Sebelum lanjut bernyanyi dulu, Cinta menyatukan kita yang tak samaa~
Pagi hari dihotel tempat para murid menginap. Para trejo dan diamond girls sudah berkumpul diloby untuk makan. Tidak tunggu yang lain memang, holkay mah bebas.
Tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan, Jian bertanya. "Kamu agama apa sih El?" Gizelle yang masih sibuk dengan salad nya menoleh. "Buddha." Jian seketika murung. "Berarti kita beda, aku Kristen." Teman-temannya seketika tersedak. "Jangan bercanda deh." Ucap Gizelle masih santai. "Bakar jari aku kalau aku bercanda." Gizelle menoleh.
"Apaan sih, tiba-tiba nanya kaya gitu." Jian diam. "Pergi aja deh Ji. Ga usah ganggu kita lagi." Grace tiba-tiba ngegas. "Bukan-"
"Pergi." Sambung Aleya, ia tau Gizelle tidak baik-baik saja sekarang. Jian menghela nafas. "Minta tolong ya Han." Jian menaruh beberapa lembar uang berwarna merah disamping piringnya. Yohan mengangguk.
Pria itu berjalan melewati meja itu. Langkah lebarnya membuat pria itu cepat menghilang dari sana. Jian melamun hingga tak melihat seorang gadis berjalan didepannya. Bruk!. Gadis itu terhimpit ditembok disamping leaft dengan Jian didepannya. Tak ada jarak sejengkal pun. Jian menarik badan dan tangannya yang bertengger dibelakang kepalanya. "Sorry. Gue ga liat liat." Gadis itu mengangguk.
"Iyaa kak. Saya juga ga hati-hati tadi." Jian mengangguk. "Kok gue baru liat lo? Anak baru?" Gadis itu mengangguk. "Iya kak, baru aja kemarin." Jian mengangguk. Lalu memajukan tangannya. "Salam kenal kalo gitu, gue Jinandra." Gadis cantik itu tersenyum, "Udah tau." Setelahnya ia menjabat tangan Jian. "Haelynn." Jian mengernyit.
Setelah melepas tangannya, Jian bertanya, "Kok lo bisa tau nama gue? Darimana?" Haelynn sedikit mengingat ingat. "Kemarin banyak yang bahas tentang Diamond Girls atau cewek cewek cantik gitu, terus katanya kakak pacarnya kak Gizelle kan." Jian kembali pada lamunannya. Haelynn mengibas-ngibaskan tangannya. "Kak?" Jian berdehem lalu memejamkan matanya.
"O-eh...iya. Mau makan siang bareng ga bentar?" Ntah, ada apa tiba-tiba dia mengeluarkan kalimat itu. Haelynn mengangguk, "Boleh..." Ucapnya aneh dengan raut wajah Jian.
Jian mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Lalu menyodorkan kedepan Haelynn. Gadis itu menatap Jian bertanya. "Ambil aja." Haelynn kembali menunduk mengambil kertas yang ada ditangan Jian. "Itu kartu nama gue. Lo bisa telfon gue nanti. Atau boleh nomor lo sekarang?" Haelynn mengangguk. "Boleh kak." Jian memberikan ponselnya pada Haelynn. Gadis itu mulai menekan angka nomernya. Lalu mengembalikan ponselnya pada sang pemilik. "Kalo gitu saya permisi kak." Jian menahan gadis itu. "Tunggu dulu..."
Haelynn mengernyit. "Kenapa kak?" Jian tersenyum tipis. "Lo kalo ngomong ga usah pake saya sayaan, aku kek gue kek, berasa tua banget gue, kalo pake saya." Haelynn tertawa kecil. Tanpa sadar lengkungan kurva juga terbentuk dibibir Jian.
Haelynn mengangguk. "Sip. Bentar malam kan ada party. Kakak ikut?" Jian tampak menimang nimang. "Maybe. Sendirinya?" Haelynn menggeleng. "Ngga. Aku ga pernah party begitu. Sesek kalo dempet dempetan." Jian mengangguk lalu mengacak rambut Haelynn. "Ga pernah gue ketemu remaja kayak lo. Yang kalo diajak party malah nolak." Haelynn mengendikkan bahunya. "Ga semua suka dan nyaman kan." Jian mengangguk.
"Yaudah. Gue mau kekamar kalo gitu. Sampai ketemu nanti siang." Haelynn mengangguk.
Keduanya berjalan beda arah. Jian yang kekamar. Dan Haelynn yang ke lobby untuk sarapan.
'''
Sudah jam makan siang. Ponsel Haelynn berdering. Gadis cantik itu langsung mengangkat telepon dari Jian. Niatnya dia yang mau menelepon tapi, ya sudahlah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi Di SMA | Ft. Treasure | Continued
Teen Fiction"Lo semua kenapa sih?" "Kita itu bisa bersaing secara sehat, ga perlu ada yang sampai berantem gini." "Anak baru itu juga pasti punya keputusan!" "Lo juga! Ketos ngapain ikut gabung!" "Dapetin hati mereka dengan kerja keras lo! Bukan saling lawan gi...