LUKISAN HATI - 02

7 3 0
                                    

Selang tiga hari semenjak kepergian mantan kekasih nya yang sudah menemani nya dua tahun dengan segala kenangan. Isel sangat mencintai Ario, mulai dari kebaikan hati nya, ketulusan nya, rasa kasih sayang nya benar benar membuat Isel salut.

Surat yang ia berikan masih belum Isel baca, dia tidak kuat kalau di dalam nya terdapat kalimat kalimat yang membuat Isel menyesal. ketiga temannya selalu menyuruh Isel untuk baca, tapi tidak dulu. Isel simpan surat itu di dalam kotak bersamaan dengan kenangan kenangan yang ia sudah lalui bersama.

Banyak yang mengucapkan bela sungkawa kepada Isel, termasuk teman teman nya Rio sendiri. oh iya, Bagaimana kabar paman nya? mendengar dari beberapa pembicaraan ia tertangkap polisi karena menggunakan narkoba sekaligus menjadi pengedar.

Entah lah yang Isel pikir, mengapa paman nya sangat kejam, menyiksa Rio sampai tega mengakhiri hidupnya.

tiga hari itu pula Isel tidak keluar kamar ia mengurung diri sampai Citra khawatir dibuatnya. Agendra, selaku papi nya Isel sampai harus pulang agar anaknya mau keluar kamar.

Sekarang entah dorongan darimana Isel ingin keluar kamar, karena apa? yap, dia lapar.

"Alhamdulillah sayang akhirnya kamu keluar kamar juga, duh sini sini" Citra menarik nya duduk di sofa.

Ia mengelus elus rambut Isel, dengan wajah yang sembab. "mami tau kamu sedih nak, kamu terpuruk tapi jangan berlarut larut seperti ini, sayang"

Isel menangis lagi, didalam pelukan mami nya. "Rio jahat mi, dia gak pernah kasih tau Isel kalau dia kesiksa, selama ini dia kelihatan bahagia banget padahal aslinya gak gitu, tapi di sisi lain Isel juga salah kenapa Isel gak cari tahu"

Citra mengusap pelan punggung Isel, mencoba menenangkan nya. "Sst...Sstt...udah ya Rio pasti tau yang terbaik untuk masalahnya dan caranya tidak memberi tahu ini ke orang lain, termasuk kamu"

Isel melepas pelukan "tapi kan Isel pacarnya gitu lho mi" Citra menghela nafas "Rio tidak mau merepotkan kamu, sudah itu saja"

Malik yang keluar dari kamar terkejut, melihat adik kesayangannya telah keluar dari kamar. "astaga, baru keluar!"

Isel mengerucutkan bibirnya "Abang!!" Isel kembali menangis melihat Malik

"eh, kenapa bang Malik datang nangis lagi" Isel berlari lalu memeluknya.

"Rio bang" Malik menghela nafas "sudah ya jangan dipikirin lagi, Rio udah tenang di sana kamu cukup kirim doa aja buat dia, oke?" Isel mengangguk

"bang Malik tau gak sih?" Malik menggeleng "Isel laper tau" ia tertawa.

"mami, masa anaknya laper gak dikasih makan sih" ucap Malik kepada Citra, seakan akan Malik adalah papi Isel yang memarahi istri nya.

"iya duh, mami tuh lupa kirain adik kamu bakalan keluar kalo ada gempa bumi" Isel mulai tersenyum tipis

"yuk sini, temenin bang Malik main game ada yang baru tau bang Malik baru download" Malik menuntun Isel untuk duduk di sofa yang Isel duduki tadi.

"apa emang?"

"liat seru tau tonjok tonjokan" Isel memukul lengan Malik "gak ada yang namanya tonjok tonjokan seru!"

Malik tertawa, menatap adik nya itu "aduh liat, mata nya sembab gini, jadi jelek deh muka nya gak cantik lagi"

"Bang Malik!!"

••••

"Guys, gue cuma mau bilang sama kalian bertiga, maaf kalau selama ini Rio ada salah sama kalian, atau ada salah kata dalam ucapan yang dia sampain ke kalian" Ucap Isel, ia sudah mulai bersekolah.

LUKISAN HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang