CBDS\\10

175 13 2
                                    

Selesai acara resepsi. Aleya dan Yohan langsung pulang ke mansion Pranaja. Keduanya tak berniat kemana pun setelahnya. Demi Tuhan badan Aleya rasanya kaku sekali. Sedangkan mama papa nya sudah berada dibandara mengatur penerbangan nya nanti.

Aleya menyempatkan duduk diruang keluarga. Ayah mertuanya sudah lebih dulu terlelap karena besok akan ada meeting penting pagi-pagi.

"Eum...bunda?" Aleya mengutak atik jarinya. Annantha berbalik, "Kenapa sayang?"

"Aleya sama Yohan pisah kamar atau sekamar a-aja?" Aleya menatap bunda mertuanya itu malu malu.

"Yang menurut kamu nyaman aja..." Annantha tersenyum manis. "Semuanya Aleya nyaman kok. Tapi bingung harus dimana..."

"Mau coba sama Yohan dulu?" Annantha menatap menantunya itu. Hei? Kenapa gadis ini malah blushing? Pikirnya.

"Aleya g-gimana baiknya aja bun..." Aleya tersenyum kikuk. "Yaudah, ayo bunda anter." Aleya mengangguk lalu ikut berjalan mengikuti Annantha.

Aleya sedikit menganga. "Loh, ada leaft nya juga bun?" Annantha mengangguk. "Iya, ini dulu buat omah Yohan. Tapi selang beberapa minggu omah Yohan pergi. Padahal baru 3 kali kepake. Yaudah, dipakai aja kalo lagi buru buru." Aleya mengangguk paham. Pintu leaft terbuka.

Benda persegi itu kembali tertutup. Tak butuh waktu 30 detik. Leaft itu sudah berdenting dan kembali terbuka. Annantha berjalan menyusuri lantai tiga. Toh, Yohan tidak terlalu suka keributan. Lantai dua kan biasanya digunakan jika ada klien, investor atau tamu penting yang datang. Jadi hanya ada kamar maid disana.

Annantha menekan sebuah tombol yang terletak disamping pintu. Aleya dibuat menganga. Ini mansion atau apa? Canggih sekali. Pikir dirinya. Yohan keluar dengan rambut yang masih sedikit basah karna selesai keramas. "Kenapa bun?"

"Tadi kan kita berdua lagi kumpul dibawah." Yohan mengangguk. "Istri kamu nanya, baiknya dia tidur dimana?" Yohan ingin sekali tersenyum saat mendengar kata 'Istri' namun sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya.

"Bunda tanya nyamannya gimana. Katanya nyaman dimana aja. Yaudah bunda suruh coba dulu disini. Boleh?" Yohan mengangguk angguk. "Boleh boleh aja. Sini..." Bunda Yohan berbalik. Aleya yang paham langsung mendekat ke arah Yohan. Yohan merangkul pundak Aleya. Annantha tersenyum. "Bunda ga bisa ngelarang lagi kalian mau ngapain. Kalian juga udah nikah. Jadi selamat menikmati malam pertama." Annantha berlari dari depan kamar Yohan. "BUNDAA!" Yohan berteriak. Namun, bundanya sudah lebih dulu ditelan leaft.

Yohan mengajak Aleya masuk. Sekali lagi Aleya harus planga plongo. Pintu juga dipakaikan pin juga? Ya Tuhan...

Yohan berbalik. "Pin nya tanggal lahir kamu." Aleya menatap lelaki itu bingung. "Hah? Maksudnya ulang tahun aku?" Yohan mengangguk lalu memeluk Aleya.

"Kenapa jadi canggung gini sih? Gapapa kali. Santai aja..." Yohan menangkup pipi gembul Aleya lalu menyatukan dahi keduanya. Aleya tersenyum. "Siap pak suami!" Aleya menaruh tangannya diatas dahi. Yohan tertawa kecil. "Gemes banget deh nona muda." Aleya tertawa menampilkan deretan giginya.

Tiba-tiba saja hujan turun. "Yaudah ke kasur aja yok. Dingin."  Yohan mengerutkan hidungnya. Membuat Aleya ingin menggencet pipi lelaki itu.

Aleya masuk kedalam selimut. Gorden balkon sudah ditutup. Sesuai selera Aleya. Kamar Yohan sama sekali tak ada yang berantakan. Rapi sekali dan seperti warna kesukaan nya. Biru.

"Mau jalan-jalan ga besok? Ga usah sekolah dulu. Kita minta izin aja, masih cape juga kan?" Aleya mengangguk. "Mauu, bosen aku. Tadi cuma duduk salaman, duduk, berlutut sama-" Aleya berhenti. Yohan menatap gadis itu nakal. "Sama apa?"

Aleya menggigit pipi dalamnya. "Ih! Ngga usah kepo!" Aleya mengerucutkan bibirnya. Yohan mencium bibir Aleya secepat kilat. Aleya jadi blushing dibuatnya. Aleya tersenyum.

Cinta Bersemi Di SMA | Ft. Treasure | ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang