komanya. Tidak banyak yang bisa kulakukan sehari penuh ini selain melihat suster membawakan makan siangku.

"Kau tahu? Ternyata golongan darahmu dan Hoshiumi-san itu cocok. Aku terkejut sekali." ucap suster tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba suster berkata seperti itu?" tanyaku.

"Ah, maaf, aku hanya terkejut saja karena golongan darah kalian sedang susah-susahnya dicari. Apalagi soal donor organ."

Hm, begitu rupanya.

"Memang sesusah itu?" tanyaku lagi.

"Sangat susah. Itulah kenapa Hoshiumi-san tak kunjung mendapatkan donor organ. Apalagi 2 paru-paru utuh."

Begitu, ya?

Setelah itu, suster keluar dan Kiyoko masuk ke dalam ruangan.

"Bagaimana kabarmu?"

"Sama seperti biasanya," jawabku

Lalu tercipta hening di antara kami. Kiyoko sibuk mengganti air di vas bunga dan aku sibuk melihat bunga sakura yang mulai bermekaran.

"Kiyoko," panggilku.

"Hm?"

"Kau tahu kan, kalau penyakitku ini tak bisa disembuhkan dan sudah mencapai yang paling parah?"

"Kenapa bahas ini lagi?"

"Kiyoko, aku punya sebuah permintaan," ucapku cepat.

"Apa? Kalau aneh-aneh, aku nggak mau, ya!"

"Tolonglah, hanya kamu yang bisa melakukannya. Aku tak pernah meminta apapun padamu. Aku selalu menuruti semua kemauanmu termasuk tinggal untuk selamanya di rumah sakit ini. Jadi, tolong untuk sekali ini saja aku ingin didengarkan."

Kiyoko tampak berpikir lalu ia mengangguk perlahan. Seakan siap untuk segala resiko.

🏐🏐🏐

2 hari yang lalu setelah Kiyoko pulang, aku mengunjungi Korai lagi untuk kesekian kalinya.

Ia masih tidur dengan nyenyak seakan tak peduli dengan orang-orang yang mengkhawatirkannya.

Di sela itu, aku sempat menyalakan lagu My Love lewat handphoneku dan menyanyikannya sendiri.

Begitu saja aku sudah senang.

Lalu aku memutuskan masuk ke ruang rawatnya, menatap parasnya yang elok lalu mencium keningnya sesaat.

🥀🥀🥀

Hari ini aku memutuskan untuk berbelanja di minimarket terdekat yang berhadapan dengan rumah sakit.

Setelah sampai di minimarket terdekat, aku mengambil banyak belanjaan lalu segera membayarnya ke kasir.

Aku membawa satu kresek besar berisi banyak jajanan dan kresek satunya lagi berisi buah apel. Cukup berat.

Saat waktunya menyebrang, Tiba-tiba saja kresek buahnya bolong sehingga banyak apel yang jatuh berhamburan di tengah-tengah zebra cross.

Aku buru-buru mengambilnya, akan tetapi saat aku akan mengambil apel kedua, suara samar satpam rumah sakit yang memanggilku membuatku menoleh. Posisi satpam yang lumayan jauh dariku membuatnya berlari ke arahku dengan tergesa.

"Apa yang kau teriakkan, Pak?"

Sampai akhirnya aku sadar bahwa si satpam berkata, "Menjauh dari sana! Ada truk besar yang hilang kendali menuju ke arahmu!"

Saat akhirnya aku sadar, aku menoleh ke belakang dan benar saja, ada sebuah truk besar menuju ke arahku dengan kecepatan tidak masuk akal.

Masa bodo dengan apel yang jatuh, aku segera berlari namun terlambat. Tubuhku menghantam bagian samping truk dengan keras.

Seketika semuanya gelap.

SINGKAT. | Hoshiumi Korai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang