CBDS//06

183 19 5
                                    

Grace dan Sadewa berhenti disebuah Unit Rumah Sakit terbesar di Jakarta. Jantung Grace berdegup kencang. 'Tenang Grace...kamu bisa.' Grace meremat ujung gaunnya. Lalu menghela nafas.

Sadewa membukakan pintu untuk Grace. "Let's Go Princcess!" Sadewa mengulurkan tangannya. Grace menggenggam tangan sang ayah. Lalu keluar dari dalam mobil.

Keduanya berjalan kedalam rumah sakit. Bau khas obat obatan rumah sakit menyapa indra penciuman gadis itu. Udara dingin menyapa kulitnya. Namun Grace tetap acuh dan memilih melihat setiap inci bangunan itu. Hingga Sadewa berhenti disebuah ruangan. Sadewa mendorong pintu bernuansa putih dan kaca itu.

Grace hanya mengekori sang ayah dari belakang. Dirinya sangat canggung sehingga gadis itu tak sadar sedang bersembunyi dibelakang sang ayah. "Hey...anak cantik? Kenapa malu...ayo sini." Panggil seorang wanita lembut.

Sadewa tersenyum. Lalu berbalik mengahap Grace. Pria itu menepuk kedua bahu Grace. Sontak Grace mendongak. "Papa yakin...anak papa pasti ga bakalan bikin kita kecewa kan?" Tanyanya pelan berusaha menyalurkan ketenangan pada gadis yang tengah menegang itu. Grace memejamkan matanya lalu mendongak menghirup udara sebanyak mungkin lalu ia hembuskan cepat. Grace tersenyum. "Ga akan..." Sadewa mengelus pucuk kepala Grace.

"Yaudah...duduk disebelah mama mau?" Grace mengangguk antusias lalu berjalan untuk duduk disamping sang ibu.

Grace terduduk anggun. Clarissha menatap putri semata wayang nya itu lekat. "Anak mama...udah mau tunangan aja." Clarissha tersenyum lemah.

"Ihh...mama jangan gituu, nanti Cece nangis..." Adunya pada sang ibu. Clarissha tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya. "Jangan dong. Nanti cantiknya ilang." Grace tertawa kecil. Membuat dua pasangan didepannya ikut tersenyum bahagia.

"Loh, El mana? Kok ga keliatan nih." Sadewa celingak celinguk. "Itu lagi dalam kamar mandi. Biasa, paling canggung dia." Tuan Fredric berujar santai.

Sang istri pun berdiri dari duduknya. Lalu mengetuk pintu itu. "El...nak, ini udah dateng loh." Panggilnya lembut.

"Iya bun! Bentar!" Lelaki itu membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Grace sibuk bercerita dengan sang ibu. Membuat dirinya tak melihat wajah tampan rupawan calon tunangan nya.

Wanita dan remaja itu berjalan ke ranjang tempat Clarissha terbaring lemah. Lelaki itu mengernyit bingung seperti tak asing dengan Grace. "Grace?" Grace mendongak. Nafasnya tercekat beberapa detik saat melihat wajah Kaiden.

Grace berdiri dari duduknya dan sedikit berlari. Grace menubruk badan Kaiden cepat. Ia peluk seerat mungkin seakan tak membiarkan lelaki itu pergi. Kaiden masih tak mengerti. Dirinya hanya balas memeluk kekasihnya itu. "Aku takut...aku takut kamu pergi...aku ga mau kamu benci aku..." Grace terisak pelan. "Aku ga pergi...aku ga akan benci kamu...tenang dulu Ce..." Kaiden mengusap punggung Grace yang tengah bergetar.

Para orang tua hanya saling lempar pandangan bingung. "Jadi kamu udah kenal sama Grace?" Tanya tuan Fredric polos. Kaiden mengernyit bingung. "Bukannya ayah udah tau ya?"

"Maksudnya?" Ibunda Kaiden menatap tuan Fredric bertanya tanya.

"Ayah juga gatau. Kapan ayah tau?" Tanyanya lagi. "Waktu di ballroom hotel itu loh ayah!" Kaiden berdecak kesal. Tuan Fredric berusaha memutar ingatannya. "Ohh! Iya iya. Astaga ayah kirain siapa. Soalnya cantik banget!" Tuan Fredric berujar antusias saat berhasil mengingat semuanya.

"Udah Ce...aku ga kemana-mana kok." Kaiden mengusap pucuk kepala gadis itu. Grace menunduk menghapus air matanya. Untung saja make-up nya waterproof jadi akan tahan air.

Grace melepas pelukannya. Lalu menghela nafas panjang. "Udah udah. Duduk dulu, kapan mulai nya kalo gini." Tegur Sadewa. Grace berjalan untuk kembali duduk ditempatnya kembali.

Cinta Bersemi Di SMA | Ft. Treasure | ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang