Pagi Aleya harus diawali dengan omelan sang ibunda. Oh ayolah, ini belum jam berapa. Ia sudah disuruh bersiap.
Ting...
Aleya melirik ponselnya yang tergeletak diatas nakas.Mama♡
Cepetan sayang, jam 07 kita makan bareng loh.|Aleya mengabaikan pesan itu. Dirinya sedang sibuk mencari busana yang cocok ia kenakan untuk hari ini. "Cuma sarapan bareng kan? Yaudah ini aja." Aleya menarik dress sepaha berwarna coklat tanpa lengan. Lalu ia sempurnakan dengan cardigan rajut sepaha berwarna cream.
Aleya membiarkan rambutnya terurai. Lalu memilih memakai sandal. Aleya memilih MLB Chunky Sandal untuk ia gunakan. Pintu kamarnya diketuk, jangan bilang itu mamanya? Aleya meraih ponselnya lalu berjalan kearah pintu.
Aleya memutar knop pintu. Menampilkan Yohan yang hanya memakai kaos putih biasa dan celana jeans panjang. "Loh, belum turun? Kirain udah dibawah?" Yohan menggeleng pelan lalu menggenggam lembut tangan Aleya.
"Ngga, kata mama bunda kita barengan aja..." Yohan tersenyum. Ia tau gadis ini sedang tak tenang.
Aleya menatap Yohan seakan berkata "Aku Takut". Yohan yang paham meremat lembut tangan Aleya lalu mengusapnya sayang. "Gapapa...ada aku kok."
Aleya menghela nafas. Lalu meraih kartu kamarnya. Aleya menarik knop pintu dengan tangan satunya.
Keduanya berjalan kearah leaft. Lalu masuk kedalam benda persegi itu.
'''
Dentingan leaft berbunyi. Bersamaan dengan pintu leaft yang bergeser terbuka. Aleya mencari para orang tua itu. Bunda Yohan melambaikan tangan. Yohan dan Aleya berjalan kearah para pebisnis itu.
"Sini dekat bunda sayang." Bunda Yohan menepuk kursi kosong disamping dirinya. Aleya tersenyum ramah dan mengangguk patuh lalu duduk sesuai perintah calon mertuanya.
Sedangkan Yohan duduk disamping Aleya dan Eirene. Makanan sudah disajikan. Aleya dan Yohan memilih roti bakar. Sedangkan para orang tua hanya memakan buah-buahan.
Aleya dan Yohan masih sibuk melahap makanannya sambil menyimak. Toh, mereka berdua juga sudah tau. "Jadi, begini pak. Kita kan ini pebisnis, pasti banyak klien diluar kota maupun luar negeri kan?." Ayah Yohan mengangguk.
"Nah, kebetulan saya ada klien diluar negeri dan ada beberapa proyek, urusan dan harus menjalankan cabang saya disana. Jadi, saya dan istri saya akan menetap selama satu tahun kedepan." Bunda dan Ayah Yohan mengangguk angguk.
"Jadi, kami berniat menikahkan Aleya dan Yohan. Berhubung, mereka juga sudah pacaran kan. Takutnya, sewaktu waktu saya tidak dirumah. Keduanya malah kebablasan." Aleya hampir saja menyembur susunya.
Ayah dan ibunda Yohan saling tukar pandangan. "Kalau saya dan istri saya, setuju saja. Tapi, bagaimana dengan anak-anak? Takutnya ada yang tidak setuju?" Ibunda Yohan mengangguk mengiyakan.
"Aleya sudah setuju. Kalau, Yohan bagaimana nak?" Yohan menoleh. "Kalau, Yohan setuju aja om. Gimana baiknya." 4 pasangan itu mendesah lega.
"Ya sudah. Kalian publik ini atau hanya teman dekat saja yang tau?" Yohan dan Aleya saling tukar pandangan. "Kalau mau publik kita belum bisa. Jadi, teman dekat aja yang tau." Eirene mengangguk angguk paham.
"Yaudah, hari ini kita pilih gedung, gaun, undangan, prewedd dan segala macam." Aleya dan Yohan mengangguk. 6 printilan emas itupun berjalan keluar dari area hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi Di SMA | Ft. Treasure | Continued
Teen Fiction"Lo semua kenapa sih?" "Kita itu bisa bersaing secara sehat, ga perlu ada yang sampai berantem gini." "Anak baru itu juga pasti punya keputusan!" "Lo juga! Ketos ngapain ikut gabung!" "Dapetin hati mereka dengan kerja keras lo! Bukan saling lawan gi...